BIOLOGI ONLINE

blog pendidikan biologi

CULTURE LIBRARY FOUNDATION SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PERPUSTAKAAN YANG MENJADI PUSAT KEBUDAYAAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpustakaan merupakan sistem informasi yang di dalamnya terdapat aktivitas pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian dan penyajian serta penyebaran informasi. Perpustakaan sebagaimana yang ada dan berkembang sekarang telah dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan berbagai layanan jasa lainnya  (Lasa Hs:1998). Selain itu menurut  Sulistyo-Basuki (1991:  3 )perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual.

Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa perpustakaan  merupakan tempat tumpukan buku tanpa mengetahui pasti ciri dan fungsi perpustakaan. Ada beberapa ciri yang perlu diketahui  oleh masyarakat diantaranya adalah  tersedianya koleksi,  sarana prasarana, pustakawan dan pengunjung serta adanya suatu unit kerja.

Kebudayaan sebagai aktivitas manusia yang melibatkan unsur karsa, rasa dan cipta diibaratkan lingkaran yang tidak mengenal ujung ataupun pangkalnya. Suatu produk budaya dikatakan merupakan awal, dalam waktu yang singkat bisa menjadi pijakan untuk kegiatan budaya yang baru lainnya. Hal ini karena kegiatan kebudayaan berhubungan dengan kondisi yang berhubungan dengan manusia sebagai aktornya maupun alam dan benda sebagai objeknya selalu berubah atau berkembang.

Di samping itu dalam lingkungan kebudayaan ada proses kontemplasi/eksperimentasi tentang kenyataan/eksistensi (persoalan ontologi) asal muasal pengetahuan (persoalan epistemologi) rasa/keindahan (persoalan estetika) kemudian berlanjut ke tahapan komunikasi. Dua tahapan ini tidak mutlak, misalnya ketika dalam tahapan komunikasi hasil kontemplasi maka juga ada kegiatan-kegiatan mempertanyakan asal muasal pengetahuan, kebenaran dan keindahan. Aktivitas tersebut meninggalkan jejak yang disebut sebagai koleksi kebudayaan. Wujud atau koleksi dari kegiatan berpikir dan mengolah rasa dapat berupa, pertama, buku atau tulisan (ilmiah, puisi, esai atau novel), kedua, berujud lukisan, kaligrafi, fotografi, patung, ketiga adalah seni drama, monolog, pembacaan puisi, tari dan lainnya.

Koleksi kebudayaan memiliki arti yang penting karena, Pertama, sebagai informasi yang bisa menunjukkan unsur-unsur yang telah membentuk kebudayaan suatu bangsa atau kelompok. Kedua, sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kebudayaan adalah hasil dari aktivitas cipta, karsa dan rasa manusia, sehingga muncul teknik atau pengetahuan dari aktivitas tersebut yang bisa dimanfaatkan dan diperbarui. Ketiga, sebagai sumber kearifan atau nilai moral. Kebudayaan memuat ajaran tentang bagaimana hubungan dengan orang lain itu dilakukan, bagaimana memaknai kelahiran, perkawinan, kematian atau bagaimana menjalin hubungan dengan alam. Keempat, bernilai pariwisata ataupun ekonomi. Wujud kebudayaan muncul dalam bentuk-bentuk yang memiliki unsur estetika atau keunikan sehingga dapat dipertontonkan. Kebudayaan ditampilkan dan dikemas menarik sehingga dapat ditonton, dinikmati dan mendatangkan keuntungan. Di samping, itu bisa juga berfungsi untuk memperkenalkan suatu bentuk kebudayaan/negara tertentu

Mempertahankan, memelihara, mengembangkan serta menyempurnakan kebudayaan merupakan kewajiban masyarakat baik dalam arti perorangan, kelompok maupun dalam arti keseluruhan. Ciri khas dan kepribadian suatu bangsa terutama terletak pada kebudayaan yang dimilikinya (Soetrisno, 1982: 3). Kebudayaan perlu dihimpun karena berpotensi hilang atau musnah yang bisa berarti putusnya rantai sejarah suatu peradaban, hilangnya nilai kearifan, ilmu pengetahuan dan keindahan, serta keunikaannya. Setelah dihimpun kebudayaan juga perlu dirawat untuk menjaga eksistensinya. Tahap berikutnya kebudayaan perlu disebarkan karena, kebudayaan membutuhkan apresiasi dan kritik agar dapat terus berkembang serta berdayaguna.

Usaha penghimpunan, perawatan dan penyebaran informasi tersebut dapat dilakukan salah satunya oleh Perpustakaan. Fungsi perpustakaan diantaranya adalah pengumpulan/penyimpanan, perawatan dan penyebaran bahan pustaka. Menurut Soejono Trimo (1997: 2-3), fungsi perpustakaan, pertama, sebagai clearing house (pusat pengumpulan/penyimpanan) bagi semua penerbitan dari dan tentang daerahnya ataupun dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu, kedua, the preservation of knowledge atau menjaga kelestarian baik fisik maupun isinya sehingga informasi yang dikandungnya masih terjaga, dapat diketahui dan disebarkan walaupun telah dicetak atau ditulis beberapa waktu yang lampau.

Lebih lanjut Soejono Trimo menjelaskan bahwa peran/fungsi perpustakaan sesuai dengan misi atau visi organisasi induknya. Ketika perpustakaan berada di lingkungan kebudayaan maka perpustakaan tersebut bertugas menghimpun, merawat, mengembangkan dan menyebarkan koleksi kebudayaan. Hal ini sejalan dengan tugas pokok dari perpustakaan yaitu menghimpun, mengelola, memelihara dan menyebarkan semua ilmu pengetahuan atau gagasan manusia.

Peran perpustakaan sebagai pusat kebudayaan berdiri di dua pijakan yang saling mendukung. Pijakan pertama adalah yang terkait dengan tugas-tugas pokok seperti, menyediakan koleksi yang lengkap di bidang kebudayaan (ensiklopedi,majalah, tabloid, surat kabar harian, buku hasil penelitian, terbitan/penulis luar negeri maupun dalam negeri, Compact Disc dan VCD), memberika jasa layanan yang baik/prima (pustakawan ramah, tanggap, menguasai koleksi yang dimiliki, memiliki media/ alat penelusuran bahan informasi yang cepat dan tepat, proses peminjamannya cepat dan mudah melakukan kontrol terhadap koleksi yang dimiliki atau dipinjam baik untuk perpustakaan maupun usernya) menciptakan kondisi perpustakaan yang kondusif untuk berlajar, studi maupun rekreasi dengan membuat lingkungan perpustakaan yang bersih, kelembaban udara yang terjaga ideal, cahaya yang ideal dan arsitektur yang indah.

Pijakan kedua adalah kegiatan pendukung yang mengarah ke pemanfaatan bahan pustaka, penyebaran, pengenalan bahan informasi/ilmu pengetahuan, penciptaan bahan informasi yang dimiliki atau dihimpun perpustakaan. Kegiatan ini antara lain; diskusi, pelatihan, pameran, pementasan atau pertunjukan, sarasehan.

Dengan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk mengetahui fungsi Culture Library Foundation sebagai pusat kebudayaan dan mengetahui langkah-langkah yang ditempuh untuk mewujudkan fungsi Perpustakaan sebagai pusat kebudayaan

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran Culture Library Foundation sebagai pusat kebudayaan?

2.  Bagaimana Culture Library Foundation mewujudkan perpustakaan sebagai pusat kebudayaan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.  Mengetahui peran Culture Library Foundation sebagai pusat kebudayaan.

2. Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan Culture Library Foundation untuk mewujudkan perpustakaan sebagai pusat kebudayaan.

3.  Memberikan sumbangan pemikiran bagi Ilmu Perpustakaan dan Informasi mengenai seluk beluk perpustakaan dalam bidang kebudayaan.

4.  Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran tentang upaya-upaya yang dilakukan perpustakaan dalam mewujudkan tujuan, peran atau visi misinya.

BAB II

METODE PENULISAN

2.1 Sumber Data

Data dan fakta yang berhubungan dengan pembahasan tema ini didapatkan dengan tahapan-tahapan pengumpulan data dengan cara pembacaan kritis terhadap ragam literatur yang berhubungan dengan tema pembahasan.

Data yang digunakan adalah data dengan kriteria telah dipublikasikan kepada masyarakat melalui literatur yang diterbitkan, surat kabar, buletin, jurnal upun internet. Dengan demikian penulis mengelompokan atau menyeleksi data dan informasi berdasarkan ktegori dan relevansi untuk selanjutnya dianalisis dan disimpulkan.

2.2 Analisis Data

Dalam penulisan ini teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif. Menurut Arikunto (1998), analisa deskriptif kualitatif adalah analisa yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Untuk menganalisa data dan informasi yang didapat, digunakan analisis isi (content analysis).  Analisis isi adalah suatu teknik yang sistematik untuk menganalisis makna pesan dan cara mengungkapkan pesan. Analisis isi selalu melibatkan kegiatan menghubungkan atau membandingkan penemuan berupa kriteria atau teori. Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data pada penelitian ini menggunakan interaktive model dari Miles dan Huberman (Miles dan Huberman, 1994). Model ini terdiri dari 4 komponen yang saling berkaitan, yaitu (1) pengumpulan data, (2) penyederhanaan atau reduksi data, (3) penyajian data dan (4) penarikan dan pengujian atau verifikasi kesimpulan.

BAB III

HASIL PEMBAHASAN

3.1 Analisa

            Culture Library Foundation adalah sebuah pemikiran baru dimana menempatkan Perpustakaan yang selama ini hanya berfungsi sebagai tempat membaca ditambah fungsinya menjadi pusat kebudayaan. Untuk membuat Culture Library Foundation yang tepat maka beberapa hal harus dilakukan terlebih dahulu diantaranya adalah

1. Penataan dan Tata Ruang Gedung

Bangunan maupun ruang untuk perpustakaan sebenarnya tidak sesederhana yang dibayangkan orang. Ditinjau dari segi bangunan, perpustakaan merupakan suatu organisasi yang memiliki sub-sub sistem yang memiliki fungsi berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam perencanaan gedung dan ruang perpustakaan perlu memperhatikan fungsi tiap ruang, unsur-unsur keharmonisan dan keindahan, baik segi eksterior maupun interior. Ruang yang tertata baik akan memberikan kepuasan kepada pemakainya ( Pegawai maupun pengguna perpustakaan).

Dalam perencanaan bangunan atau ruang perpustakaan perlu juga diperhatikan alokasi luas lantai, pembagian ruangan menurut fungsi, tata ruang struktur, utilitas, pegamanan ruang, dan rambu-rambu. Disamping itu perlu dipikirkan pula area perluasan, minimal untuk masa sepuluh tahun mendatang.

  Prinsip-prinsip arsitektur

Gedung / ruang perpustakaan perlu ditata sesuai kebutuhan dengan tetap mengindahkan prinsip-prinsip arsitektur. Ruang perpustakaan akan nyaman bagi pemakai dan petugas apabila ditata dengan memperhatikan fungsi, keindahan, dan keharmonisan ruang. Dengan penataan yang baik akan memberikan kepuasan fisik dan psikis bagi pemakai. Oleh karena itu, dalam perencanaan pelu diperhitungkan kebutuhan manusia, tata ruang, dan segi lingkungan.

  Azas-azas tata ruang

Disamping itu perlu diperhatikan azas-azas tata ruang, yakni azas jarak, azas rangkaian kerja, dan azas pemanfaatan.

  Azas jarak, yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesain pekerjaan dengan menempuh jarak yang paling pendek.

  Azas rangkaian kerja, yakni suatu tata ruang yang menempatkan tenaga dan alat-alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan.

  Azas pemanfaatan, yakni tara susunan ruang yang mempergunakan ruang yang ada.

  Tata Letak

Untuk memperlancar kegiatan pelayanan dan penyelesaian pekerjaan, dalam penataan ruang perlu diperhatikan prinsip-prinsip tata ruang berikut ini :

  Pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruang terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan.

  Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis agar mudah dicapai.

  Penempatan perabot, seperti meja, kursi, dan rak hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus.

  Jarak satu mebeler dengan yang lain dibuat agak melebar agar orang yang lewat leluasa.

Dalam perencanaan bangunan atau ruang perpustakaan perlu juga diperhatikan alokasi luas lantai, pembagian ruangan menurut fungsi, tata ruang struktur, utilitas, pegamanan ruang, dan rambu-rambu. Disamping itu perlu dipikirkan pula area perluasan, minimal untuk masa sepuluh tahun mendatang.

  Prinsip-prinsip arsitektur

Gedung / ruang perpustakaan perlu ditata sesuai kebutuhan dengan tetap mengindahkan prinsip-prinsip arsitektur. Ruang perpustakaan akan nyaman bagi pemakai dan petugas apabila ditata dengan memperhatikan fungsi, keindahan, dan keharmonisan ruang. Dengan penataan yang baik akan memberikan kepuasan fisik dan psikis bagi pemakai. Oleh karena itu, dalam perencanaan pelu diperhitungkan kebutuhan manusia, tata ruang, dan segi lingkungan.

  Azas-azas tata ruang

Disamping itu perlu diperhatikan azas-azas tata ruang, yakni azas jarak, azas rangkaian kerja, dan azas pemanfaatan.

  Azas jarak, yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesain pekerjaan dengan menempuh jarak yang paling pendek.

  Azas rangkaian kerja, yakni suatu tata ruang yang menempatkan tenaga dan alat-alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan.

  Azas pemanfaatan, yakni tara susunan ruang yang mempergunakan ruang          yang ada.

  Tata Letak

Untuk memperlancar kegiatan pelayanan dan penyelesaian pekerjaan, dalam penataan ruang perlu diperhatikan prinsip-prinsip tata ruang berikut ini :

  Pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruang terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan.

  Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis agar mudah dicapai.

  Penempatan perabot, seperti meja, kursi, dan rak hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus.

  Jarak satu mebeler dengan yang lain dibuat agak melebar agar orang yang lewat leluasa.

  Bagian yang mempunyai tugas yang sama, hampir sama, maupun kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan.

  Bagian yang menangani pekerjaan yang berantakan, seperti pengolahan, pengetikan, dan penjilidan hendaknya ditempatkan di tempat yang tidak tampak oleh khalayak umum.

  Apabila memungkinkan, semua petugas dalam suatu unit/ ruangan duduk menghadap arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang.

  Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dalam satu garis lurus.

  Ukuran tinggi, rendah, panjang, dan lebar, luas, dan bentuk perabot hendaknya dapat diantur lebih leluasa.

  Perlu ada lorong yang cukup besar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran.

  Bagian yang menimbulakn suara berisik hendaknya ditempatkan di ruang terpisah.

2. Standar dan Kapasitas Perpustakaan Umum

Persentase pengguna aktif sebuah perpustakaan (populasi yang dilayani) pada sebuah kota atau masyarakat normalnya adalah antara 20-30 % penduduknya

3. Tinjauan Fungsi

Dari tinjauan fungsi ini, kiata dapat mengetahui bagaimana Culture Library Foundation bekerja, apa aktifitasnya siapa penggunanya dan persyaratan ruang

  1.  Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Jadwal operasional kegiatan yang terjadi di Medan Public Library yaitu:

  Senin – Jumat : Pukul 08.30 – 20.00

  Tutuppukul 17.00 pada malam Tahun Baru, malam Natal. Malam Idul Fitri, malam Deepavali, malam Imlek.

  Tutup pada Hari Libur Umum

  1. Pengunjung Perpustakaan

  Pengunjung

  Usia balita (usia 1-5 tahun)

–  Mewarnai

–  Menggambar

–  Menonton video

–  Bermain

–  Tidur

  Usia anak-anak (usia 5-12 tahun)

–  Mencari informasi

–  Melihat buku baru

–  Mewarnai

–  Menggambar

–  Mencari buku

–  Membaca buku

–  Meminjam buku

–  Belajar

–  Mengembalikan buku

–  Mendengarkan cerita

–  Menonton video

–  Melihat pameran

–  Bermain game komputer

–  Bermain

–  Membeli alat tulis

–  Membeli suvernir

  Usia muda (usia 13-16 tahun)

–  Mencari informasi

–  Melihat buku baru

–  Mencari buku

–  Membaca buku

–  Meminjam buku

–  Belajar

–  Mengembalikan buku

–  Berdiskusi

–  Menonton video

–  Melihat pameran

–  Mengakses internet

–  Mengikuti seminar

–  Membeli alat tulis

–  Membeli suvernir

  Usia remaja (usia 17-19 tahun)

–  Mencari informasi

–  Melihat buku baru

–  Mencari buku

–  Membaca buku

–  Meminjam buku

–  Belajar

–  Mengembalikan buku

–  Berdiskusi

–  Menonton video

–  Melihat pameran

–  Mengakses internet

–  Mengikuti seminar

–  Membeli alat tulis

–  Membeli suvernir

  Usia dewasa (usia > 19 tahun)

–  Mencari informasi

–  Mencari buku

–  Membaca buku

–  Meminjam buku

–  Berdiskusi

–  Belajar

–  Mengembalikan buku

–  Menonton video

–  Melihat pameran

–  Mengakses internet

–  Mengikuti seminar

–  Membeli alat tulis

–  Rapat

–  Melihat seni

–  Membeli suvernir

  Pengelola

  Kepala Perpustakaan

Memimpin perpustakaan dan menyiapkan kebijakan-kebijakan bagi perpustakaan.

  Administrasi

Pelayanan administrasi yang meliputi pembinaan ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, perencanaan, keuangan, perlengkapan, rumah

tangga, hubungan masyarakat. Dimana terbagi menjadi sekretaris dan asisten.

  Unit pengadaan bahan

Melaksanakan pengadaan koleksi bahan pustaka melalui pembelian, hadiah, hibah dan tukar menukar.

  Unit pengelolaan bahan

Melaksanakan klasifikasi, katalogisasi dan penyelesaian fisik bahan pustaka, verifikasi bahan pustaka serta pemasukan data ke pangkalan data.

  Unit pelayanan, sirkulasi, dan peminjaman

Melaksanakan layanan sirkulasi, rujukan dan keliling, audio visual, reproduksi, terjemahan, transliterasi (alih aksara), melaksanakan kerjasama perpustakaan dalam dan luar negeri, pengelolaan pangkalan data daerah, pelaksanaan, pengembangan sistem otomasi perpustakaan di lingkungan Badan, pengelolaan website, jaringan internet.

  Unit Pelayanan Referensi

Melaksanakan layanan referensi, alat-alat bibliografi seperti indeks, laporan tahunan, kamus, ensiklopedia, dll

  1. Deskripsi pelaku

  Pengguna dan alurkegiatan

  Struktur organisasi pengelola perpustakaan umum

  Proses pelayanan arus sirkulasi buku

  Proses alur koleksi buku lama

  Proses alur koleksi buku baru

3.2 Sintesa (Culture Library Foundation dan Pusat Kebudayaan)

Model Culture Library Foundation yang bisa dicontoh dan patut ditiru adalah Yayasan Karta pustaka. Pusat kebudayaan Yayasan Karta Pustaka didirikan pada tahun 1967 oleh nyonya E. Th. Simadibrata-Piontek, Pater Theodore Geldorp (Dick Hartoko, SJ.), Drs. Soepojo Padmodiputro, MA., dan Pater H. M. L. Loeff, SJ.. Walaupun para pendirinya telah wafat, namun yayasan ini masih tetap berdiri. Para anggota pengurusnya masih tetap terdiri dari tokoh-tokoh penting dalam bidang kebudayaan, kesenian dan pendidikan dari berbagai universitas dan organisasi budaya di Yogyakarta. Kepemimpinan harian kantor berada dalam tangan ibu Anggi Minarni di dukung oleh 10 orang pegawai yang sebagian besar sudah bekerja lebih dari 10 tahun untuk Karta Pustaka.

Dalam tahun 2003 Yayasan Karta Pustaka telah merumuskan ulang tujuannya yaitu: penguatan persahabatan antara Indonesia dengan negeri Belanda melalui kebudayaan memfasilitasi kegiatan pendidikan masyarakat melalui kebudayaan dan kesenian, dan mendorong upaya upaya pelestarian warisan budaya.

Karta Pustaka bekerja sama dengan Erasmus Huis, Pusat Bahasa Erasmus, dan banyak pusat kebudayaan serta lembaga pendidikan lain di Yogyakarta dan sekitarnya, antara lain dengan Bentara Budaya Yogyakarta, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Jogja Heritage Society, Jogja TV, ELTI Radio, Teater Garasi, Jaringan Perempuan Yogyakarta dan Yayasan Umar Kayam.

Karta Pustaka juga turut memberi sumbangan dalam pengenalan akan kebudayaan Belanda dan Indonesia dalam arti yang luas. Karena itu yayasan ini sering diundang oleh pihak pemerintah maupun swasta untuk bekerjasama dalam bidang kebudayaan di Yogyakarta. Karta Pustaka berpendapat bahwa kebudayaan bisa membentuk sebuah jembatan yang mantap antara manusia dari berbagai budaya, dan merupakan sebuah alat bantu yang sangat baik untuk menghargai insan manusia.

Yayasan Karta Pustaka sungguh sesuai dengan makna namanya, karena Karta Pustaka berarti: perpustakaan yang berkembang; perpustakaannya benar benar bertumbuh dan saat ini berjumlah 9.000 judul, terutama terdiri dari buku buku mengenai kebudayaan. Dalam tahun 2009 sebanyak 4873 orang telah memanfaatkan perpustakaan ini, kebanyakan para mahasiswa berusia antara 19 – 35 tahun, dan para peneliti. Di samping itu para anggota yang berusia lebih tua tetap memanfaatkan perpustakaan ini dengan setia. Beberapa acara diselenggarakan di pendopo (ruang tamu dari bangunan Jawa) Karta Pustaka, dan hal ini kembali meningkatkan jumlah pengunjung perpustakaan.

Dalam tahun 2009 juga kembali diadakan berbagai kursus bahasa Belanda untuk komunikasi aktif, adapun kelas reguler dan les privat. Terdapat 198 peserta kursus yang terdiri dari para mahasiswa, pegawai biro perjalanan, atau orang orang yang telah menikah dengan orang Belanda. Secara total ada 16 orang yang telah mengikuti ujian dari CnaVT dari Nederlandse Taalunie (Persatuan Bahasa Belanda). Atas bantuan Erasmus Huis, maka bagi ketiga tenaga pengajar terdapat kemungkinan untuk mengikuti pendidikan lanjutan di Pusat Bahasa Erasmus di Jakarta, di negeri Belanda atau di Belgia.

Bersama dengan Erasmus Huis telah diselenggarakan 8 kegiatan berikut ini dalam tahun 2009:

  • ceramah oleh Louis Zweer dan pemutaran film dokumenter karya Alfred Hustinx di pendopo Karta Pustaka, yang banyak diminati para fotografer muda, jurnalis foto dan mahasiswa.
  • konser musik klasik oleh Trio Storioni di ruangan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, yang terutama telah menarik minat publik muda usia (400 pengunjung).
  • duo akordeon TOEAC beranggotakan Pieternel Berkers dan Renée Bekkers (350 pengunjung). TOEAC juga telah mengunjungi sebuah sekolah menengah dan memperkenalkan musik akordeon kepada para siswa (100 orang).
  • konser musik jazz oleh Sensual Band dan Denise Jannah dengan kelompoknya, dengan lebih dari 600 orang pengunjung pada masing masing konser.
  • trio Mike del Ferro menyajikan sebuah konser musik jazz dalam kerjasama dengan orkes gamelan Azied Dewa Trio dari Yogyakarta. Sebuah perpaduan yang luar biasa dari instrumen musik diatonis Barat dengan gamelan pentatonis dari Yogya (400 pengunjung).
  • pameran desain grafis oleh Max Kisman membawa banyak inspirasi bagi para dosen dan mahasiswa sekolah desain grafis (300 pengunjung).
  • pameran “Buku dengan Desain Terbaik”, dengan lokakarya (40 mahasiswa) dan ceramah (75 mahasiswa) oleh Joost Grootens (600 pengunjung).
  • Konser Gypsy Jazz oleh kelompok Pigalle 44 di Fakultas Kedokteran UGM merupakan sebuah sukses besar. Sebanyak 300 penonton menunggu selama hampir 2 jam kedatangan para artis yang terlambat karena jadwal penerbangan.

Baik dalam kerjasama dengan pihak lain ataupun tidak, atas inisiatif sendiri Karta Pustaka antara lain juga telah mengadakan kegiatan berikut :

  • pameran gambar oleh Clementine Oomes, seorang ilustrator koran NRC Handelsblad dan buku anak anak (total 200 pengunjung).
  • Europe Days, bekerjasama dengan pusat kebudayaan lainnya, membawa informasi tentang kebudayaan Europa, bahasa dan pendidikan (total 1500 pengunjung).
  • International Women’s Day, dengan penampilan kaum wanita dari Indonesia, Belanda, Perancis dan Amerika (250 pengunjung).
  • Opera “Mata Hari” bekerjasama dengan ISI Yogyakarta dan Taman Budaya Yogyakarta, dengan sutradara panggung Joned Suryatmoko, penata musik Edward van Ness dan komposer Vincent MsDermott, desainer kostum Afif Syakur, restoran Gajah Wong, peralatan tata suara dan tata cahaya dari MadFlash (400 pengunjung).
  • “Anak dan Perangko”, sebuah kerjasama dengan perkumpulan Filateli Indonesia Yogyakarta, dan PT POS. Setiap hari anak anak dari berbagai sekolah dan rumah piatu dari Yogya dan sekitarnya mengunjungi pameran, dan bercakap-cakap dengan anak anak yang memenangkan hadiah karena keindahan koleksi perangko mereka (400 pengunjung).
  • Pameran pameran foto oleh para mahasiswa dari berbagai universitas atau perkumpulan foto, dilanjutkan oleh diskusi dengan para wartawan foto senior dari media pers nasional seperti a.l. Kompas dan Tempo.
  • Indonesia Arts and Culture Scholarship, sebuah program yang diikuti oleh 12 siswa dari 12 negara di Asia Pasifik, untuk belajar mengenal kesenian dan kebudayaan Indonesia.
  • “Seven Needles”, sebuah pameran karya bordir, rajutan dan manik manik, yang dilanjutkan dengan lokakarya (300 pengunjung).
  • “Seniman Membaca Mangunwijaya”, dalam rangka mengenang Pater YB Mangunwijaya, seorang pendeta Katolik, bapak pelindung wilayah miskin pinggir kali Code, arsitek dan penulis dari karya karya prosa terkenal.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1    Simpulan

Penelitian ini dapat disimpulkan menjadi dua poin;

1. Peran Culture Library Foundation sebagai pusat kebudayaan adalah menjadi tempat apresiasi, eksperimen dan mencipta di bidang kebudayaan. Peran ini ditunjang oleh koleksi yang representatif di bidang kebudayaan di samping keragaman jenis informasinya. Bahan informasi itu terdiri dari;  pertama, koleksi cetak terdiri dari buku, majalah, ensiklopedi, kamus, surat kabar, tabloid;  kedua, adalah koleksi  non cetak, kaset, foto atau compact disc terbitan/produksi dalam negeri maupun luar negeri.

2. Perpustakaan yang concern di bidang kebudayaan berpijak di dua tempat. Pertama berpijak pada koleksi yang representatif sehingga user  mampu melakukan apresiasi secara komprehensif atau analitis, mengerjakan ekspreimen dengan bahan rujukan yang beragam dan kaya, mencipta dengan kekayaan pengetahuan dan pengalaman. Kedua, berpijak pada kegiatan pendukung yang mampu menjadi pendorong apresiasi, eksperimen dan mencipta, atau dengan kata lain koleksi perpustakaan dimanfaatkan atau membantu dengan cara tidak langsung, ada terminal-terminal sebelumnya yang harus disinggahi. Kegiatan pendukung itu antara lain; pembacaan puisi, pameran, pementarasan, diskusi, sarasehan. Misalnya dengan pembacaan puisi, karya itu akan dikenal ketika orang belum mengetahui karya itu berada di buku apa. Pembacaan puisi juga menambah kaya puisi itu sendiri, karena di apresiasi, dipelajari, dan menambah ketenangan hati, keluasan pikiran.

4.2  Saran

1. Kebudayaan memiliki ranah yang cukup luas. Masuk ke dalam bidang kebudayaan laiknya sebuah penentuan pilihan atau posisi. Culture Library Foundation lewat perpustakaan sebagai salah satu sarana penyimpan informasi dan penyebaran informasi juga memilih posisi tertentu dalam wilayah kebudayaan. Hal ini berpengaruh terhadap pilihan atau penentuan kebijakan dalam koleksi apa yang harus di sediakan, juga pada kegiatan apa yang harus diselenggarakan, siapa saja pesertanya sebagai upaya untuk menghimpun koleksi atau menyebarkan informasi budaya. Upaya untuk mengakomodir semua aktivitas dan kelompok kebudayaan juga mustahil tetapi setidaknya ada cara untuk selalu mengikuti perkembangan kebudayaan yang lebih intens (rutin dan dalam). Caranya adalah dengan melakukan penelitian-penelitian budaya yang dilakukan yayasan sendiri maupun bekerjasama dengan pihak lain.

2.  Culture Library Foundation, jika dilihat dari segi pengunjung yang memanfaatkan adalah golongan tertentu. Koleksi yang dimiliki memiliki nilai informasi dan sejarah yang tinggi. Sehingga harus ada upaya-upaya untuk mengenalkan koleksi-koleksi yang dimiliki terhadap masyarakat. Koleksi bernilai tinggi ini bagi sebagian orang menunjukkan kesan angker, dingin dan tidak menarik. Hal ini untuk beberapa kasus mungkin masalah penyampaian. Artinya harus ada cara lain untuk menyampaikan selain dengan cara informasi yang disajikan lewat format penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Dudung. 2003. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.

Alisjahbana, S.Takdir. (t.t.). ANTROPOLOGI BARU. Nilai-nilai Sebagai Tenaga Integrasi dalam Pribadi, Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: Universitas Nasional dan Dian Rakyat.

Azwar, Saifuddin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budiman, Hikmat. 2002. Lubang Hitam Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Capra, Fritjof. 2000. Titik Balik Peradaban. Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan. Turning Point. Science, Society and The Rising Culture.

Thoyibi (penerj). Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Driyarkara. 1980. Tentang Pendidikan. Jakarta: Yayasan Kanisius.

Darma, Budi. 2001. Ironi si kembar siam: Tentang posmo dan kajian budaya. Dalam jurnal Kalam. Edisi 18, tahun 2001

Ganap, Victor. 2001. Musik Keroncong Tugu Sebuah Sintesis Budaya Hibrida dalam Selonding Jurnal Etnomusikologi Volume 1, Nomor 1, September 2001.

Hamakonda, Towa [dan] J.N.B. Tairas. 1992. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey. Jakarta: Gunung Mulia.

Jubaidi, M. 2008. Strategi Pengembangan Perpustakaan Masjid Raya Klaten. (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Adab Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN SUKA.

Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan.  Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

11/26/2012 Posted by | CONTOH LKTM | , , , , | 2 Komentar