BIOLOGI ONLINE

blog pendidikan biologi

PENGARUH BERBAGAI MACAM DOSIS EKSTRAK TANAMAN PULE (ALSTONIA SCHOLARIS) PADA GLUKOSA TIKUS YANG MENDERITA DM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pule disebut Alstonia scholaris R Br, termasuk ke dalam famili tumbuhan Apocynaceae. Tanaman ini dikenal dengan naman daerah pule, lame, polay, hanjalutung, kayu skala, rita atau lita-lita. Pulai (Alstonia sp) merupakan tumbuhan asli Indonesia dan penyebarannya cukup luas di Indonesia.  Pulai tumbuh  mulai dari ketinggian 10 – 1250 m dpl dengan variasi tapak yang beragam baik pada areal rawa, gambut, pasang surut maupun daerah kering (Martawidjaja, 1981).

Pulai (Alstonia spp.) merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Jenis ini termasuk indigenous species dan cepat tumbuh (fast growing species), serta mempunyai sebaran hampir di seluruh wilayah Indonesia (Soerianegara dan Lemmens, 1994). Pulai sangat prospektif untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman karena kegunaan kayu pulai cukup banyak dan saat ini permintaannya cukup tinggi. Kegunaan kayu pulai antara lain untuk pembuatan peti, korek api, hak sepatu, kerajinan seperti wayang golek dan topeng, cetakan beton, pensil slate, dan pulp (Samingan, 1980 dan Martawijaya et al., 1981). Beberapa industri yang menggunakan bahan baku kayu pulai adalah industri pensil slate di Sumatera Selatan, industri kerajinan topeng di Yogyakarta, dan industri kerajinan ukiran di Bali.

Kulit batang pule (Alstonia scholaris R.Br.) merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia. Dari studi pustaka, kulit batang pule berkhasiat sebagai penurun demam, meningkatkan selera makan, mengobati radang ginjal, obat kencing manis, obat malaria, obat tekanan darah tinggi dan obat cacing

Tumbuhan ini kaya dengan kandungan kimia, yang sudah diketahui antara lain: Kulit batang: saponin, flavonoida dan polifenol. Alkaloid : ditamine (C18H19NO3), ditaine (echititamine), echi-kaoetchine. Zat pahit : echeretine, echicherine. Selain itu, dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisional lain disebutkan bahwa tanaman ini memiliki sifat; pahit, anti piretik, anti malaria, anti demam,anti hipertensi/ anti andenergik, melancarkan saluran darah.

Diabetes Mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemi) dan kadar gula yang tinggi pula dalam air seni (glukosuria). Penyakit Diabetes Mellitus biasanya herediter (menurun) dan merupakan penyakit metabolik sebagai akibat dari tubuh yang kekurangan insulin efektif yang merubah gula darah menjadi gula otot (glikogen).

WHO telah mendefenisikan 3 jenis diabetes: Diabetes Tipe 1, biasanya tediagnosa sejak usia kanak-kanak.is usually diagnosed in childhood. Tubuh penderita hanya sedikit menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin, oleh karena itu untuk bertahan hidup penderita harus mendapat suntikan insulin setiap harinya. Tanpa pengaturan harian, kondisi darurat dapat terjadi.

Diabetes Tipe 2, lebih umum ditemui daripada type 1 dan mencapai 90% atau lebih dari seluruhj kasus diabetes. Biasanya terjadi di usia dewasa. Pada tipe-2 ini, pankreas tidak cukup membuat insulin untuk menjaga level gula darah tetap normal, seringkasili disebabkan tubuh tidak merespin dengan baik terhadap insulin tersebut.Kebanyakan orang tidak menyadari telah menderita dibetes tipe-2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius. Diabetess type 2 sudha menjadi umum dialami didunia maupun di Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga, dan Gestational diabetes, adalah kondisi gula darah yang tinggi yang terjadi pada masa kehamilan, terjadi pada orang yang tidak menderita diabetes. Umunnya akan kembali normal setelah masa kehamilan.

Banyak faktor resiko diabetes, termasuk diantaranya: Ayah atau Ibu, saudara laki-laki atau perempuan yang menderita diabetes (faktor keturunan), Kegemukan, Usia diatas 45 tahun, Gestational diabetes atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 Kg, Tekanan darah tinggi, Angka Triglycerid (salah satu jenis molekuk lemak) yang tinggi, Level kolesterol yang tinggi, Gaya hidup modern yang cenderung banyak mengkonsumsi makanan instan. Perokok, dan Stress.

Diabetes Melitus menempati urutan ke-4 dalam ranking pembunuh manusia. Kongres Federasi Diabetes International tahun 2003 menyebutkan bahwa sekitar 194 Juta orang di dunia menderita penyakit ini. Di Indonesia sendiri tercatat 2,5 juta orang dan diperkirakan akan terus bertambah. Berdasarkan pola pertambahan penduduk , diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4 % akan didapatkan 7 juta pasien DM. Sedangkan menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada tahun 2006

diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.

Berdasarkan latar belakang diatas maka diharapakan tanaman pule akan dapat digunakan dan dijadikan alternative oleh masyarakat untuk pengobatan penyakit diabetes mellitus yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah dengan menggunakan ekstrak kulit batang tanaman pule dapat menurunkan kadar glukosa pada hewan percobaan tikus?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan ekstrak kulit batang pule dapat menurunkan kadar glukosa pada hewan percobaan tikus.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan beberapa manfaat diantaranya untuk masyarakat adalah: memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai tanaman pule yang dapat digunakan dalam mengobati Diabetes Melitus, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terutama penderita Diabetes Melitus untuk mengobati penyakitnya.

Sedangkan manfaat bagi peneliti sendiri adalah dapat mempelajari lebih dalam mengenai tanaman pule untuk pengobatan Diabetes Melitus sehingga lebih memperkaya pengetahuan peneliti terhadap berbagai macam penelitian yang nantinya dapat diaplikasikan kepada masyarakat.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan penelitian kali ini adalah tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah pule (Alstonia scholaris) terutama pada bagian kulit batang, dan penyakit yang diteliti pada percobaan kali ini adalah diabetes melitus.

1.6 Definisi Istilah

Ekstrak adalah sediaan sari pekat tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan (Zainal, 2007).

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Agus, 2005).

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Tanaman Pule

2.1.1 Klasifikasi

Divisio             : Magnoliophyta

Class                : Magnoliopsida

Ordo                : Gentianales

Famili              : Apocynaceae

Genus              : Alstonia

Spesies            : Alstonia scholaris (Chevalier, 2000)

2.1.2 Morfologi

Ciri-ciri umum dari Alstonia scholaris adalah pohon mencapai 40 m, daun berkarang 3-8, tulang daun banyak. Perbungaan terminalis atau pada ketiak daun yang terletak di bagian ujung cabang, memiliki ibu tangkai bunga, percabangan utamanya memayung. Bunga umumnya putih atau putih kehijauan, kecil. Buah berupa bumbung, berpasangan (Hendrian, 1999).

Dari hasil pengamatan lapang didapatkan data bahwa daun tersusun melingkar atau berkarang 5-7 helaian, berbentuk lonjong, panjang tangkai daun 1,5-3 cm. sedangkan batang pohon yang sudah tua beralur sangat jelas dengan sayatan berwarna krem dan mengeluarkan banyak getah berwarna putih. Diamaer batang ± 16 cm. perbungaan terminalis, panjang tangkai perbungaan 7-13 cm, bunga tergolong bunga banci, berbilangan 5, panjang bunga lebih dari 1 cm, berwarna putih, krem atau hijau, kelopak berbagi, daun mahkota berlekatan membentuk buluh yang relative panjang, bakal buah menumpang, dikelilingi cakram. Buah berupa bumbung berpasangan 20-50 cm. biji bersayap/berambut, lembaga besar, dan lurus (Tjitrosoepomo, 2002).

2.1.3 Daerah Persebaran dan Habitat

Menurut valkenberg dan Bunyapraphatsara (2002), persebaran Alstonia scholaris cukup luas, antara lain di Sri Langka, Indo-China, kawasan malesia, Australia hingga kepulauan pasifik. Toleran terhada berbagai-macam tanah dan habitat, dijumpai sebagai tanaman kecil yang tumbuh di atas karang atau bagian tajuk dari hutan primer dan  sekunder.  Banyak dijumpai di dataran rendah/pesisir dengan curah hujan tahunan 10003800 mm. Juga dijumpai pada ketinggian diatas 1000 m dpl.  Salah satu sifat adalah dapat tumbuh di atas tanah dangkalTidak tumbuhy pada sebaran alami yang suhunya kurang dari 8ºC, yang menunjukkan jenis ini tidak tahan udara dingin.

Di alam, jenis-jenis Alstonia umumnya tumbuh di daerah terbuka, bersemak, atau hutan campuran, pada ketinggian 50-1.500 m dpl (Hendrian dan Hadiah, 1999). Di tempat alaminya, Alstonia scholaris dapat tumbuh di atas tanah dangkal dan tidak dapat tumbuh pada tempat denga  temperatur udara kurang dari 80 C. banyak dijumpai di daratan rendah dan pesisir dengan curah hujan tahunan 1.000 – 3.800 mm. Namun dapat dijumpai pula di daerah dengan mencapai ketinggian 1.000 m dpl. Tanaman ini toleran terhadap berbagai macam tanah dan habitat. Dapat dijumpai pula sebagai tanaman kecil yang tumbuh di atas karang atau bagian tajuk dari hutan primer dan sekunder (Anonim, 2001).

Menurut Hendrian dan Hadiah (1999), Alstonia scholaris dapat ditemukan pada daerah dengan ketinggian tempat antara 500 sampai dengan 1000 meter di atas permukaan laut. Sedangkan menurut Heyne (1987) Alstonia scholaris tumbuh tersebar di seluruh nusantara, di Jawa umumnya tumbuh pada ketinggian di bawah 900 m dpl.

2.1.4 Pemanfaatan

Selain itu, Alstonia scholaris bermanfaat sebagai tanaman obat tradisional. Kulit kayunya digunakan sebagai obat demam, malaria, sakit perut, batuk dan disentri. Kandungan kimia yang terdapat pada Alstonia scholaris diantaranya ekitamina dan alstonamina (Valkenberg dan Bunyapraphatsara, 2002). Kayunya yang tidak awet, hanya memungkinkan untuk konstruksi ringan di dalam ruangan atau untuk pulp dan kertas. Juga digunakan sebagai bahan-bahan kerajinan, misalnya patung dan topeng serta papan tulis sekolah. Di Sri Langka banyak digunakan sebagai kayu bakar dan dikelola dengan daur pendek (6-8 Tahun), tetapi tidak terlalu baik jika digunakan sebagai arang.

Di dalam kehidupan masyarakat Hndu Bali, kayu pule ini banyak dimanfaatkan untuk digunakan sebagai bahan kerajinan patung dan topeng serta sebagai salah satu piranti upacara. Selain kayunya, daun juga digunakan dalam upacara Pitra Yadnya sebagai salah satu komponen yang diramu dalam sesajen/banten, yang berupa jejangan urap (Sayuran).

2.2 Diabetes Melitus

2.2.1 Pengertian

Diabetes mellitus (DM) berasal dari kata Yunani diabaínein, yang berarti “tembus” atau “pancuran air”, dan dari kata Latin mellitus yang berarti “rasa manis”.Di Indonesia (dan negara berbahasa Melayu) lebih dikenal sebagai kencing manis. Diabetes Mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah (hiperglisemia) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.

Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglisemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.

Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan, gejalanya sangat bervariasi. Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, syaraf, dan lain-lain. Penderita diabetes melitus dapat mengalami beberapa komplikasi bersama-sama atau terdapat satu masalah yang mendominasi, yang meliputi kelainan vaskuler, retinopati, nefropati diabetik, neuropati diabetik dan ulkus kaki diabetik.

2.2.2 Macam-macam Diabetes Melitus

Menurut WHO secara umum Diabetes Mellitus dibagi menjadi 3 Macam yaitu:

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 dulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM, “diabetes yang bergantung pada insulin”), atau diabetes anak-anak, dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui “inhaled powder”.

Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang lebih rendah. seperti “frequent hypoglycemic events”. Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hypoglycemia, dapat menyebabkan kejang atau seringnya kehilangan kesadaran.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 dulu disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM, “diabetes yang tidak bergantung pada insulin”) — terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin” dan “resistensi terhadap insulin” atau “berkurangnya sensitifitas terhadap insulin”(adanya defek respon jaringan terhadap insulin)yang melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatas dengan berbagai cara dan Obat Anti Diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulinpun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral (fat concentrated around the waist in relation to abdominal organs, not it seems, subcutaneous fat) diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, mungkin dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa. abdominal gemuk Adalah terutama aktip hormonally. Kegendutan ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan mendiagnose dengan jenis 2 kencing manis. Lain faktor boleh meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang ter]akhir [itu] telah terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak remaja dan anak-anak.

Diabetes tipe 2 boleh pergi tak ketahuan bertahun-tahun dalam suatu pasien [sebelum/di depan] hasil diagnosa [sebagai/ketika] gejala yang kelihatan adalah secara khas lembut atau yang tidak ada,, tanpa ketoacidotic, dan dapat sporadis.. Bagaimanapun, kesulitan yang menjengkelkan dapat diakibatkan oleh jenis tak ketahuan 2 kencing manis, termasuk kegagalan yang berkenaan dengan ginjal, penyakit yang vaskuler ( termasuk penyakit nadi/jalan utama serangan jantung), visi merusakkan, dan lain lain

Diabetes Tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (biasanya peningkatan), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan antidiabetic drugs. Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.

c. Gestational Diabetes Melitus

Gestational diabetes mellitus (GDM) melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, menirukan jenis 2 kencing manis di beberapa pengakuan. Terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh setelah melahirkan. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.

GDM terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan secara penuh bisa perlakukan tetapi, tidak diperlakukan, boleh menyebabkan permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia (kelahiran yang tinggi menimbang), janin mengalami kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak lahir. Penderita memerlukan pengawasan secara medis sepanjang kehamilan.

Resiko Fetal/Neonatal yang dihubungkan dengan GDM meliputi keanehan sejak lahir seperti berhubungan dengan jantung, sistem nerves yang pusat, dan [sebagai/ketika/sebab] bentuk cacad otot. Yang ditingkatkan hormon insulin hal-hal janin boleh menghalangi sindrom kesusahan dan produksi surfactant penyebab hal-hal janin yang berhubung pernapasan. Hyperbilirubinemia boleh diakibatkan oleh pembinasaan sel darah yang merah. Di kasus yang menjengkelkan, perinatal kematian boleh terjadi, paling umum sebagai hasil kelimpahan placental yang lemah/miskin dalam kaitan dengan perusakan/pelemahan yang vaskuler. Induksi/Pelantikan mungkin ditandai dengan dikurangi placental fungsi. Bagian Cesarean mungkin dilakukan jika ditandai kesusahan hal-hal janin atau suatu ditingkatkan risiko dari luka-luka/kerugian dihubungkan dengan macrosomia, seperti bahu dystocia.

2.2.3 Penyebab Diabetes Melitus

Penyebab utama diabetes di era globalisasi adalah adanya perubahan gaya hidup (pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas fisik). Selain itu, adanya stress, kelainan genetika, usia yang semakin lama semakin tua dapat pula menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit diabetes. Penyakit ini dapat dicegah dengan merubah pola makan yang seimbang (hindari makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam), melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari (berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat), serta rajin memeriksakan kadar gula urine setiap tahun (Sinaga, 2003).

Agar lebih memahami diabetes, sangat penting untuk terlebih dahulu memahami proses normal dari metabolisme makanan. Beberapa hal yang terjadi ketika makanan dicerna:

  • Gula atau yang disebut glukosa masuk kedalam aliran darah. Glokosa merupakan sumber bahan bakar utama bagi tubuh.
  • Organ tubuh yang disebut pankreas memproduksi insulin. Peranan dari insulin adalah mengangkut glukosa dari darah menuju otot, lemak, dan sel-sel hati, diamana kana digunakan sebagai bahan bakar.

Penderita diabetes memiliki kadar gula darah yang tinggi. Ini disebabkan karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin ataupun otot, lemak dan sel-sel hati tidak merespon insulin secara normal. Ataupun kedua-duanya.

Sebuah analogi yang cukup pas menggambarkan hal ini disampaikan oleh Mistra dalam bukunya 3 Jurus Melawan Diabetes Mellitus. Mistra menganalogikan hormon insulin sebagai sopir angkutam umum sebuah kota. Jika para supir angkutan kota mogok massal, orang-orang akan berkumpul ditepi jalan menanti jasa angkutan. Orang-orang (calon penumpang) ini diibaratkan sebagai gula dalam darah. Jika hormoninsulin tidak ada atau sedikit jumlahnya maka gula yang ada dalam drah tidak dapat terangkut sehingga menyebar diseluruh pembuluh darah.

Secara umum, asupan gula dalam darah disimpan dalam hati. Di sini diolah menjadi glikogen. Jika tubuh memerlukan, hati akan mengeluarkan dan mengolah kembali menjadi glukosa. Bagi orang normail, sebanyak apapun konsumsi gula tidak mengganggu organ tubuh. Namun, tidak demikian bagi diabetesi. Jika buang air kecil, airnya agak kental dan terasa manis. Ini dikarenakan banyaknya gula yang berada dalam darah. Gula tersebut dibersihkan dan dikumpulkan dalam kandung kemih oleh ginjal.

Selain itu, Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu:
a.Faktor genetik

Riwayat keluarga dengan diabetes : Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya1, 96 %.

b.Faktor non genetik

1.)Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.

2.)Nutrisi
a.)Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.

b.)Malnutrisi protein

c.)Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.

3.)Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.

4.)Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat

2.2.4 Gejala Diabetes Melitus

Tiga serangkai yang klasik tentang gejala kencing manis adalah polyuria (banyak kencing), polydipsia (banyak minum) dan polyphagia (banyak makan). Gejala ini boleh kembang;kan sungguh puasa diset dicetak 1, terutama sekali di anak-anak ( bulan atau minggu) tetapi mungkin sulit dipisahkan atau dengan sepenuhnya absen & & mdash; seperti halnya mengembang;kan jauh lebih pelan-pelan & mdash; diset dicetak 2. Diset dicetak 1 [di/ke] sana boleh juga jadilah kerugian berat/beban ( di samping normal atau yang ditingkatkan makan) dan kelelahan yang tidak dapat diperkecil lagi. Gejala ini boleh juga menjelma diset dicetak 2 kencing manis di pasien kencing manis siapa adalah dengan kurang baik dikendalikan. Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).

Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).

Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan. Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan.

Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam.

Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius.

Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering kencing dan haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

2.2.5 Patofisiologi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelainan yang heterogenik dengan karakter utama hiperglikemia kronis. Meskipun pola pewarisannya belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peran yang kuat dalam munculnya DM ini. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor lingkungan seperti gaya hidup, diet, rendahnya aktivitas fisik, obesitas dan tingginya kadar asam lemak bebas. Pada DM terjadi defek sekresi insulin, resistensi insulin di perifer dan gangguan regulasi produksi glukosa oleh hepar.

Penyakit diabetes membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Bila yang terkena pembuluh darah di otak timbul stroke, bila pada mata terjadi kebutaan, pada jantung penyakit jantung koroner yang dapat berakibat serangan jantung/infark jantung, pada ginjal menjadi penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal tahap akhir sehingga harus cuci darah atau transplantasi. Bila pada kaki timbul luka yang sukar sembuh sampai menjadi busuk (gangren). Selain itu bila saraf yang terkena timbul neuropati diabetik, sehingga ada bagian yang tidak berasa apa-apa/mati rasa, sekalipun tertusuk jarum /paku atau terkena benda panas.

Kelainan tungkai bawah karena diabetes disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan saraf, dan adanya infeksi. Pada gangguan pembuluh darah, kaki bisa terasa sakit, jika diraba terasa dingin, jika ada luka sukar sembuh karena aliran darah ke bagian tersebut sudah berkurang. Pemeriksaan nadi pada kaki sukar diraba, kulit tampak pucat atau kebiru-biruan, kemudian pada akhirnya dapat menjadi gangren/jaringan busuk, kemudian terinfeksi dan kuman tumbuh subur, hal ini akan membahayakan pasien karena infeksi bisa menjalar ke seluruh tubuh (sepsis). Bila terjadi gangguan saraf, disebut neuropati diabetik dapat timbul gangguan rasa (sensorik) baal, kurang berasa sampai mati rasa. Selain itu gangguan motorik, timbul kelemahan otot, otot mengecil, kram otot, mudah lelah. Kaki yang tidak berasa akan berbahaya karena bila menginjak benda tajam tidak akan dirasa padahal telah timbul luka, ditambah dengan mudahnya terjadi infeksi. Kalau sudah gangren, kaki harus dipotong di atas bagian yang membusuk tersebut. Gangren diabetik merupakan dampak jangka lama arteriosclerosis dan emboli trombus kecil. Angiopati diabetik hampir selalu juga mengakibatkan neuropati perifer. Neuropati diabetik ini berupa gangguan motorik, sensorik dan autonom yang masing-masing memegang peranan pada terjadinya luka kaki. Paralisis otot kaki menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan di sendi kaki, perubahan cara berjalan, dan akan menimbulkan titik tekan baru pada telapak kaki sehingga terjadi kalus pada tempat itu.

Gangguan sensorik menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya perlindungan terhadap trauma sehingga penderita mengalami cedera tanpa disadari. Akibatnya, kalus dapat berubah menjadi ulkus yang bila disertai dengan infeksi berkembang menjadi selulitis dan berakhir dengan gangren.

Gangguan saraf autonom mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit kering dan mudah mengalami luka yang sukar sembuh. Infeksi dan luka ini sukar sembuh dan mudah mengalami nekrosis akibat dari tiga faktor. Faktor pertama adalah angiopati arteriol yang menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik sehingga mekanisme radang jadi tidak efektif. Faktor kedua adalah lingkungan gula darah yang subur untuk perkembangan bakteri patogen. Faktor ketiga terbukanya pintas arteri-vena di subkutis, aliran nutrien akan memintas tempat infeksi di kulit.

2.2.6 Pengobatan Diabetes Melitus

Regulasi glukosa darah merupakan kunci dalam pencegahan komplikasi dan perkembangan penyakit diabetes. Pengaturan istirahat, makan(diet) dan olah raga perupakan terapi pokok dalam pengelolaan DM di samping pemberian obat berkhasiat menurunkan glukosa darah (hipoglikemik) (Hendromartono,2004).

Obat-obat Anti Diabetes, disingkat OAD, mengalami perkembangan yang cukup pesat. Saat ini dapat dijumpai OAD yang praktis, hanya diminum sekali sehari, dan selain menurunkan kadar gula darah juga menjaga kesehatan sel Beta Pankreas, meningkatkan fungsi sel-sel Beta Langerhans di Pankreas, mencegah resistensi, ini yang penting. Namun OAD yang lama juga masih tetap dipakai karena pertimbangan harga. Yang harus diketahui: agar angiopati diabetik tidak mudah timbul, hindarkan terjadinya NSH (Nocturnal Symptompless Hypoglycemia). NSH bisa timbul bila OAD golongan tertentu diberikan pada sore atau malam hari, sehingga pada malamnya timbul NSH. NSH ini akan merangsang sekresi katekolamin, kortisol, growth hormon, dan glukagon yang semuanya mempercepat terjadinya angiopati diabetik. Karena itu, apabila memberikan OAD golongan tertentu, misalnya golongan glibenklamid, berikanlah pada pagi dan siang hari, jangan pagi dan sore hari.

Karena kejenuhan, biasanya penderita DM suka berganti-ganti metode pengobatan. Bermacam-macam terapi alternatif ditempuh. Teman bilang ini dituruti, saudara bilang ke sana maka dia pun ke sana, baik pengobatan modern maupun pengobatan alternaif yang bermacam ragamnya. kadang-kadang satu macam pengobatan belum menampakkan hasilnya, sudah berpindah lagi.Ini yang harus diperhatikan, apa pun pengobatan yang ditempuh, tetap harus rajin mengukur kadar gula darahnya, untuk bisa melihat kemajuan pengobatannya. Minimal sebulan sekali. Saat ini sudah banyak alat pengukur gula darah, jika bisa memliki sendiri juga baik. Sekali-sekali memeriksakan juga kadar HbA1c. Namun tetap diperlukan nasehat dari dokter untuk pemilihan, pemantauan dan analisa terapi yang dijalani.

Prinsip pengobatan dalam diabetes mellitus diantaranya adalah:

1). Antidiabetes suntikan / insulin

Insulin harus digunakan pada keadaan ketoasidosis atau koma hiperosmolar nonketotik. Pada keadaan penyakit akut, infeksi dan strees, keadaan diabetes akan sangat tidak terkendali sehingga harus digunakan insulin. Pada DMTTI (Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin) kadang-kadang terjadi hiperglikemia selama operasi anesthesia sehingga harus juga dipakai insulin. Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) merupakan indikasi klasik penggunaan insulin. Insulin juga harus diberikan pada wanita hamil dan bila pengobatan dengan obat hipoglikemik oral mengalami kegagalan (Anonim, 1996). Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan evaluasi pengobatan dengan insulin adalah dengan cara apa insulin itu diberikan. Menurut lama kerja insulin dibagi menjadi 4, yaitu insulin kerja singkat, insulin kerja menengah, insulin kerja panjang, dan insulin ifasik (kombinasi insulin kerja cepat dan menengah). Insulin kerja singkat dapat diberikan secara intravena, intramuskular, atau subkutan dan tidak tergantung pada pH bahan pelarut. Insulin kerja menengah atau panjang tidak dapat diberikan secara intravena karena bahaya emboli. Insulin kerja singkat dapat ditambahkan dalam cairan infus seperti asam amino, glukosa dan elektrolit serta sebaiknya tidak diberikan bersama darah atau serum karena mengandung hidrosilat atau enzim yang dapat merusak insulin. Absorbsi yang paling cepat terjadi pada dinding abdomen, paling lambat di paha, sedang di lengan dan daerah gluteus di antaranya. Tempat yang dianjurkan adalah rotasi di daerah dinding abdomen (Anonim, 1996).

2). Obat hipoglikemik oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat hipoglikemik oral (OHO) dibagi menjadi 2 golongan :

a). Pemicu sekresi insulin

(1). Sulfonilurea

Mekanisme kerja obat golongan sulfonilurea adalah menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan (stored insulin), menurunkan ambang sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa (Anonim,1996). Obat golongan ini merupakan pilihan untuk pasien diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya. Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penyakit hati, ginjal, dan tiroid (Soegondo, dkk., 2005). Obat golongan ini antara lain khlorpropamid, glibenklamid, gliklasid, glikuidon, glipisid, glimepirid.

(2). Glinid

Glinid merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Contoh obat golongan ini adalah repaglinid dan nateglinid.

b). Penambah sensitifitas terhadap insulin

(1). Biguanid

Biguanid tidak merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa darah sampai normal (euglikemia) serta tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Efek samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah-muntah, kadang-kadang diare, oleh karena itu, lebih baik diberikan kepada pasien yang gemuk, sebab tidak merangsang sekresi insulin, yang seperti diketahui mempunyai efek anabolit. Sebenarnya obat ini baik sekali bila diiingat sifatnya yang hanya merupakan euglicemic agent, jadi tidak terdapat bahaya terjadinya hipoglikemia. Tetapi sayang sekali obat golongan ini seringkali menyebabkan asidosis laktat, terutama dengan preparat Fenformin dan Buformin, sehingga kedua preparat ini tidak dipasarkan lagi. Contoh obat golongan ini adalah metformin (Soegondo,dkk., 2005).

(2). Thiazolindin / glitazon

Thiazolindion berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor gamma (PPARg) suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Contoh obat golongan ini adalah pioglitazon dan rosiglitazon (Soegondo, dkk., 2005).

c). Penghambatan alfa glukosidase / acarbose

Cara kerja obat golongan ini adalah berdasarkan persaingan inhibisi enzim glukosidase di mukosa deudenum, sehingga reaksi penguraian di-/polisakarida menjadi monosakarida dihambat. Dengan demikian glukosa dilepas lebih lambat dan absorbsinya di dalam darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata sehingga memuncaknya kadar gula darah bisa dihindari (Tjay dan Rahardja, 2002). Efek samping obat ini adalah perut kurang enak, lebih banyak flatus dan kadangkadang diare, yang akan berkurang setelah pengobatan lebih lama. Obat ini hanya mempengaruhi kadar glukosa darah pada waktu makan dan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu. Bila diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea (atau dengan insulin) dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa murni, jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian gula pasir (Soegondo,dkk., 2005).

2.3 Flavonoid

Senyawa Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.

Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6, susunan ini menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida yaitu:

  1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
  1. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana
  1. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama salah satu jenis flavonoida yang terbesar jumlahnya pada tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3-diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (Cincin C).

Senyawa-senyawa flavonoida terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propana dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan dialam sehingga sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilaksi, atau glikosilasi dari struktur tersebut.

Dalam hal penurunan kadar glukosa darah menurut Ivorra, M.D dalam buku “A Review of Natural Product and Plants as Potensial Antidiabetic,” senyawa aktif alkoloid dan flavonoid memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah.

2.4 Efek Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Darah

Aloksan (2,4,5,6-tetraoxypyrimidine; 2,4,5,6-pyrimidinetetrone) adalah suatu substansi yang secara struktural merupakan derivate perimidin sederhana. Aloksan telah digunakan secara luas untuk menginduksi diabetes pada hewan percobaan. Substansi diabetogenik ini secara selektif bekerja pada sel pankreas yang bertanggung jawab untuk memproduksi insulin. Aloksan dalam darah berikatan dengan GLUT-2 (pengangkut glukosa) yang memfasilitasi masuknya aloksan ke dalam sitoplasma sel pankreas. Di dalam sel, aloksan menimbulkan depolarisasi berlebih pada mitokondria sebagai akibat pemasukan ion Ca2+ yang diikuti dengan penggunaan energi berlebih sehingga terjadi kekurangan energi dalam sel. Dua mekanisme ini mengakibatkan kerusakan baik dalam jumlah sel maupun massa sel pankreas sehingga terjadi penurunan pelepasan insulin yang mengakibatkan terjadinya hiperglikemi.

Beberapa teori lain menerangkan bahwa aloksan dapat membangkitkan reactive oxygen species (ROS) melalui siklus reaksi yang hasil reduksinya berupa dialuric acid. Dialuric acid ini akan mengalami siklus redoks dan membentuk radikal superoksida. Kemudian radikal ini akan mengalami dismutasi menjadi hidrogen peroksida dan pada tahap akhir mengalami reaksi katalisasi besi membentuk radikal hidroksil. Radikal hidroksil inilah yang menyebabkan kerusakan pada sel pankreas sehingga terjadilah insulin dependent diabetes mellitus atau disebut juga alloxan diabetes pada hewan percobaan. Diabetes tipe ini memiliki karakteristik yang serupa dengan diabetes tipe I pada manusia. Oleh karena itu, pemberian aloksan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan kondisi diabetik eksperimental (hiperglikemik) pada hewan percobaan.

2.5 Kerangka Konsep

Kadar Glukosa Darah
Ekstrak Kulit Batang Pule

2.6 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan uraian teoritik pada studi pustaka dan kerangka konseptual dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Pemberian Ekstrak kulit batang pule (Alstonia scholaris) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada hewan percobaan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan antara tanggal 7-15 Mei 2010, tempat penelitian ini adalah di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang.

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian: Penelitian Eksperimen

Rancangan Penelitian: Rancangan acak dengan desain penelitian Post Test Randomized Control Design.

3.3 Populasi dan Teknik Sampling

  • Populasi: Tikus putih yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang.
  • Teknik Sampling: Random Sampling.
  • Sampel: 4 buah tikus putih.

3.4 Jenis dan Definisi Operasional Variabel

  • Jenis Variabel

Variabel bebas: Konsentrasi ekstrak pule, dosis ekstrak 490 mg/kg bb

Variabel tergantung: Kadar glukosa darah pada tikus yang menderita diabetes

Variabel kontrol: Umur, jenis pakan, ukuran kandang.

  • Definisi Operasional Variabel

Konsentrasi ekstrak pule: Adalah jumlah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari tanaman pule menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Kadar Glukosa darah pada tikus: adalah banyaknya glukosa yang terkandung dalam 1L atau 1 dL darah tikus wistar yang diperiksa secara kuantitatif.

Umur: umur adalah perhitungan yang dimulai dari awal dilahirkanya tikus hingga pada saat akan dilakukan percobaan, pada percoban ini umur tikus dibuat seragam dengan umur ± 3 bulan.

Jenis pakan: jenis pakan adalah jenis makanan yang akan diberikan pada tikus selama masa percobaan.

Ukuran kandang: ukuran kandang adalah jumlah panjang dan lebar tempat yang akan digunakan sebagai tempat pemeliharaan tikus.

3.5 Pelaksanaan Penelitian

A. Persiapan Penelitian

1. Penentuan Dosis ekstrak 490 mg/kg/bb dan 590 mg/kg/bb adalah dosis pada mencit yang memberikan efek farmakologi (Kumolosasi, 1999).

2. Memilih hewan uji (tikus putih ) sejumlah 4 ekor, umur 2 bulan, berat badan awal 183 – 262 gram.

3. Menyiapkan kandang tikus putih lengkap dengan tempat pakan dan minum.

4. Membuat ekstrak kulit batang pule

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 4 ekor tikus putih. Tikus tersebut dibagi kedalam 3 kelompok, 2 ekor tikus sebagai kontrol dan 2 ekor tikus sebagai uji atau perlakuan. Masing-masing kelompok akan diperlakukan sebagai berikut:

  1. Kontrol

R                II. Diberi Ekstrak Pule 490 mg/kg/bb

III. Diberi Ekstrak Pule 590 mg/kg/bb

Keterangan:

R           : Random

I            : Tikus tidak diinduksi aloksan

II         : Tikus diinduksi aloksan yang diberi ekstrak kulit batang pule 490 mg/kg/bb

III        : Tikus diinduksi aloksan yang diberi ekstrak kulit batang pule 590 mg/kg/bb

Tikus putih dibagi kedalam tiga kelompok secara random. Kemudian dua kelompok selain kelompok kontrol diinduksi dengan aloksan. Dua kelompok ini kemudian diberi perlakuan ekstrak batang pule yang berbeda.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pemeriksaan kadar glukosa dilakukan secara kuantitatif dengan metode GODPAP. Glukosa ditentukan setelah oksidasi enzimatis dengan adanya glucose oxidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan adanya peroksidase dengan phenol serta 4-aminophenazone menjadi zat warna quinoneimine berwarna merah violet. Pengukuran kadar glukosa dilakukan dengan spektrofotometri. Ada tiga jenis tabung yang harus disiapkan yaitu, tabung sampel, berisi sampel/serum yang dicampur dengan reagen glucose liquicolor dengan perbandingan 1:100; tabung standar, berisi larutan standar yang dicampur dengan reagen glucose liquicolor dengan perbandingan 1:100; dan tabung blanko, berisi larutan reagen saja. Kemudian mengukur absorbansi standar (d Astd) dan sampel (d Asp) terhadap blanko reagen dengan alat spektrofotometer pada gelombang 500 nm.

Kalkulasi dilakukan dengan rumus:

Keterangan :

C (mg/dl) : Kadar glukosa dalam satuan (mg/dl)

C (mmol/dl) : Kadar glukosa dalam satuan (mmol/L)

dAsp : Nilai absorbansi sampel

dAstd : Nilai absorbansi standar

Hasil tiap kelompok dibandingkan setelah data semua tikus wistar terkumpul.

3.6 Teknik Analisa Data

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Pule dengan berbagai dosis terhadap kadar Glokosa darah tikus putih, dilakukan Analisis Varians (ANAVA) satu jalan dengan taraf kepercayaan 5 % (Sudjana, 1988).

Keterangan:

db        : Derajat kebebasan

JK        : Jumlah kuadrat

KT       : Kuadrat tengah

F          : Nilai frekuensi

T(1-1/2a) : Treatment

r           : Replikasi/ulangan

Selanjutnya untuk dapat menolak atau menerima hipotesis, maka Fhitung yang telah diketahui harus dikonsultasikan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah:

  1. Bila Fh > Ft= signifikan maka Ho ditolak, Ha diterima
  2. Bila Fh < Ft= tidak signifikan maka Ho diterima, Ha ditolak.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada percobaan ini dilakukan pengukuran kadar glukosa pada hari ke 7. Penentuan hari dihitung sejak pemberian aloksan pertama kali. Jadi, hari ke-1 adalah hari pertama pemberian aloksan. Pada hari ke 8 perlakuan, kadar glukosa darah hewan coba sudah menunjukkan kenaikan yang berarti, hal ini dapat dilihat di table 1 dimana ketika tikus diuji dengan menggunakan glukotes sudah menunjukan nilai glukosa darah 127 dan 129 mg/dl. Hal ini menunjukan bahwa tikus telah terkena Diabetes Melitus dapat dilihat dari nilai glukosa darh tikus yang apa pada Glukotest kemudian dikali dengan angka 1,5 sehingga didapatkan hasil bahwa darah tikus sudah masuk kategori diabetes mellitus. Oleh sebab itu pemberian bahan uji dilakukan sejak hari ke -9 sampai dengan hari ke-15.

TABEL 1

Jenis Tikus Nilai Glucotest X 1,5
Tikus 1 127 mg/dl 190.5 mg/dl
Tikus 2 129 mg/dl 193.5 mg/dl
Tikus 3 129 mg/dl 193.5 mg/dl
Tikus 4 127 mg/dl 190.5 mg/dl

Setelah diberi perlakuan ekstrak selama 1 minggu dengan dosis 490 mg/kg bb dan 590 mg/kg bb, kemudian tikus kembali dianalisa menggunakan metode GODPAP, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

  • Untuk tikus 1 perlakuan 590 kg/bb didapatkan hasil nilai spektrofotometri tikus 1 adalah 0,19 kemudian dimasukan ke rumus untuk mencari kadar glukosa darah sehiingga didapatkan hasil nilai kadar glukosa darah adalah 66,20 mg/dl
  • Untuk tikus 2 perlakuan 490 kg/bb didapatkan hasil nilai spektrofotometri tikus adalah 0,24 kemudian dimasukan rumus untuk mencari kadar glukosa darah sehingga didapatkan hasil nilainya adalah 83,62 mg/dl
  • Untuk tikus 3 perlakuan 490 kg/bb didapatkan hasil nilai spektrofotometri tikus adalah 0,20 kemudian dimasukan rumus untuk mencari kadar glukosa darah sehingga didapatkan hasil nilainya adalah 101,04 mg/dl

Dari nilai di atas dapat diketahui bahwa setelah diberi perlakuan selama 1 minggu kadar glukosa darah telah kembali normal.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan stadar WHO mengenai kadar glukosa darah normal orang yang berpuasa adalah antara 180-120 mg/dl maka dapat diketahui bahwa tikus yang kami beri percobaan semua kadar glukosanya telah kembali dalam keadaan normal.

Berdasar studi literature dan hasil praktikum diketahui bahwa zat pada kulit batang pule yang sangat berperan dalam penurunan kadar glukosa darah adalah senyawa alkaloid dan flavovnoid. Menurut Ivorra, M.D dalam buku “A Review of Natural Product and Plants as Potensial Antidiabetic,” senyawa aktif alkoloid dan flavonoid memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah, selain itu Flavonoid berperan dalam meningkatkan glikogenesis sehingga tidak terjadi penimbunan glukosa dalam darah..

Selain itu zat lainnya yang berperan dalam penurunan kadar glukosa pada darah yang berasal dari kulit batang pule adalah tannin. Mekanisme kerja Tanin adalah berfungsi sebagai astringent atau pengelat yang dapat mengkerutkan membran epitel usus halus sehingga mengurangi penyerapan sari makanan akibatnya menghambat asupan glukosa & laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi.

Selain itu juga kandungan triterpenoid sangat berperan dalam penurunan kadar glukosa darah mekanisme kerja dari zat ini adalah mempercepat keluarnya glukosa dari sirkulasi, dengan cara mempercepat peredaran darah yang erat kaitannya dengan kerja jantung dan dengan cara mempercepat filtrasi dan ekskresi ginjal sehingga produksi urin meningkat jadi sebagai diuretika. Karena laju ekskresi glukosa melalui ginjal meningkat, ini akan menyebabkan kadar glukosa dalam darah menurun.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil studi literature dan pengujian maka dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:

  • Setelah diberi perlakuan selama 1 minggu dengan dosis 490 mg/kg bb dan 590 mg/kg bb didapatkan hasil bahwa semua kadar glukosa darah pada tikus telah normal seperti yang ada pada standar WHO dimana kadar glukosa darah pada tikus untuk tikus 1 66,20 mg/dl, tikus 2 83,62 mg/dl, dan tikus 3 sebesar 101,04 mg/dl.
  • Senyawa aktif yang terdapat pada kulit batang pule dan sangat berperan dalam penurunan kadar glukosa darah adalah Flavonoid, alkaloid, tannin, dan triterpenoid.
  • Ektrak kulit bantang pule dapat menurunkan kadar glukosa pada darah.

5.2 Saran

  • Untuk para peneliti atau mahasiswa agar lebih mendalami lagi penelitian mengenai tanaman pule ini sehingga didapatkan hasil penelitian yang benar-benar akurat dan nantinya dapat diaplikasikan pada  masyarakat
  • Untuk masyarakat agar dapat menggunakan kulit batang pule sebagai alternatif dalam pengobatan melawan diabetes mellitus.
  • Untuk pemerintah agar lebih memperhatikan potensi tanaman obat yang ada di Indonesia lebih digalakkan lagi demu kesehatan masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Asmaliyah, Burhan Ismail dan Teguh Hardi TW. 2004. Beberapa Serangga Hama Pada Tanaman Pulai Gading. Prosiding Ekspopse Terpadu Hasil Penelitian, Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Yogyakarta.

Chevalier, A. 2000. Natural Health: Encyclopedia of Herbal Medicine, A. Dorling Book: New York.

Dwidjoseputro. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Doran JC, Turnbull JW, 1997. Australian trees and shrubs: Species for land rehabilitation and farm planting in the tropics. ACIAR Monograph No. 24. 384 pp. Holmes CH, 1954. Seed germination and seedling studies of timber trees of Ceylon. Ceylon Forester, 1(3):3-51.

Isbandi D. 1983. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kasahara, S., and Hemmi, S., “Medical Herb Index Indonesia, PT. Eisai Indonesia, Jakarta, 34-35, 222 – 223 (1986).

Kumolosasi., E., Elin Yulinah S., Komar Ruslan W., Andreanus A.S., Sundani Nurono., “Pembuatan Sediaan Fitofarmaka Terhadap Penyakit Toksoplasmosis, Disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang Efektif dan Aman”, Laporan Penelitian Hibah Bersaing VII, ITB, th 1999.

Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir, dan S.A. Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor.

Pratiwi. 2000. Potensi dan Prospek Pengembangan Pohon Pulai untuk Hutan Tanaman. Buletin Kehutanan dan Perkebunan 1(1) : 1-9.

Soerianegara I, Lemmens RHMJ, eds., 1993. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1). Timber trees: major commercial timbers. Wageningen, Netherlands: Pudoc Scientific Publishers. Also published by Prosea Foundation, Bogor, Indonesia.

IKLAN

CV ZAIF ILMIAH (BIRO JASA PEMBUATAN PTK, KARYA ILMIAH, PPT PEMBELAJARAN, RPP, SILABUS, DLL))

Ingin membuat PTK tapi merasa sulit???? Ingin membuat Karya Ilmiah tetapi kesusahan??? Ingin membuat presentasi powerpoint untu pembelajaran merasa sulit dan gaptek????? Ingin membuat RPP dan silabus serta perangkat pembelajaran tetapi susah????? Kini tidak usah bingung lagi ada Pak Zaif yang siap membantu berbagai kesulitan dan kesusahan yang anda hadapi di bidang pendidikan di CV Zaif Ilmiah semua masalah anda di bidang pendidikan akan dibantu, ingin membuat PTK saya bantu, membuat Karya Ilmiah saya bantu, membuat berbagai perangkat pembelajaran saya bantu untuk info lebih lanjut hubungi Contact Person 081938633462 INSYA ALLAH semua kesulitan dan kesusahan anda akan ada solusinya jangan lupa hubungi Pak Zaif di nomer 081938633462 ATAU lewat E-mail di zaifbio@gmail.com. DIJAMIN PTK ATAU KARYA ILMIAHNYA BARU LANGSUNG DIBIKINKAN BUKAN STOK LAMA ATAU COPY PASTE SEHINGGA DIJAMIN ORIGINALITASNYA TERIMA KASIH DAN SALAM GURU SUKSES PAK ZAIF

05/09/2013 Posted by | Fitofarmaka | Tinggalkan komentar

“TINJAUAN DASAR SALEP”

TINJAUAN DASAR SALEP

 

  1. 1.   Vaselin (vaselinum album)

Campurlah hidrokarbon yang diperoleh dari minyak tanah gubal. Benda putih, hampir – hampir tak berbau, setengah hening, seperti salap. Pada pemanasan dalam sebuah penangas air sampai 40° Paseline belum boleh dan pada pemanasan dalam sebuah penangas air smpai 50° Paseline harus sudah meleleh menjadi zat cair yang berfluoresensi hening.

Kalau sebuah tabung diisi dengan paseline begitu rapat, hingga didalam paselinnya tejadi sebuah geronggang yang seperti kepundan dan selama 24 jam dipanasi pada 25°, maka paselinnya tidak boleh meleleh sebagaian, yang dapat dilihat dengan terjadinya zat cair  dalam bagian yang terdalam dari geronggang itu. Bila dalam lapisan tipisdilihat dibawah mikroskop, maka paselin tidak boleh menunjukkan bagian – bagian hablur halus.

Kalau Vaseline dipanasi dengan spiritus dalam jumlah yang sama hingga mendidih dan bila dikocok. Maka zat cainya yang mengandung spiritus setelah didinginkan dan diencerkan dengan air yang volumennya sama, harus bereaksi netral. Kalau Vaseline dipanasi dengan jumlah yang sama dari sebuah campuran dari 1 bagian air dan 4 bagian asam sulfat dalam sebuah penangas air selama 10 menit pada 60° dengan berulang – ulang dikocok, maka kedua lapisannya tidak boleh berwarna. Vaseline yang dipergunakan untuk obat dalam, harus juga seluruhnya tak berbau dan juga tak berasa. (PH.V.501)

  1. 2.   Parafin Cair (Paraffinum Liquidum)

Campuran dari hidrokarbon – hidrokarbon cair, dari minyak tanah gubal yang diperoleh dengan penyulingan. Zat cair yang mengandung minyak, tak berbau dan tidak berwarna, hernih, tidak berflouresensi. Berat jenis tidak lebih rendah dari 0,87 – 0,88 (selisih 0,0006 untuk 1°). Titik didih tidak dibawah 300° (selisih 0,7° untuk tekanan 10 mm). kekentalan 10 -12° Engler.

Paraffinum liquidum apabila didinginkan sampai 5° harus tetap jernih, bila paraffinum liquidum dipanasi dengan spiritus yang banyaknya sama sehingga mendidih dan dikocok, maka zat cair yang mengandung spiritus itu setelah didinginkan dan diencerkan dengan air yang volumennya sama, maka reaksinya adalah netral. Kalau paraffinum liquidum dipanaskan pada suhu 60° dengan campuran yang volumenya sama dari 1 bagian air dan 1 bagian asam sulfat dalam penangas air selama 10 menit dengan dikocok berulang – ulang, maka kedua lapisannya masing – masing tidak boleh mendapat warna. Paraffinum liquidum tidak dapat larut dalam air dan dalam segala perbandingan dapat dicampur dengan aether, dengan petroleumaether, dan dengan minyak lemak, tetapi tidak dengan minyak jarak. Paraffinum liquidum yang dipergunakan untuk obat dalam harus tidak mempunyai rasa.(PH.V.336)

  1. 3.   Parafin Padat (Paraffinum Soeidum)

Campuran dari hidrokarbon – hidrokarbon padat, dari minyak tanah gubal yang diperoleh dengan penyulingan. Potongan hablur mikro halus, putih tak berbau. Bila dipanasi dalam sebuah penangas air sampai 54° Paraffinum Solidum belum boleh meleleh, tetapi bila dipanasi dalam sebuah penangas air sampai 60° maka Paraffinum Solidum harus meleleh menjadi zat cair jernih yang tidak berflouresensi. Paraffinum Solidum selanjutnya harus memenuhi syarat – syarat kemurnian seperti yang telah ditentukan bagi Paraffinum Liquidum.(PH.V.337)

  1. 4.   Adeps Lanae (lemak bulu domba)

Cholestolesters yang dibersihkan dari bulu domba mentah. Adeps Lanae berwarna kuning muda, setengah bening, dengan consistentia yang menyerupai salep yang Hat, dan mempunyai bau yang agak dikenal.

Kalau larutan adeps lanae dalam kloroform (kira – kira 1 = 100) dikocok dengan asam sulfat yang volumenya sama, maka setelah tidak tercampur, lapisan yang paling bawah menjadi coklat merah dan menunjukkan fluoresensi yang hijau.

Adeps lanae pada 40° belum mencair, tetapi pada 50° mencair juga dan hening. Larutan 2 g. Adeps Lanae dalam 10cm³ aether, tidak boleh menjadi merah, karena 2 tetes phenolphthalenie, setelah kemudian di tambah 0,3cm³ 1/10 N basa, maka campuran tersebut harus menjadi merah (asam lemak bebas).

Kalau 10g adeps lanae dengan 50cm³, yang di panasi sampai meleleh dan selalu di aduk, maka setelah di dinginkan, air yang terpisah harus menjadi sangat jernih dan bereaksi netral. Kalau pada 10cm³ air yang telah terpisah di tambahkan 3 tetes kalium permanganat (1=1000), maka campuran tersebut setelah 10 menit harus tetap tinggal merah.(PH.V.67)

  1. 5.   Salep Polietilen Glikol

Formula resmi basis ini memerlukan kombinasi 400g polietilen glikol 3350 (padat) dan 600g polietilen glikol 400 (cair) untuk membuat 1000g dasar salep. Akan tetapi bila di perlukan salep yang lebih baik lagi, formula dapat di ubah lagi untuk memungkinkan bagian yang sama antara ke dua bahan. Jika 6-25% dari larutan berair di campurkan ke dalam dasar salep, penggantian 50g polietilen glikol 3350 dengan jumlah alcohol stearat berguna untuk membuat produk akhir lebih padat dalam jumlah yang sama. Polietilen glikol adalah polimer dari etilenoksida dan air. Panjang dapat berbeda – beda untuk mendapatkan polimer yang mempunyai viskositas bentuk fisik (cair, padat atau setengah padat) yang diinginkan. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.505)

 

  1. 6.   Minyak – minyak tumbuhan
  • Minyak Atsiri (Olea Volatilia)

Minyak Atsiri, bila perlu setelah pemanasan harus jernih, harus sangat berbau murni seperti bagian dari tumbuh – tumbuhan, dan dalam tiap – tiap perbandingan dapat larut dalam ether dan dalam kloroform. Bau minyak atsiri sebaiknya diperiksa dalam campuran 1 tetes minyak dengan 2g gula.

1 tetes minyak atsiri aoabila dimasukkan dalam air tidak boleh menjadi keruh, pada pemanasan dal sebuah penangas air minyak atsiri tidak boleh member sulingan, kalau minyak atsiri dikocok dengan larutan natrium chloride yang jenuh yang volumenya sama dan selanjutnya didiamkan maka setelah pemisahan yang sempurna dari lapisannya. Kalau 1 tetes minyak atsiri yang di buat dengan penyulingan diletakkan pada kertas, harus segera menguap dan tidak meninggalkan noda yang hening (minyak lemak). Minyak – minyak atsiri harus disimpan dalm botol kering, dtutup rapat, ditempat yang sejuk, diluar pengaruh cahaya.

  • Minyak Kacang(Oleum Arachidis)

Minyak lemak yang dimurnikan yang diperoleh dengan memeras biji dari Arachidis hypogaea Linn, yang telah dihilangkan kulit bijinya. Minyak yang rasanya halus, kuning muda, hampir – hampir tak berbau. Berat jenis 0,915 – 0,922. Indeks bias 1,4694 – 1, 4725.

Oleum Arachidis menjadi benda yang seperti salep pada sebuah suhu tidak lebih rendah dari -3°. Pada percobaan pada oleum Arachidis, asam – asam lemaknya mulai menghablur, setelah sebelumnya dipanasi sampai campurannya menjadi jernih, pada suhu dari kira-kira 40°. Bilangan adisinya tidak boleh lebih rendah dari 83 dan tidal lebih tinggi dari 103. Bilangan penyabunannya berjumlah 185-197. Bilangan asamnya dari oleum Arachidis boleh berjumlah setinggi-tingginya 2.

  • Minyak Kelapa (Oleum Cocos)

Lemak yang padat pada suhu biasa yang diperoleh dengan pemerasan panas dari inti copra yang dikeringkan dari cocosnuciferra Linn. Lemak yang sedikit bening, putih, bau yang mudah dikenal, rasanya lemah, yang mudah tengik. Oleum cocos pada 5°-10° menjadi padat, 15°-20° lunak. 1 kg oleum cocos suhunya harus 35° dapat larut dalam 5 cm alcohol mutlak

  1. 7.      Vanishing cream

Umumnya emulsi minyak dalam air, mengandung air dalam presentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian cream, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis.

Banyak dokter dan pasien yang suka pada cream dari pada salep, untuk satu hal, umumnya mudah menyebar rata dan dalam hal cream dari emulsi jenis minyak dalam air lebih mudah di bersihkan dari pada kebanyakan salep pabrik farmasi sering memasarkan preparat topikalnya dalam bentuk dasar cream maupun salep, kedua-duanya untuk memuaskan kesukaan dari dokter dan pasien.

  1. 8.      Malam
  • CERA ALBA/WIT WAS/ ( Malam Putih)

Malam lebah yang diputihkan. Bahan-bahan yang hamper-hampir putih dalam lingkungan dingin rapuh, ada suhu panas badan dapat diuli, dengan bau lemah, lebih-lebih pada pemanasan mempunyai bau yang jelas dan mudah dikenal. Malam putih harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan pada malam kuning.

  • CERAFLAVA/CEELWAS (Malam Kuning)

Malam yang di peroleh dengan jalan pelelehan dari rumah lebah Apis Mellilica, Linn. Malam kuning dalam lingkungan dingin menjadi berbutir-butir, pada suhu panas badan menjadi dapat diuli, dengan potongan yang kusam dan bau yang mudah di kenal. Titik cair 62°-64°. Pada pemanasan diatas penangas air maka malam kuning harus meleleh menjadi sebuah zat cair yang jernih.

Kalau 40 cm3 spiritus dengan 2 g malam kuning didihkan beberapa menit setelah 1 jam didinginkan lalu disaring, maka filtratnya hanya boleh berwarna sedikit dan setelah penambahan air tidaj boleh menjadi sangat keruh; 10 cm3 dari filtratnya dicampur dengan 2 tetes phenolphtaleine, untuk pewarnaan merah tidak boleh memerlukan lebih dari 1 cm3 1/10 N basa (asam lemak).

Kalau 3 g malam kuning dengan 20 cm3 larutan kali yang mengandung spiritus  dididihkan selama 5 menit ditambahkan 10 cm3 asam garam encer dan disaring, filtratnya dicampur dengan 5 cm3 indi natron dan 1 cm3 tembaga sulfat dan disaring lagi, maka filtratnya tidak boleh menjadi menjadi hijau atau biru (giserida).

  1. 9.      UNGUENTUM GLYCERINI .     (Glycerine-zalf) (C.M.N)

Campurlah:

  1. 10 bagian Amylum  solani…………….10
  2. Lima bagian Aqua……………………….5
  3. Dan 90 bagian Glycerinum……………90

Sambil diaduk dengan hati-hati, panaskan sampai menguap airnya dan didapat massa yang tembus dengan :

  1. Sejumlah yang cukup………………… q.s
  2. Dari sebuah campuran dari :

Lima bagian Glycerinum.………………5

Dan Sembilan puluh lima bagian Aqua…………….95

  1. Sampai menjadi seratus bagian…….100
  2. Salep putih

07/21/2011 Posted by | Fitofarmaka | 1 Komentar

EKSTRAK DAUN PACAR AIR (Impatient balsamina L.) SEBAGAI OBAT HERBA PENURUN KADAR KOLESTEROL DARAH

E

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko penyebab kematian di usia muda. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2002, tercatat sebanyak 4,4 juta kematian akibat hiperkolesterol atau sebesar 7,9% dari jumlah total kematian di usia muda (Anonymous, 2004). Banyak penelitian epidemiologi, laboratorium dan klinis memperlihatkan hubungan antara tingginya kolesterol total dan LDL kolesterol (hiperkolesterolemia) dengan terjadinya penyakit kardiovaskuler. (Hartanto, 2008).

Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi. Lemak atau khususnya kolesterol memang merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk membentuk dinding sel-sel dalam tubuh. Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid (Anonymous, 2005).

Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol (waxy steroid) yang ditemukan pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Tingginya kadar kolestrol dalam tubuh menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit. Pola makan sehat merupakan faktor utama untuk mengghindari hal ini. Batas normal kolesterol dalam tubuh adalah 98-122 mg/dl (Anonymous, 2010a).

Setiap orang memiliki kolesterol di dalam darahnya, di mana 80%
diproduksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. Kolesterol yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol HDL (kolesterol baik) dan kolesterol LDL (kolesterol jahat), selain itu ada juga Trigliserida (Siswono, 2001).

Untuk mengatasi berbagai komplikasi penyakit akibat tingginya kadar kolesterol dalam darah, harus dilakukan upaya diet makanan yang rendah lemak, selain itu juga dibantu dengan pemberian obat antihiperlipidemik. Mahalnya harga obat dan efek samping yang tidak ringan membuat masyarakat enggan untuk menggunakannya. Maka dipilih cara yang lebih murah yaitu pengobatan alternatif dengan obat herbal melalui pemanfaatan bahan alam yang sebenarnya sudah menjadi tradisi turun temurun dari nenek moyang.

Salah satu tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan adalah pacar air. Pacar air (Impatient balsamina L.) lebih dikenal sebagai tanaman hias yang mempunyai beragam warna bunga, dari yang kuning, putih, merah, merah jambu, maupun kombinasi-kombinasi warna. Semua bagian dari tanaman pacar air, dari mulai akar, batang, daun, bunga, dan biji, dapat dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit (Anonymous, 2009).

Pacar air menyimpan beragam khasiat, bunga yang mengandung anthocyanin, cyanidin, dan malvidum dapat meluruhkan haid, hipertensi, bisul, rematik, sendi, gigitan ular berbisa, serta radang kulit. Biji pacar air dapat mempermudah persalinan dan mengobati kanker saluran pencernaan bagian atas. Daunnya adalah obat untuk keputihan, nyeri haid, radang usus buntu kronis, antiradang dan patah tulang. Sedangkan akarnya berfungsi sebagai obat antiinflamasi (antiradang), rematik, leher kaku, dan sakit pinggang (Susanto, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Adfa pada tahun 2007, dari uji pendahuluan metabolit sekundernya daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan steroid. Flavonoid merupakan zat yang paling efektif menurunkan kadar kolesterol darah karena flavonoid bekerja meningkatkan kolesterol HDL.

Untuk menguji khasiat daun pacar air sebagai penurun kadar kolesterol darah maka perlu dilakukan penelitian laboratoris yang bertujuan untuk mengetahui apakah daun pacar air dapat menurunkan kadar kolesterol.

Berdasarkan kandungan flafonoid yang terdapat dalam daun pacar air maka dalam penelitian ini

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas diperoleh suatu permasalahan yaitu dapatkah ekstrak daun pacar air (Impatient balsamina L.) menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus putih.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari ekstrak daun pacar air (Impatient balsamina L.)  dalam menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus putih.

1.4 Manfaat Penelitian

Dapat memberikan informasi mengenai khasiat ekstrak daun pacar air sebagai bahan alam yang berkhasiat untuk menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus putih.

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Studi Pustaka

2.1.1 Kolesterol Darah

a)      Pengertian Kolesterol

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh (Siswono, 2001). Kolesterol merupakan senyawa yang termasuk turunan steroid, yaitu senyawa turunan (derivat) lipid yang tidak terhidrolisis (Sudarmo, 2004).

Kadar kolesterol darah adalah kadar kolesterol yang terlarut dalam plasma darah. Kolesterol terdapat dalam jaringan dan lipoprotein plasma yang bisa berupa kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesterol. Kolesterol sangat larut dalam lemak tetapi hanya sedikit yang larut dalam air, dan membentuk ester dengan asam lemak. Kolesterol merupakan produk metabolisme hewan sehingga terdapat banyak pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati, dan otak (Nurwahyunani, 2006).

b)      Jenis Kolesterol

Kolesterol LDL, adalah kolesterol jahat, yang bila jumlahnya
berlebih di dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh darah
membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembuluh darah. Kolesterol HDL, adalah kolesterol baik, yang mempunyai fungsi membersihkan pembuluh darah dari kolesterol LDL yang berlebihan. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan suatu tanda yang baik sepanjang kolesterol LDL kurang dari 150 mg/dl. Triglisierda adalah lemak yang terbentuk sebagai hasil dari metabolisme makanan, bukan saja yang berbentuk lemak tetapi juga makanan yang berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan, yang tidak seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi. (Siswono, 2001).

c)      Penyebab Peningkatan Kadar Kolesterol Darah

Ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol dalam darah. Diantaranya faktor genetic. Sekitar 80 % dari kolesterol di dalam darah diproduksi oleh tubuh sendiri. Ada sebagian orang meskipun hanya sedikit saja mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol atau lemak jenuh, tetapi tubuh tetap saja memproduksi kolesterol lebih banyak. Makanan juga mempengaruhi kadar kolesterol darah. Lemak merupakan bahan makanan yang sangat penting, bila tidak makan lemak yang cukup maka tenaga akan berkurang, tetapi bila makan lemak berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah. Lemak dalam makanan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : lemak jenuh, seperti daging dan minyak kelapa, serta lemak tak jenuh, seperti asam lemak omega 3, asam lemak omega 6 dan asam lemak omega 9 (Siswono, 2001).

Selain itu berat badan juga berpengaruh. Orang yang obesitas memiliki kandungan trigliserida (berperan menyimpan lemak, membentuk LDL serta penggumpalan darah) dan HDL yang cenderung rendah. Kurangnya olahraga dapat menjadi penyebab kolesterol tinggi akibat terhambatnya aliran darah. Selain itu karena bertambahnya usia, kadar kolesterol pun semakin tinggi akibat menurunnya daya kerja organ tubuh.

Jenis kelamin juga merupakan faktor penyebab kolesterol tinggi. Sebelum menopause, wanita cenderung memiliki kolesterol rendah dibanding laki-laki. Tetapi setelah menopause, produksi kolesterol LDL pada wanita cenderung meningkat. Selain faktor-faktor di atas, penyebab kolesterol tinggi lainnya dari stress. Stress memicu seseorang untuk mengkonsumsi makanan tanpa kontrol dan juga mengubah gaya hidup sehat yang sudah dilakukannya (Anonymous, 2010b).

d)     Pencegahan Peningkatan Kadar Kolesterol Darah

Mengkonsumsi makanan seimbang yang terdiri dari : 60 % kalori dari karbohidrat, 15 % kalori dari protein, 25 % kalori dari lemak, dan kalori dari lemak jenuh tidak boleh lebih dari 10 %. Kelebihan kalori dapat diakibatkan dari asupan yang berlebih (makan banyak) atau penggunaan energi yang sedikit (kurang aktivitas). Kelebihan kalori terutama yang berasal dari karbohidrat dapat menyebabkan peningkatan kadar trigliserida.

Menurunkan asupan lemak jenuh. Lemak jenuh terutama berasal dari minyak kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak jagung dan minyak kedelai yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan berulang-ulang. Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan kadar LDL kolesterol.

Menjaga agar asupan lemak jenuh tetap baik secara kuantitas maupun kualitas. Minyak tak jenuh terutama didapatkan pada ikan laut serta minyak sayur dan minyak zaitun yang tidak dipanaskan dengan pemanasan tinggi atau tidak dipanaskan secara berulang-ulang. Asupan lemak tidak jenuh ini akan dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL, dan mencegah terbentuknya endapan pada pembuluh darah.

Menurunkan asupan kolesterol. Kolesterol terutama banyak ditemukan pada lemak dari hewan, jeroan, kuning telur, serta “seafood” (kecuali ikan). Mengkonsumsi lebih banyak serat dalam menu makanan sehari-hari. Serat yang dianjurkan adalah sebesar 25 – 40 gr/hari, setara dengan 6 buah apel merah dengan kulit atau 6 mangkuk sayuran. Serat berfungsi untuk mengikat lemak yang berasal dari makanan dalam proses pencernaan, sehingga mencegah peningkatan kadar LDL kolesterol.

Merubah cara memasak. Sebaiknya memasak makanan bukan dengan menggoreng tetapi dengan merebus,   mengukus atau membakar tanpa minyak atau mentega. Minyak goreng dari asam lemak tidak jenuh sebaiknya bukan digunakan untuk menggoreng tetapi digunakan untuk minyak salad, sehingga mempunyai efek positif terhadap peningkatan kadar HDL kolesterol maupun pencegahan terjadinya endapan pada pembuluh darah.

Melakukan aktifitas fisik dengan teratur. Dianjurkan untuk melakukan olah raga yang bersifat aerobik (jalan cepat, lari-lari kecil, sepeda, renang dll.) secara teratur 3 – 5 kali setiap minggu, selama 30–60 menit/hari. Olah raga yang teratur akan membantu meningkatkan kadar kolesterol HDL.

2.1.2 Tanaman Pacar Air (Impatient balsamina L.)

a)         Klasifikasi Tanaman Pacar Air

Regnum    : Plantae
Divisi        : Magnoliophyta
Kelas        : Magnoliopsida
Ordo         : Ericales
Famili       : Balsaminaceae
Genus       : Impatiens
Spesies     : Impatiens balsamina L.

b)        Morfologi Tanaman Pacar Air

Pacar air merupakan tanaman terna berbatang basah, lunak, bulat, bercabang, warna hijau kekuningan. Pacar air biasanya ditanam sebagai tanaman hias dengan tinggi 30-80 cm. Arah tumbuhnya tegak, percabangannya monopodial.

Daun tunggal, tersebar, berhadapan, atau dalam karangan. Bentuk daun lanset memanjang, pinggirnya bergerigi, ujung meruncing, tulang daun menyirip. Warna daun hijau muda tanpa daun penumpu, jika ada daun penumpu bentuknya kelenjar. Bagian bawah membentuk roset akar. Tulang daun menyirip. Luas daunnya sekitar 2 sampai 4 inchi. Pangkal daun bergerigi tajam, runcing. Terna ini memiliki akar serabut.

Bakal buah menumpang, beruang 4-5. Dalam satu ruangan tersebut terdapat dua atau lebih bakal biji. Buah membuka kenyal dan termasuk buah batu dengan 5 inti. Bentuk buah elliptis, pecah menurut ruang secara kenyal. Benihnya endospermic. Embrio akan mengalami diferensiasi.

Tanaman ini memiliki aneka macam warna bunga. Ada yang putih, merah, ungu, kuning, jingga, dll. Jika pacar air yang berbeda warna disilangkan, maka akan terbentuk keturunan yang beraneka ragam. Bunga zygomorph, berkelamin 2, di ketiak. Daun kelopak 3 atau 5, lepas atau sebagian melekat, bertaji. Daun kelopak samping berbentuk corong miring, berwarna, dan terdapat noda kuning di dalamnya. Sedikit di atas pangkal daun mahkota memanjang menjadi taji dengan panjang 0,2-2 cm. Daun mahkota 5, lepas. Daun mahkota samping berbentuk jantung terbalik dengan panjang 2-2,5 cm, yang 2 bersatu dengan kuku, yang lain lepas tidak berkuku dan lebih pendek. Ada 5 benangsari dengan tangkai sari yang pendek, lepas, agak bersatu. Kepala sarinya bersatu membentuk tudung putih.Bunga terkumpul 1-3. Setiap tangkai hanya berbunga 1 dan tangkainya tidak beruas. Memiliki 5 kepala putik.

c)        Habitat Tanaman Pacar Air

Habitatnya pada daerah beriklim tropical, namun tidak dapat hidup pada daerah yang kering. Tanaman ini sangat peka terhadap hama, biasanya tumbuh di pekarangan rumah pada ketinggian 1-900 m.

d)       Kandungan Kimiawi Tanaman Pacar Air

Pacar air mengandung zat-zat kimia aktif seperti pada bunga yang mengandung anthocyanins, cyanidin, delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaempherol, quercetin. Sementara biji mengandung saponin dan kandungan minyak seperti γ-spinasterol, β-ergosterol, balsaminasterol, parianaric acid, quercetin, nephthaquinon, minyak terbang, dan turunan kaempherol, dan ada juga kandungan racunnya, dan oleh karena itu harus diperhatikan kontra indikasi pemakaian (Anonymous, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Adfa pada tahun 2007, dari uji pendahuluan metabolit sekundernya daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan steroid.

e)        Manfaat Tanaman Pacar Air

Pacar air berkasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan oleh tumbuhan pacar air adalah: tumor usus, kanker saluran pencernaan, usus buntu, menurunkan kolesterol, tekanan darah tinggi, rematik, pembengkakan, sakit pinggang, kaku pinggang, leher kaku, tarsuga (terkena duri ikan ditenggorokan), sigurdongon (peradangan dipinggir kuku), merangsang pertumbuhan rambut, pewarnaan kuku seperti kuteks, dan lain-lain.

2.1.3 Pacar Air Sebagai Obat Herbal Penurun Kadar Kolesterol Darah

a)         Pengertian Obat Herbal

Istilah Herbal biasanya dikaitkan dengan tumbuh-tumbuhan yang tidak berkayu atau tanaman yang bersifat perdu. Dalam dunia pengobatan, istilah herbal memiliki makna yang lebih luas, yaitu segala jenis tumbuhan dan seluruh bagian-bagiannya yang yang mengandung satu atau lebih bahan aktif yang dapat dipakai sebagai obat (therapeutic).

b)        Cara Pengolahan Tumbuhan Herbal

Teknik pengolahan tanaman obat terdiri dari sortasi, pencucian, penjemuran, pengirisan, dan pengolahan lebih lanjut menjadi berbagai produk/diversifikasi produk (Anonymous, 2008).

  • Penyortiran

Penyortiran harus segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen, terutama untuk komoditas temu-temuan, seperti kunyit.  Rimpang yang baik dengan yang busuk harus segera dipisahkan juga  tanah, pasir maupun gulma yang menempel harus segera dibersihkan. Demikian juga untuk tanaman obat yang diambil daunnya maupun herba.

  • Pencucian

Pencucian harus menggunakan air bersih, seperti air dari mata air, sumur atau PAM.  Cara pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam sambil disikat menggunakan sikat yang halus.  Perendaman tidak boleh terlalu lama karena zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam air sehingga mutu bahan menurun.  Penyikatan diperbolehkan karena bahan yang berasal dari rimpang pada umumnya terdapat banyak lekukan sehingga perlu dibantu dengan sikat.  Tetapi untuk bahan yang berupa daun-daunan cukup dicuci dibak pencucian sampai bersih dan jangan sampai direndam berlama-lama.

  • Penirisan dan Pengeringan

Selesai pencucian rimpang, daun atau herbal ditiriskan dirak-rak pengering.  Hal ini dilakukan sampai bahan tidak meneteskan air lagi.Untuk komoditas temu-temuan pengeringan rimpang dilakukan selama 4-6 hari dan cukup didalam ruangan saja.  Setelah kering rimpang disortir kembali sesuai dengan standar mutu perdagangan atau mungkin dapat diolah lebih lanjut.

  • Penyimpanan

Jika belum diolah bahan dapat dikemas dengan menggunakan jala plastik, kertas maupun karung goni yang terbuat dari bahan yang tidak beracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan jangan lupa beri label dan cantumkan nama bahan, bagian tanaman yang digunakan, no/kode produksi, nama/alamat penghasil dan berat bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk ruang penyimpanan, yaitu gudang harus bersih, ventilasi udara cukup baik, tidak bocor, suhu gudang maksimal 30°C, kelembaban udara serendah mungkin 65% dan gudang bebas dari hewan, serangga maupun tikus dll.

  • Pengolahan

Dalam pengolahan tanaman obat perlu diperhatikan teknik pengolahan yang baik karena menyangkut standar mutu.  Hal ini ada hubungannya dengan masalah kebersihan maupun bahan aktif.

Tanaman obat dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti simplisia, serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental, ekstrak kering, instan, sirup, permen dll, sehingga dapat menambah nilai ekonomi tanaman obat sekaligus menambah pendapatan petani. Disamping itu  produk yang telah diolah tahan lebih lama disimpan dari pada bentuk  segar.  Panen dengan hasil yang berlebihan (panen raya) harga akan turun sehingga perlu diolah lebih lanjut.

c)         Pacar Air untuk Obat Herba Penurun Kolesterol Darah

Menurut Adfa (2007), daun pacar air mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin dan steroid. Flavonoid merupakan antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas dengan membebaskan atom hydrogen dari gugus hidroksilnya, dikatakan juga bahwa flavonoid dapat bertindak menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat ( LDL ) yang menyebabkan darah mengental yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah (Nurwahyunani, 2006).

Flavonoid merupakan molekul polifenolik yang larut dalam air dan mengandung atom karbon 15. Flavonoid adalah golongan polifenol. Flavonoid terdiri dari 6 kelompok utama: chalcone, flavon, flavonol, flavanon, anthocyanin dan isoflavonoids. Bersama dengan karoten, flavanoids memberikan warna buah-buahan, sayuran dan herbal (Anonymous, 2010c).

Mekanisme flavonoid dalam menurunkan kadar kolesterol:

Flavonoid → antioksidan dan menangkapradikal bebas → melepas H

Berikatan dengan 1RB

Radikal peroksi distabilkan

Energi aktivasi

Menghalangi oksidasi LDL

Menurunkan kolesterol

2.2 Kerangka Konsep

Tikus dengan kolesterol normal

Pakan + minyak babi   →        Kenaikan kadar kolesterol

(Hiperkolesterolemi)

Menyebabkan aterosklerosis

Komplikasi yang fatal

Perlu diatasi dengan pengobatan

Obat modern                           Obat tradisional

Daun pacar air → Flavonoid

Antioksidan & menagkap radikal bebas

Melepas H

Berikatan dengan 1RB

Radikal peroksi distabilkan

Energi aktivasi

Menghalangi oksidasi LDL

Menurunkan kolesterol

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka diambil hipotesis bahwa ekstrak daun pacar air (Impatient balsamina L.) dapat menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus putih.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental sesungguhnya. Rancangan penelitian menggunakan eksperimental sederhana (Postest Only Control Group Design).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia UMM , waktu persiapan dan pelaksanaan kira-kira 2 bulan.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih betina dewasa yang memilik berat antara 150-175 gr yang diperoleh dari Laboratorium Kimia UMM.

Sampel dalam penelitian ini adalah 6 (empat) ekor tikus putih betina yang diambil dari keseluruhan populasi penelitian melalui teknik Simpel Random Sampling.

3.4 Variabel Penelitian

a)      Variabel Bebas            : Dosis ekstrak daun pacar air (Impatient balsamina L.)

b)      Variabel Terikat          : Penurunan kadar kolesterol darah

c)      Variabel Kontrol         : Jenis kelamin tikus, berat tikus, pakan,

3.5 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan RAL dengan postest design. Perlakuan untuk penelitian ini dirancang sebagai berikut:

R
P1
B
A
K
P2
C

\

Keterangan:

R         : Randomisasi

K         : Kontrol

P1        : Perlakuan I

P2        : Perlakuan II

A         : Tanpa Perlakuan

B         : Ekstrak Daun Pacar Air

C         : Ekstrak Daun Pacar Air

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

Alat Penelitian:

  • Timbangan elektrik,
  • Juicer,
  • Spektrofotometer,
  • Oven,
  • Tabung reaksi,
  • Mikropipet,
  • Tabung haematokrit,
  • Sentrifuge,
  • Tabung ependrof,
  • Pipet.
  • Kandang tikus

Bahan Penelitian:

  • Tikus putih,
  • Ekstrak daun pacar air,
  • Serum darah tikus,
  • Alkohol 96%
  • Pakan(pellet)
  • Minyak babi
  • Aquadest.

3.7 Prosedur Penelitian

a)      Pembuatan Ekstrak Daun Pacar Air

Persiapan pembuatan ekstrak yaitu mengambil daun pacar air secukupnya kemudian dicuci bersih, tiriskan. Dipotong kecil-kecil kemudian diblender dengan juicer merk Philips dicampur dengan alkohol 96 %, kemudian dimaserasi 24 jam. Setelah itu campuran tersebut disaring beberapa kali sampai didapat larutan yang jernih (kehijauan), kemudian didestilasi. Dari proses destilasi kemudian diuapkan sehingga terbentuk serbuk daun pacar air yang diperlukan. Kadar tiap ml filtrat yang ada dihitung dengan cara membandingkan bobot dengan volume ekstrak yang diperoleh sehingga diperoleh kadar dengan satuan mg/ gr bb.

b)      Penyiapan Tikus Hiperkolesterolemi

Tikus putih yang akan digunakan dalam penelitian ini ditimbang berat badannya untuk menentukan besarnya dosis yang akan digunakan kemudian diberikan pakan yang sudah ditambah bahan yang dapat memicu peningkatan kadar kolesterol darah. Setelah 7 hari diperiksa kadar kolesterol darahnya. Tikus yang kadar kolesterol darahnya mencapai 98 mg/dl atau lebih dinyatakan sudah menderita hiperkolesterolemi.

c)      Penentuan Dosis Ekstrak Daun Pacar Air

d)     Pemberian Perlakuan

Empat ekor tikus hiperkolesterolemi dipisahkan menjadi 2 kelompok , dan tiap kelompok terdiri dari 2 ekor tikus ( 2 ulangan ). Masing-masing kelompok kemudian mendapat perlakuan sebagai berikut:

Kelompok I     : kontrol diabetik

Kelompok II   : ekstrak daun pacar air

Kelompok III  : ekstrak daun pacar air

Perlakuan diberikan selama …………………….

e)      Cara Pengukuran Kadar Kolesterol Darah

Pengukuran kadar kolesterol darah dilakukan dengan “ CHOD-PAP “(Cholesterol Oxidase Para Aminophenazone) yang direkomendasikan oleh Europen Atherosklerosis Society. Melalui enzymatice photometric test, yang diawali dengan mengambil darah tikus dari sinus orbitalis kemudian disentrifuge selama kurang lebih 15 menit. Setelah mendapatkan serum darah selanjutnya diambil kira- kira 10 mikro dimasukkan dalam tabung ependrof dan ditambah 10 mikro larutan standart, kemudian disiapkan pula larutan blangko berupa aquadest 10 mikro. Ke dalam masing- masing tabung sampel dan blangko dimasukkan 1000 ml reagent, lalu dicampur. Langkah selanjutnya diinkubasi selama 20-25 menit pada suhu 37 derajat celcius selama ± 10 menit, kemudian diukur absorbansinya pada spektofotometer. Setelah diketahui absorbansinya kadar kolesterol serum darah dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kolesterol (mg/ dl) = Δ A sample x konsentrasi standart/ cal (mg/ dl)

Δ A std/cal

(Lab. Kimia UMM, 2008)

3.6 Analisis Data

Data yang didapat akan dianalisis menggunakan uji-t lain subyek.

DAFTAR PUSTAKA

Adfa, M. 2007. “Senyawa Antibakteri Dari Daun Pacar Air (Impatiens Balsamina Linn.)”. Jurnal Gradien Vol.4 No.1 Januari 2008 : 318-322

Anonymous. 2004. “Cara Cerdas Menyikapi Kolesterol”. (online)  http://medicastore.com diakses 10 April 2010

Anonymous. 2005. “Kolesterol”. (online) http://id.inaheart.or.id diakses 10 April 2010

Anonymous. 2008. “Teknologi Pengolahan Tanaman Obat”. (online)  http://balittro.litbang.deptan.go.id diakses 10 April 2010

Anonymous. 2009. “Attirangga si Pacar Air”. (online) http://batakone.wordpress.com diakses 07 April 2010

Anonymous. 2010a. “Kolesterol”. (online)  http://id.wikipedia.org diakses 10 april 2010

Anonymous. 2010b. “Penyebab Kolesterol Tinggi”. (online) http://Dunia-Ibu.org diakses 10 April 2010

Anonymous. 2010c. “Flavonoid”. (online) http://en.wikipedia.org diakses 11 April 2010

Hartanto, Harun. 2008. “Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Lidah Buaya Terhadap Kadar Kolesterol Total Dan Trigliserida Serum Tikus Putih Hiperkolesterolemik”. (Online)  http://www.indoskripsi.com diakses 10 April 2010

Lab. Kimia UMM. 2008. Buku Penuntun Praktikum Biokomia. Malang: Laboratorium Kimia UMM

Nurwahyunani, A. 2006. “Efek Ekstrak Daun Sambung Nyawa Terhadap Kadar Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL Darah Tikus Diabetik Akibat Induksi Streptozotocin”. Semarang: Skipsi UNESA

Siswono.2001. “Bahaya Dari Kolesterol Tinggi”.(online) http://gizi.net diakses 10 April 2010

Susanto, I. 2009. “Pacar Air”.(online)  http://www.ibnususanto.wordpress.com diakses 07 April 2010

05/03/2010 Posted by | Fitofarmaka | 7 Komentar

Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Batang Pule ( Alstonia scholaris) Terhadap Kadar Hipertensi Tikus Putih

RINGKASAN USUL PENELITIAN

Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Batang Pule ( Alstonia scholaris) Terhadap Kadar Hipertensi Tikus Putih

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kenyataan:

  • Pule (Alstonia sp) merupakan tumbuhan asli Indonesia dan penyebarannya cukup luas di Indonesia. Pulai tumbuh mulai dari ketinggian 10 – 1250 m dpl dengan variasi tapak yang beragam baik pada areal rawa, gambut, pasang surut maupun daerah kering (Martawidjaja, 1981)
  • Kulit batang pule (Alstonia scholaris R.Br.) merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia. Dari studi pustaka, kulit batang pule berkhasiat sebagai penurun demam, meningkatkan selera makan, mengobati radang ginjal, obat kencing manis, obat malaria, obat tekanan darah tinggi dan obat cacing (Wijayakusuma, 2001)
  • Tumbuhan pule kaya dengan kandungan kimia, yang sudah diketahui antara lain: Kulit batang: saponin, flavonoida dan polifenol. Alkaloid : ditamine (C18H19NO3), ditaine (echititamine), echi-kaoetchine. Zat pahit : echeretine, echicherine (Reni, 1998).
  • Dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisional lain disebutkan bahwa tanaman ini memiliki sifat; pahit, anti piretik, anti malaria, anti demam,anti hipertensi/ anti andenergik, melancarkan saluran darah (Zainal, 2005).
  • Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup.
  • Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 tercatat hampir 200 juta orang di dunia menderita diabetes dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita bisa mencapai sekitar 330 juta jiwa.

    Sementara di Indonesia sendiri, berdasarkan data WHO pada tahun 2003 tercatat lebih dari 13 juta penderita diabetes, dari jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 20 juta penderita pada tahun 2030

Harapan:

  • Tanaman Pule dapat digunakan dalam mengobati atau menurunkan kadar glulkosa pada penderita Diabetes Melitus.
  • Tanaman pule dapat digunakan sebagai salah satu alternative dalam pengobatan Diabetes Melitus.

Masalah:

  • Bagaimanakah ekstrak kulit batang pule dapat menurunkan kadar glukosa pada percobaan menggunakan hewan tikus?

1.2 Rumusan Masalah

  • Apakah dengan menggunakan ekstrak kulit batang tanaman pule dapat menurunkan kadar glukosa pada hewan percobaan tikus?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan ekstrak kulit batang pule dapat menurunkan kadar glukosa pada hewan percobaan tikus.

1.4 Manfaat Penelitian

a) Bagi Masyarakat

  • Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai tanaman pule yang dapat digunakan dalam mengobati Diabetes Melitus
  • Dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terutama penderita Diabetes Melitus untuk mengobati penyakitnya.

c) Bagi Peneliti

Dapat mempelajari lebih dalam mengenai tanaman pule untuk pengobatan Diabetes Melitus sehingga lebih memperkaya pengetahuan peneliti terhadap berbagai macam penelitian yang nantinya dapat diaplikasikan kepada masyarakat.

1.5 Batasan Penelitian

a) Tanaman yang digunakan pada penelitian ini analah pule (Alstonia scholaris) terutama pada bagian kulit batang.

b) Penyakit yang diteliti pada percobaan kali ini adalah hipertensi.

1.6 Definisi Istilah

a) Ekstrak adalah sediaan sari pekat tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan (Zainal, 2007).

b) Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Agus, 2005).

II. STUDI PUSTAKA

2.1  Tanaman Pule

  • Klasifikasi
  • Morfologi
  • Penyebaran dan habitat
  • Kegunaan

2.2  Diabetes Melitus

  • Pengertian
  • Penyebab
  • Patofisiologi
  • Tanda dan gejala

2.3  Flavonoid

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian: Penelitian eksperimen

Rancangan penelitian: Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan disain penelitian Post test Randomized Control Design.

3.2 Populasi dan Teknik Sampling

  • Populasi: Tikus Putih yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang.
  • Teknik sampling: Cluster Random Sampling
  • Sample: 4 buah tikus putih

3.3 Jenis dan Definisi Operasional Variabel

  • Jenis Variabel

Variabel bebas: Konsentrasi ekstrak pule, dosis ekstrak 490 mg/kg bb

Variabel tergantung: Kadar glukosa darah pada tikus yang menderita diabetes

Variabel kontrol: Umur, jenis pakan, ukuran kandang.

  • Definisi Operasional Variabel

Konsentrasi ekstrak pule: Adalah jumlah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari tanaman pule menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Kadar Glukosa darah pada tikus: adalah banyaknya glukosa yang terkandung dalam 1L atau 1 dL darah tikus wistar yang diperiksa secara kuantitatif.

Umur: umur adalah perhitungan yang dimulai dari awal dilahirkanya tikus hingga pada saat akan dilakukan percobaan, pada percoban ini umur tikus dibuat seragam dengan umur ± 3 bulan.

Jenis pakan: jenis pakan adalah jenis makanan yang akan diberikan pada tikus selama masa percobaan.

Ukuran kandang: ukuran kandang adalah jumlah panjang dan lebar tempat yang akan digunakan sebagai tempat pemeliharaan tikus.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

A. Persiapan Penelitian

1. Penentuan Dosis ekstrak 490 mg/kg bb adalah dosis pada mencit yang memberikan efek farmakologi (Kumolosasi, 1999).

2. Memilih hewan uji (tikus putih jantan) sejumlah 20 ekor, umur 2 bulan, berat badan awal 183 – 262 gram.

3. Menyiapkan kandang tikus putih lengkap dengan tempat pakan dan minum.

4. Membuat ekstrak kulit batang pule

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Mengelompokkan tikus putih percobaan yang berjumlah 4 ekor secara random dengan undian menjadi 3 kelompok, yaitu satu kelompok kontrol dan 2 kelompok perlakuan.

2. Tiap tikus dinaikkan kadar kolesterol darahnya dengan cara sinduksi dengan Aloxan.

3. Setelah 1 minggu, kolesterol masing-masing kelompok tikus diukur untuk mengetahui bahwa tikus telah mengalami hiperkolesterolemi (kadar kolesterol > 54 mg/dl), kemudian diukur kadar kolesterol HDL dan LDLnya.

4. Tikus Hiperkolesterolemi diperlakukan sebagai berikut :

Kelompok I : Sebagai kontrol negatif tanpa diberi ekstrak Lidah Buaya.

Kelompok II : Diberi ekstrak kulit batang Pule dengan dosis 0,5 ml/200grBB/hari.

Kelompok III : Diberi ekstrak kulit batang Pule dengan dosis 1 ml/200grBB/hari

Pemberian ekstrak kulit batang Pule dilakukan per oral, dengan cara gavage selama 14 hari (2 minggu). Pada hari ke-15 tikus ditimbang dan darahnya diambil dengan mikrohematokrit melalui plexus retro orbitalis sebanyak 2 ml untuk diukur kadar LDL dan HDL-kolesterolnya. Selama perlakuan, tikus diberi pakan pellet biasa dan air minum ad libitum.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur kadar LDLkolesterol dan HDL-kolesterol serum darah tikus putih menggunakan CHODPAP (Cholesterol Oxidase Para Aminophenazone) yang direkomendasikan oleh Europen Atherosklerosis Society. Metode ini menggunakan larutan utama, yaitu larutan sampel berupa serum dan larutan reagen yang terdiri dari larutan blangko dan larutan standar (serum).

Setelah dilakukan pengujian terhadap kadar kolesterol-LDL dan kolesterol-HDL, data-data yang diperoleh disusun dalam tabel berikut ini :

Tabel 1. Kadar Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL Setelah Perlakuan.

Perlakuan Kadar LDL Kadar HDL
I
II
III
IV

Untuk pengukuran kadar LDL-kolesterol dan HDL-kolesterol diperiksa di Laboratorium Kimia UMM.

3.5 Teknik Analisa Data

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Lidah Buaya dengan berbagai dosis terhadap kadar LDL dan HDL serum darah tikus putih, dilakukan Analisis Varians (ANAVA) satu jalan dengan taraf kepercayaan 5 % (Sudjana, 1988).

Keterangan:

db        : Derajat kebebasan

JK        : Jumlah kuadrat

KT       : Kuadrat tengah

F          : Nilai frekuensi

T(1-1/2a) : Treatment

r           : Replikasi/ulangan

Daftar Pustaka

04/29/2010 Posted by | Fitofarmaka | 6 Komentar