BIOLOGI ONLINE

blog pendidikan biologi

PENINGKATAN KESHALEHAN SOSIAL DALAM MEWUJUDKAN STABILITAS KETAHANAN PANGAN

PENINGKATAN KESHALEHAN SOSIAL DALAM MEWUJUDKAN STABILITAS KETAHANAN PANGAN

Mardianto Dawim1, Slamet Riyanto2, Aulia Rahmawati2

1Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

2Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAK

Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi merupakan faktor penting dalam usaha pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya guna meningkatkan daya saing bangsa. Namun, usaha ini terhambat sejalan dengan meluasnya krisis pangan yang berakibat pada munculnya kasus kurang gizi dan gizi buruk di berbagai daerah.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menjaga stabilitas ketahanan pangan. Namun, upaya yang dilakukan pemerintah masih kurang optimal unuk menjaga stabilitas ketahanan pangan. Faktanya masih terdapat kasus kurang gizi di berbagai daerah.

Menurut UU No.7/1996, Ketahanan Pangan adalah :”Kondisi di mana terjadinya kecukupan penyediaan pangan bagi rumah tangga yang diukur dari ketercukupan pangan dalam hal jumlah dan kualitas dan juga adanya jaminan atas keamanan (safety), distribusi yang merata dan kemampuan membeli” (Lassa, 2005).

Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu tindakan sadar pada lingkungan sekitarnya sebagai wujud dari keshalehan sosial.

Penulisan karya ilmiah ini menggunakan teknik analisa data, analisa deskriptif kualitatif. Analisa deskriptif kualitatif adalah analisa yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Swasembada pangan tidak sama dengan ketahanan pangan. Konsep ketahanan pangan mengacu pada pengertian adanya ketersediaan, akses dan konsumsi pangan. Terjadinya ketidaktahanan pangan disebabkan oleh kurangnya kesadaran bertetangga dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga aplikasi dari keshalehan sosial sangat diperlukan dalam mewujudkan stabilitas ketahanan pangan.

Beberapa upaya yang dilakukan dalam meningkatkan keshalehan sosial antara lain: pelaksanaan pola hidup sederhana, meningkatkan fungsi lembaga nonformal di masyarakat serta mengoptimalkan kinerja pemerintah dalam meningkatkan keshalehan sosial.

Kata kunci : kurang gizi dan gizi buruk, ketahanan pangan, keshalehan sosial

PENDAHULUAN

Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi merupakan faktor penting dalam usaha pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya guna meningkatkan daya saing bangsa. Namun, usaha ini terhambat sejalan dengan meluasnya krisis pangan yang berakibat pada munculnya kasus kurang gizi dan gizi buruk di berbagai daerah.

Masalah kurang gizi dan gizi buruk yang terjadi pada saat waktu dan daerah tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan bangsa di masa yang akan datang, karena terjadinya generation loss (Budiyanto, 2002).

Masalah krisis pangan yang berakibat pada munculya kasus kurang gizi dan gizi buruk ini dipicu oleh keterbatasan kemampuan daya beli masyarakat terhadap bahan pangan seiring dengan melonjaknya harga  berbagai macam kebutuhan pokok (Una, 2008).

Untuk mengatasi masalah kurang gizi dan gizi buruk, perlu dilakukan penjagaan terhadap stabilitas ketahanan pangan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan dinyatakan bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata, dan terjangkau.

Hal yang dilakukan pemerintah dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan diantaranya dengan melakukan SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi), mengaktifkan kembali peran Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) dalam mengontrol berat badan balita, karena orang yang aktif  adalah ibu balita, bukan petugas Posyandu setempat. Selain itu pemerintah juga melakukan operasi pasar, program Raskin serta impor dari luar negeri.

Namun, upaya yang dilakukan pemerintah masih kurang optimal. Hal ini dapat diketahui dengan adanya kasus-kasus kurang gizi dan gizi buruk di sebagian daerah. Dapat diketahui pula bahwa di sekitar penderita kasus kurang gizi dan gizi buruk terdapat masyarakat yang kecukupan gizi (Budiyanto, 2002).

Untuk mengatasi masalah kurang gizi dan gizi buruk juga diperlukan peran serta masyarakat sekitar yang merupakan wujud dari keshalehan sosial dalam kehidupan bermasyarakat untuk menjaga kestabilan ketahanan pangan. Hal ini sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (HR Muslim).

Konsep Ketahanan Pangan

Konsep ketahanan pangan mengacu pada pengertian adanya kemampuan mengakses pangan secara cukup untuk mempertahankan kehidupan yang aktif dan sehat. Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensi meliputi mata rantai sistem pangan dan gizi, mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, dan status gizi. Secara ringkas ketahanan pangan sebenarnya hanya menyangkut tiga hal penting, yaitu ketersediaan, akses, dan konsumsi pangan (Khomsan, 2008).

Definisi Formal ketahanan pangan :

  1. World Food Conference 1974, UN 1975: Ketahanan Pangan adalah “ketersediaan pangan dunia yang cukup dalam segala waktu … untuk menjaga keberlanjutan konsumsi pangan … dan menyeimbangkan fluktuasi produksi dan harga”.
  2. FAO 1992: Ketahanan Pangan adalah “situasi di mana semua orang dalam segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman (safe) dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif.
  3. World Bank 1996: Ketahanan Pangan adalah: “akses oleh semua orang pada segala waktu atas pangan yang cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif.
  4. Indonesia – UU No.7/1996: Ketahanan Pangan adalah :”Kondisi di mana terjadinya kecukupan penyediaan pangan bagi rumah tangga yang diukur dari ketercukupan pangan dalam hal jumlah dan kualitas dan juga adanya jaminan atas keamanan (safety), distribusi yang merata dan kemampuan membeli” (Lassa, 2005).

Tinjauan Pangan dan Gizi

Pangan merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan energi atau juga sumber gizi bagi tubuh. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling asasi (Budiyanto, 2002).

Gizi merupakan zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk :

  1. memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi mereka yang masih dalam masa pertumbuhan;
  2. memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari.

Gizi buruk atau kurang gizi merupakan keadaan tidak sehat yang timbul karena tidak cukup makan dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu (Budiyanto, 2002).

Keadaan Masyarakat Indonesia

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai 49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin. Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di pedesaan. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta jiwa di perkotaan dan 15,3 juta jiwa pedesaan. Akibat krisis jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah.

Kondisi pangan lokal maupun nasional sedang terkena dampak perubahan iklim dan pemanasan global (global warming). Setelah terjadinya perubahan iklim dan global warming, kemandirian pangan pun menjadi isu global. Bahkan, petani di berbagai belahan dunia kini sedang menuntut adanya kemandirian pangan. Berbeda dengan konsep ketahanan pangan (food security), kini konsep kemandirian pangan (food sovereignty) lebih relevan untuk dikedepankan. Soalnya, paradigma kemandirian pangan bisa mengatasi berbagai kelemahan kebijakan ketahanan pangan yang selama ini lebih bersandar pada pemenuhan pangan secara modern melalui penerapan agrobisnis, perdagangan bebas dan privatisasi sumber-sumber produktif (Martaja, 2008).

Beberapa contoh kasus yang terjadi di Indonesia antara lain :

  1. Menurut Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Departemen Pertanian Tjuk Eko Haribasuki, Sebanyak 2,5 dari total penduduk Indonesia dalam kondisi rawan pangan. Artinya, ada sekitar 5 juta rakyat negara agraris ini yang makan kurang dari dua kali sehari (Anonymous, 2008).
  2. Daeng Basse (35 tahun), warga Makassar, meninggal dunia bersama bayi yang dikandungnya dan satu orang anaknya yang lain, Bahir (7 tahun) Jumat (29/2/2008) setelah tiga hari kelaparan (Sudarmawan, 2008).
  3. Sebanyak 17.835 balita di Kabupaten Ciamis diketahui masih kekurangan gizi. Rinciannya, ditemukan sebanyak 435 balita berstatus gizi buruk dan 17.400 balita lainnya gizi kurang. Sementara itu, balita berstatus gizi lebih mencapai 7.000 orang (Anonymous, 2008).

Konsep Keshalehan Sosial

Bertetangga adalah bagian kehidupan manusia yang hampir tidak bisa ditolak. Sebab manusia memang tidak semata-mata makhluk individu, tapi juga merupakan makhluk sosial. Faktanya, seseorang memang tidak bisa hidup sendirian. Mereka satu sama lain harus selalu bermitra dalam mencapai kebaikan bersama.

Menurut Imam Syafi’i, yang dimaksud dengan tetangga adalah 40 rumah di samping kiri, kanan, depan, dan belakang. Mau tidak mau, setiap hari kita berjumpa dengan mereka. Baik hanya sekadar melempar senyum, lambaian tangan, salam, atau malah ngobrol diantara pagar rumah. Islam sangat memperhatikan masalah adab-adab bertetangga.

Masyarakat yang memiliki keshalehan sosial akan membutuhkan kebutuhan fisiologis/ dasar, kebutuhkan akan rasa aman dan tentram, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai dan yang terakhir kebutuhan untuk aktualisasi diri. Keempat kebutuhan yang disebutkan di awal, lebih mengarah kepada kebutuhan duniawi. Tetapi kebutuhan terakhir yaitu kebutuhan untuk aktualisasi diri lebih mengarah kepada kebutuhan ruhani (Perdana, 2007).

Keshalehan sosial dapat diukur dengan parameter orang yang bersangkutan berbuat amal shaleh dan proyek kebaikan lainnya. Karena iman dan amal menjadi mata rantai yang harus sinergis, oleh karena itu keduanya tampil menjadi unsur indikator dalam suatu perubahan sosial (Nasir, 2008).

METODE PENELITIAN

Data dan fakta yang berhubungan untuk pembahasan tema ini berasal dan tahapan-tahapan pengumpulan data dengan pembacaan secara kritis terhadap ragam literatur (Library research) yang berhubungan dengan tema pembahasan. Data yang ditampilkan dalam karya tulis ini dapat berupa angka atau pesan. Untuk angka, data yang dipakai adalah data dengan kriteria telah dipublikasikan kepada masyarakat,  melalui literatur yang digunakan berupa buku, surat kabar, buletin, maupun internet. Dengan demikian penulis mengelompakkan atau menyeleksi data dan informasi tersebut  berdasarkan kategori atau relevansi dan kemudian selanjutnya ke tahapan analisis dan pengambilan kesimpulan.

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif. Analisa deskriptif kualitatif adalah analisa yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

HASIL

Dalam penelitian ini, yang membahas tentang peningkatan keshalehan sosial dalam mewujudkan stabilitas ketahanan pangan diketahui bahwa:

  1. Swasembada pangan tidak sama dengan ketahanan pangan.
  2. Kurangnya peran aktif masyarakat dalam kehidupan bertetangga.
  3. Ketahanan pangan adalah tanggung jawab bersama
  4. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan keshalehan sosial demi mewujudkan stabilitas ketahanan pangan.

PEMBAHASAN

Swasembada Pangan Tidak Sama Dengan Ketahanan Pangan

Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Pada masa pemerintahan Orde Baru sempat mengganti orientasi kebijakan pangan dari swasembada beras ke swasembada pangan secara umum pada Repelita III dan Repelita IV. Hasilnya sempat dirasakan pada tahun 1984 di mana Indonesia mencapai level swasembada pangan.

Selama empat tahun kepemimpinan Megawati (2000-2004), kebijakan-kebijakan swasembada pangan terus dilakukan. Statement Megawati yang terkenal adalah “Tidak ada pilihan lain kecuali Swasembada”. Fakta menunjukan bahwa produksi pangan Indonesia tahun 2004 mampu memberikan hasil yang menggembirakan (lihat Food Outlook FAO April 2004), tapi disayangkan bahwa Indonesia tidak mampu mencapai ketahanan pangan yang memadai. Peristiwa kelaparan dan malnutrisi di berbagai tempat di Indonesia adalah bukti bahwa Indonesia tidak mampu mencapai ketahanan pangan yang memadai tersebut.

Sebagai perbandingan kita ambil contoh negara tetangga kita Malaysia. Malaysia mendefinisikan ulang ketahahanan pangannya sebagai swasembada 60% pangan nasional. Sisanya, 40% didapatkan dari import pangan. Malaysia kini memiliki tingkat ketahanan pangan yang kokoh. Ini memberikan ilustrasi yang jelas bahwa ketahanan pangan dan swasembada adalah dua hal yang berbeda.

Kurangnya Peran Aktif Masyarakat dalam Kehidupan Bertetangga

Munculnya kasus-kasus kurang gizi dan gizi buruk yang terjadi di sebagian daerah dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian masyarakat sekitar terhadap kehidupan tetangganya. Banyak kasus-kasus kurang gizi dan gizi buruk terjadi di sekitar warga yang memiliki kecukupan gizi.

Sebagai contoh yang sangat menghawatirkan adalah kasus gizi buruk pada balita. Sebanyak 17.835 balita di Kabupaten Ciamis diketahui masih kekurangan gizi. Rinciannya, ditemukan sebanyak 435 balita berstatus gizi buruk dan 17.400 balita lainnya gizi kurang.

Jika balita gizi buruk ini dibiarkan, akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Bahkan, hal itu akan menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi. Mereka ini juga sangat rentan terhadap penyakit. Oleh karena itu, penanganan masalah balita kekurangan gizi haruslah mendapat perhatian serius.

Ketahanan Pangan adalah Tanggung Jawab Bersama

Mengingat persoalan ketahanan pangan di Indonesia memiliki implikasi yang sangat luas maka perlu segera mendapatkan perhatian yang lebih serius. Terciptanya sistem ketahanan yang ideal memerlukan keterlibatan berbagai institusi untuk menjamin keamanan pangan, mulai dari hulu hingga ke hilir (from farm to fork), mulai dari proses pemanenan, distribusi, pengolahan, hingga di meja konsumen. Terciptanya kondisi ketahanan pangan yang ideal adalah tanggung jawab bersama.

Saat inilah peran aktif masyarakat sangat dituntut dalam rangka membantu pemerintah menciptakan ketahanan pangan. Peran aktif masyarakat merupakan wujud dari sikap keshalehan sosial dalam kehidupan bermasyarakat (bertetangga). Sebagaimana yang telah diperintahkan Allah, “Bertolong-tolonganlah kamu dalam berbuat kebaikan dan takwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS Al-Maidah [5]: 2)

Bertetangga adalah bagian kehidupan manusia yang hampir tidak bisa ditolak. Sebab manusia memang tidak semata-mata makhluk individu, tapi juga merupakan makhluk sosial. Faktanya, seseorang memang tidak bisa hidup sendirian. Mereka satu sama lain harus selalu bermitra dalam mencapai kebaikan bersama.

Kesadaran dan perhatian kepada sesama anggota masyarakat dalam hal ini sangat dituntut. Masyarakat dapat menjadi agen awal dalam mencegah munculnya kasus-kasus yang berkaitan dengan pangan. Untuk itu diperlukan adanya sikap harmonis dalam bertetangga sehingga muncul kesadaran dan perhatian sesama anggota masyarakat.

Menurut Imam Syafi’i, yang dimaksud dengan tetangga adalah 40 rumah di samping kiri, kanan, depan, dan belakang. Mau tidak mau, setiap hari kita berjumpa dengan mereka. Baik hanya sekadar melempar senyum, lambaian tangan, salam, atau malah ngobrol di antara pagar rumah. Islam sangat memperhatikan masalah adab-adab bertetangga.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah mengingatkan Fatimah dengan keras agar segera memberikan tetangga mereka apa yang menjadi hak-hak mereka. Kisahnya berawal ketika Rasulullah SAW pulang dari bepergian. Beberapa meter menjelang rumahnya, Rasulullah SAW mencium aroma gulai kambing yang terbit dari rumah beliau. Rasul segera bergegas menuju ke rumahnya dan menemui Fatimah yang ternyata memang sedang memasak gulai kambing. Spontan Rasulullah SAW memerintahkan putri tercinta beliau untuk memperbanyak kuah gulai yang sedang dimasaknya.

Dari kisah di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa ini merupakan salah satu bentuk kepedulian sosial yang diperintahkan Islam kepada kita. Islam memerintahkan kepada kita untuk senantiasa mempertajam sense of social kita. Dari sini bisa dipahami, betapa Islam mengajarkan kita untuk senantiasa membiasakan diri merasakan kesenangan dan kesulitan bersama dengan masyarakat kita.

Artinya Islam sangat melarang kita hidup egois, serakah, dan individualistik. Penghormatan kepada tetangga sesungguhnya merupakan bagian dari aktualisasi keimanan kita kepada Allah Azza wa Jalla dan Hari Akhir, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (HR Muslim).

Dengan begitu seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir, jika dia menyia-nyiakan tetangganya. Jika dia tidak menyantuni kebutuhan tetangganya. Termasuk menyia-nyiakan tetangga tentunya adalah, bila dia tidak pernah mengunjungi tetangga dan menanyakan keadaan mereka. Dengan demikian bergaul dengan tetangga, mengetahui tentang keadaan ekonomi mereka, serta mendakwahi mereka termasuk hak-hak tetangga yang harus kita tunaikan.

Dalam sebuah Hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Hak tetangga ialah, bila dia sakit, kamu kunjungi. Bila wafat, kamu mengantarkan jenazahnya. Bila dia membutuhkan uang, maka kamu pinjami. Dan bila mengalami kesukaran/kemiskinan, maka jangan dibeberkan, aib-aibnya kamu tutup-tutupi dan rahasiakan. Bila dia memperoleh kebaikan, maka kita turut bersuka cita dan mengucapkan selamat kepadanya. Dan bila menghadapi musibah, kamu datang untuk menyampaikan rasa duka. Jangan sengaja meninggikan bangunan rumahmu melebihi bangunan rumahnya, lalu menutup jalan udaranya (kelancaran angin baginya). Dan janganlah kamu mengganggunya dengan bau masakan, kecuali kamu menciduknya dan memberikan kepadanya.”

Keharmonisan hubungan bertetangga bukan hanya bisa menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan aman, tapi juga menciptakan benteng yang kokoh bagi anak-anak kita dari segala bentuk kejahatan yang datang dari luar maupun dari dalam. Tetangga bisa menebarkan rahmat dan kasih-sayang. Tetapi sebaliknya, tetangga bisa juga menebarkan kemalangan dan malapetaka bagi lingkungannya. Dengan diikutsertakannya masyarakat diharapkan ketahanan pangan dapat terwujud serta kasus-kasus kekurangan gizi di daerah dapat ditekan.

Strategi Meningkatkan Keshalehan Sosial dalam Upaya Mewujudkan    Stabilitas Ketahanan Pangan

Beberapa wujud keshalehan sosial dalam upaya menciptakan stabilitas ketahanan pangan diantaranya:

  1. Pelaksanaan pola hidup sederhana

Pola hidup sederhana akan menurunkan kesenjangan sosial dalam masyarakat, karena dengan adanya sikap tersebut akan muncul rasa saling merasakan antar sesama. Sehingga, setiap individu akan sadar dan peka terhadap lingkungannya.

b.   Meningkatkan fungsi lembaga nonformal di masyarakat

Lembaga nonformal yang ada di masyarakat seperti majlis ta`lim, PKK, karang taruna, dan remaja masjid memiliki peran sangat penting dalam meningkatkan keshalehan sosial.

Dalam lembaga nonformal tersebut terdapat satu keinginan bersama untuk mencapai tujuan bersama dalam hidup bermasyarakat. Hal ini dapat tercermin dengan tidak adanya kesenjangan sosial serta meningkatnya peran serta masyarakat dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang terjadi dalam masyarakat.

c.   Mengoptimalkan peran serta pemerintah dalam meningkatkan keshalehan sosial di masyarakat

Pemerintah diharapkan memberikan pembinaan, penyuluhan serta pengawasan melalui seluruh instansi dari tingkat pusat hingga tingkat Rukun Tetangga dalam peningkatan kesadaran bertetangga, bermasyarakat dan bertetangga, misalnya Dinas Kesehatan melalui Puskesmas dan Posyandu.

KESIMPULAN

Dari hasil pengumpulan, pengamatan dan analisa data diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

  1. Swasembada pangan tidak sama dengan ketahanan pangan. Konsep ketahanan pangan mengacu pada pengertian adanya kemampuan mengakses pangan secara cukup untuk mempertahankan kehidupan yang aktif dan sehat. Sedangkan, swasembada pangan adalah kemampuan dari suatu negara dalam menjaga ketersediaan pangan untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri.
  2. Terjadinya ketidaktahanan pangan disebabkan oleh kurangnya kesadaran bertetangga dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga wujud dari keshalehan sosial diperlukan untuk mewujudkan stabilitas ketahanan pangan.
  3. Untuk mewujudkan stabilitas ketahanan pangan dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai keshalehan sosial sebagai wujud kepedulian individu terhadap masyarakat sekitar. Keharmonisan hubungan bertetangga bisa menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, aman dan menjadi lahan amal shaleh serta menciptakan proteksi awal dalam mencegah kerawanan pangan.
  4. Beberapa upaya yang dilakukan dalam meningkatkan keshalehan sosial antara lain: pelaksanaan pola hidup sederhana, meningkatkan fungsi lembaga nonformal di masyarakat serta mengoptimalkan kinerja pemerintah dalam meningkatkan keshalehan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, MAK. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang. UMM Press.

Anonymous. 2008. Ketahanan Pangan dan Kemajuan Bangsa. Retreived March 22, 2008 from http://www.prakarsa-rakyat.org/artikel/fokus/artikel_ cetak.php?aid=22721

Anonymous. 2008. Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Retreived March 22, 2008 from http://www.damandiri.or.id/file /wahidipbtinjauan.pdf.

Anonymous. 2008. Menjaga Keharmonisan Bertetangga. Retreived March 22 2008 from http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid

Khomsan, Ali. 2008. Impor Beras, Ketahanan Pangan, dan Kemiskinan Petani. Retreived March 23, 2008. from http://www.unisosdem.org/ article_detail.php?aid

Lassa, Jonatan. Politik Ketahanan Pangan Indonesia 1950-2005. Retreived            March 22, 2008 from http://www.zef.de/

Martaja. 2008. Urgensi Membangun Kemandirian Pangan. Rtreived March 22,     2008 from http://www.suarakarya-online.com/news.htm

Nasir, Muhammad. 2008. Islam dan Solidaritas Sosial. Retreived March 24, 2008 from http://sayyidulayyaam.blogspot.com/2006/11/islam-dan solidaritas sosial.html

Perdana, Arif. 2007. Keshalehan Individual dan Keshalehan Sosial. Retreived March 24, 2008 from http://arifperdana.wordpress.com/2007/11/24/keshalehan-individual-dan keshalehan-sosial/

Sudarmawan. 2008. 243 Warga Magetan Terserang Gizi Buruk. Retreived March 22, 2008 from http://www.kompas.com/read.php?

Una. 2008. Inflasi Tinggi Masih Mengancam. Retreived March 22, 2008 from            http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id

BIODATA KETUA DAN ANGGOTA KELOMPOK

Ketua Kelompok

a. Nama Lengkap              : Mardianto Dawim

b. Tempat Tanggal Lahir   : Rawa Bening, 07 Juni 1988

c. Agama                           : Islam

d. Alamat                          : Jalan Wahidin Desa Perintis Rimbo Bujang,                       TEBO, Jambi.

e. No HP                           : 085267795700

f. Riwat Pendidikan Formal

NO JENJANG NAMA INSTITUSI TAHUN
1. SD/MI SDN 246 Rimbo Bujang 1994-2000
2. SMP/MTs SMPN 01 Rimbo Bujang 2000-2003
3. SMAN SMAN 02 TEBO 2003-2006
4. S1 Universitas Muhammadiyah Malang 2006-sekarang

g. Pengalaman Organisasi

NO ORGANISASI TAHUN
1. Reporter Majalah “DIDAKTIK” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM. 2006-sekarang
2. Ketua Bidang Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah “IMM” Raushan Fikr UMM. 2007-sekarang
3. Staff Komisi B Advokasi Senat Mahasiswa Universitas (SEM_U) UMM. 2008-sekarang
4. Asissten Laboratorium Kimia UMM. 2008-sekarang

Anggota Kelompok

1. a. Nama Lengkap                : Slamet Riyanto

b. Tempat Tanggal Lahir   : Lamongan, 24 Oktober 1987

c. Agama                           : Islam

d. Alamat                          : Jalan Pondok RT. 01 RW. 05 Paciran Lamongan

e. No HP                           : 085746000292

f. Riwat Pendidikan Formal

NO JENJANG NAMA INSTITUSI TAHUN
1. SD/MI MIM Pondok Modern Muhammadiyah 1994-2000
2. SMP/MTs MTs Muhammadiyah 01 2000-2003
3. SMAN SMAN 01 Paciran 2003-2006
4. S1 Universitas Muhammadiyah Malang 2006-sekarang
  1. a. Nama Lengkap  : Aulia Rahmawati

b. NIM                        : 05360144

c. Agama                     : Islam

d. Alamat Rumah        : Jln. Tirto Utomo Gg. VII No. 1

e. Nomor HP               : 085259369333

f. Riwat Pendidikan Formal

NO JENJANG NAMA INSTITUSI TAHUN
1. SD/MI SDN Mriyunan Gresik 1992-1998
2. SMP/MTs ITTC Gontor for Girls 1998-2001
3. SMAN ITTC Gontor for Girls 2001-2004
4. S1 Universitas Muhammadiyah Malang 2005-sekarang

BIODATA DOSEN PEMBIMBING

  1. Nama Lengkap                  : Dr. Nurul Mahmudati, Dra, M. Kes.
  2. 4. Jabatan                              : Lektor
  3. 5. Fakultas/ Prodi                  : FKIP/ Pendidikan Biologi
  4. 6. Bidang Kealian                 : Fisiologi Manusia
  5. 7. Pendidikan Formal            :                                                           Tahun Lulus
2.      NIP                                   : 131.930.149
3.      Gol/Pangkat                      : III-C/ Penata
  • SD                   : MIM Wonogiri                                  1976
  • SMP                : SMPN I Giritontro Wonogiri            1980
  • SMA                : SMAN I Wonogiri                            1983
  • S1                    : IKIP Yogyakarta                              1990
  • S2                    : UNAIR Surabaya                             1999
  • S3                    : UNAIR Surabaya                             2008
  1. 8. Penelitian
No Judul Penelitian Tahun
1.

2.

Studi Tentang Daya Laruk Kalsium dalam Kristal Kalsium Oksalat pada Nephrolid Kapsul

Perspektif Guru Bidang Studi Biologi Madrasah Aliyah di Jawa Timur

2001

2002

  1. 9. Buku yang Ditulis
No Judul Tahun
1.

2.

3.

4.

Diktat Anatomi Fisiologi Manusia

Diktat Kimia Anorganik

Anatomi Fisiologi Manusia

Kimia Anorganik

2002-2003

2002-2003

2003-2004

2004-2005

01/26/2010 Posted by | Contoh PKM | 1 Komentar

PENGUKURAN BAHASA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian bahasa atau language lebih luas, mengacu pada keseluruhan sistem mengekspresikan dan menerima informasi secara bermakna. Kendati masalah dalam perkembangan keduanya berbeda, mereka bisa saling tumpang tindih. Misalnya, anak dengan perkembangan bahasa bisa mengucapkan kata dengan baik tapi tidak bisa menggabungkan kata untuk membuat kalimat. Atau sebaliknya anak dapat menggunakan kata untuk mengekspresikan pemikirannya tapi artikulasinya kurang jelas.

Kridalaksana (2001: 159) mendefinisikan pemerolehan bahasa (language acquisition) sebagai proses pemahaman dan penghasilan bahasa pada manusia melalui beberapa tahap, mulai dari meraban sampai kefasihan penuh; sedangkan pembelajaran bahasa (language learning) diartikan sebagai proses dikuasainya bahasa sendiri atau bahasa lain oleh seorang manusia. Krashen (dalam Johnson & Johnson, 1999: 4).

Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Melaltii bahasa tersebut scorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya. Scjalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani tcrutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, misalnya dengan orang di sekitarnya lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang’diutarakan dalam bentuk lisan. tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ckspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkernbangan tersebtit, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat. dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan scbagainya. Orang tua sangat bertanggung jawab alas kesukscsan belajar anak dan seyogianya selalu berusaha meningkatkan potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal. Pada gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan muclali berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia mcmbcri dan mencrima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata’

1.2 Rumusan Masalah

  • Apa cara pengukuran bahasa itu?
  • Apa sajakah macam-macam pengukuran bahasa?

BAB II

PENGUKURAN BAHASA

Pengukuran Melalui Periode Usia Anak

Pernah melihat seorang orator beraksi di atas mimbar? Jika dia seorang orator yang handal, kita pasti ikut terpengaruh oleh kata-katanya. Atau seorang pembawa acara yang menghibur lewat kata-katanya, kita pasti tidak bosan mengikuti acara yang dibawakannya. Ketrampilan bicara seorang orator atau pembawa acara handal tidak dicapai dalam sekejap saja. Banyak tahap perkembangan bahasa yang harus dilewati dan tentu saja dengan banyak latihan serta pengalaman. Dan, yang terpenting bagaimana lingkungan memberikan dukungan dan stimulasi sewaktu masa kanak mereka sehingga mereka bisa semahir sekarang ini. Tentu tidak semua dari kita ingin anaknya menjadi orator atau pembawa acara. Namun, paling tidak semua orangtua pasti ingin anaknya melewati masa perkembangan sesuai tahapan yang diharapkan, termasuk perkembangan bahasanya. Sebelum kita lebih jauh membahas bagaimana menstimulasi perkembangan bahasa anak, ada baiknya kita lihat dulu pengukuran yang harus dicapai anak dalam perkembangan bahasanya.

Usia anak Pengukuran Perkembangan Bahasa
6
bulan
Berespon ketika dipanggil namanya.

Berespon pada suara orang lain dengan menolehkan kepala atau melihat ke arah suara.

Berespon relevan dengan nada marah atau ramah.

1 tahun Menggunakan satu atau lebih kata bermakna jika ingin sesuatu, bisa jadi hanya potongan kata misalnya ‘mam’ untuk makan.

Mengerti instruksi sederhana seperti ‘duduk’
Mengeluarkan kata pertama yang bermakna.

18
bulan
Kosa kata mencapai 5-20 kata, kebanyakan kata benda.

Suka mengulang kata atau kalimat.
Dapat mengikuti instruksi seperti “Tolong tutup pintunya!”

2 tahun Bisa menyebutkan sejumlah nama benda di sekitarnya.

Menggabungkan dua kata menjadi kalimat pendek “Mama bobo”

Kosa kata mencapai 150—300 kata

Bisa berespon pada perintah seperti “Tunjukkan mana telingamu.”

3 tahun Bisa bicara tentang masa yang lalu.

Tahu nama-nama bagian tubuhnya.

Menggunakan 3 kata dalam satu kalimat.
Kosa kata mencapai 900-1000 kata.

Bisa menyebutkan nama, usia dan jenis kelamin

Bisa menjawab pertanyaan sederhana tentang lingkungannya.

4 tahun Tahu nama-nama binatang.

Menyebutkan nama benda yang dilihat di buku atau majalah.
Mengenal warna.

Bisa mengulang 4 digit angka.

Bisa mengulang kata dengan 4 suku kata.
Suka mengulang kata, frase, suku kata dan bunyi.

5 tahun Bisa menggunakan kata deskriptif seperti kata sifat.
Mengerti lawan kata: kecil-besar, kasar-lembut.

Dapat berhitung sampai 10.

Bicara sangat jelas kecuali jika ada masalah pengucapan.
Dapat mengikuti 3 instruksi sekaligus.

Mengerti konsep waktu: pagi, siang, malam, besok, hari ini dan kemarin.

Bisa mengulang kalimat sepanjang 9 kata.

Tabel diatas merupakan tahap pengukuran perkembangan bahasa anak yang harus diketahui oleh para guru, maupun orang tua. Pada periode ini guru maupun orang tua harus benar-benar mengukur perkembangan bahasa dari peserta didiknya, sesuai atau tidak seperti tabel diatas, jika tidak sama berarti ada permasalahan dalam perkembangan bahasa anak.

Pengukuran Melalui Periode Linguistik Anak

Mulai periode linguistik inilah mulai anak mengucapkan kata kata yang, pertama. Yang merupakan saat paling meiiakjubkan bagi orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kornpleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa pcrbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bag: anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kiia tahu dalam konteks apa kata tersrbut diucapkan, sambil mcngamati mimik (ruut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2. Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat mcmbuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah mcngadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3. Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang bcrlangsung antara usia dua setcngah sampai lima tahun. Ketcrampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak buKan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata dcmi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pcmakaian kata bcnda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, member! tahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
a. Bahasa Tubuh
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa salah satu jenis bahasa adalah bahasa tubuh. Bahasa tubnh adalah cara seseorang berkomunikasi dengan mempergunakan bagian-b;:gian dari tubuh, yaitu melalui gcrak isyarat, ekspresi wajah. sikap tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa tubuh. Bahasa tubuh sering kali dilakukan tanpa disadari. Sebagaimana fun^si bahasa Iain, bahasa tubuh juga merupakan ungkapan komunikari anak yang paling nyata, knrena merupakan ekspresi perasaan serta keinginan mereka terhadap orang lain, misalnya terhadap orang tua (ayah dan ibu) saudara dan orang lain yang d.ipat mememihi atau mengcrti akan pikiran anak. Melalui bahasa tubuh anak, orang tua dapat mtmpclnjari apaknh anaknya mcnangis knrena lapar, sakit, kcsepian atau bosan pada waklu tertentu.
b. Bicara
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih bayi string kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil stlalu berusaha agar orang lain mengcrti maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bcntuk komunikasi yang lain yang .dipakai anak sebelum pandai berbicara. Oleh karena bagi anak bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga birfungsi nntuk mcncapni tujuannya, misalnya:
1) Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan
Dengan berbicara anak mudah untuk mcnjclaskan kebtit’ihan dan keinginannya tanpa harus menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya. Dengan demikian kemampuan berbicara dapat mengurangi frustasi anak yang disebabkan oleh orang tua atau lingkungannya tidak mengerti apa saja yang dimaksudkan oleh anak.
2) Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain
Pada umumnya setiap anak merasa senang menjadi pusat perhatian orang lain. Dengan melalui keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian Orang lain terhadapnya mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orang tua misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Di samping itu berbicara juga dapat untuk menyatakan berbagai ide, sekalipun sering kali tidak masuk akal-bagi orang tua, dan bahkan dengan mempergunakan keterampilan berbicara anak dapat mendominasi situasi “.ehingga terdapat komunikasi yang baik antara anak dengan teman bicaranya.
3) Sebagai alat untuk membina hubungan sosial
Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk dapat menjadi bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi anak-anak Icbih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat mempcroleh kescmpatan Icbih banyak untuk mendapat peran sebagai pcmimpin dari suatu kelompok, jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
4) Sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri
Dari pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan bagaimana lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi diri mclalui orang lain.
5) Untuk dapat mcmpengaruhi pikiran dan peiasaan orang lain
Anak yang suka,berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak populer atau tidak disenangi lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mcngucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat merupakan medal utama .bagi anak agar diterima dan mendapat simpat’ dari lingkungannya.
6) Untuk mempengaruhi perilaku orang lain
Sebelum melakukan pengukuran bahasa kita harus mengukur dahulu komponen pendukung kemampuan anak berbahasa.
1) Kematangan alat berbicara
Kemampuan berbicara juga tergantung pada kematangan alat-alat berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan Iain-lain dapat mempengaruhi kematangan berbicara. Alat-alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah sempi’rpa dan dapat membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik scbagai permulaan berbicara.
2) Kesiapan berbicara
Kesiapan mental anak sangat berganrung pada pertumbuhan dan kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimnlai sejak anak berusia antara 12-18 bulan, yang discbut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah anak betul-betul sudah siap untuk belajar. bicara yang sesungguhriya. Apabila tidak ada gangguan anak akan segera dapat berbicara sekalipun belum jelas maksudnya.
3) Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak
Anak dapat membutuhkan suatu model tertentu -agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti. Model
tersebut dapat diperoleh dari orang lain, misalnya orang tua atau saudara, dari radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau actor film yang bicaranya jelas dan berarti. ^Anak akan mengalami kesulitan apabila tidak pernah memperoleh model scbagaimana
disebutkan diatas. Dengan scndirinya potensi anak tidak dapat berkembang scbagaimana mcstinya.

.
4) Kesempatan berlatih
Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau lingkungannya: Pada gilirannya anak kurang memperoleh moUvasi untuk belajar berbicara yang pada umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya.
5) Motivasi untuk belajar dan berlalih
Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi annk karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak. O’-ang tua hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk berbicara jangan terganggu atau tidak mendapatkan pengarahan.
6) Bimbingan
Bimbingan bagi anak sangat. penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau mcmbetulkan apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya selalu dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak mengalami kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.

BAB III

KESIMPULAN

  • Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan scseorang disimbolisasikan agar dapat mcnyampaikan arti kepada orang lain.
  • Pengukuran bahasa, terdapat 2 cara yaitu: Pengukuran Melalui Periode Usia Anak, Pengukuran Melalui Periode Linguistik Anak.
  • Pengukuran melalui periode anak adalah pengukuran sesuai dengan tahap perkembangan usia anak, sesuai dengan pedoman baku penguasaan bahasa yang harus dipahami oleh anak pada usia tersebut.
  • Pengukuran melalui periode linguistik anak, dimulai dengan fase-fase pengucapan bahasa oleh anak atau peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John W. (1995) Life Span Development (Edisi Kelima), University of Texas, Dallas

Purwo, Bambang Kaswanti. (1990), Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya 3, Universitas Atma Jaya, Jakarta.

Papalia, Diane., Olds, Sally W., Feldman, Ruth D. 2008. Human Development. 11th Ed. USA:McGraw-Hill.
Rosen, Marcia. 1986. Test Your Baby’s IQ. USA: Prentice Hall Press.
Solso, R Robert. 2001. Cognitive Psychology. 6th Ed. Nevada: Allyn & Bacon.
Vasta, Ross., Miller, Scott A., Ellis, Shari. 2004. Child Psychology. 4th Ed. NJ: John Wiley & Sons, Inc.

01/25/2010 Posted by | PPD | Tinggalkan komentar

KORELASI ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMILAHAN SAMPAH KERING DAN BASAH DI DESA PENDEM KECAMATAN JUNREJO KOTA BATU

KORELASI ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PEMILAHAN SAMPAH KERING DAN BASAH DI DESA PENDEM KECAMATAN JUNREJO KOTA BATU

Slamet Riyanto1, Mardianto Dawim2, Aulia Rahmawati1

1Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

2Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAK

Sampah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktifitas manusia maupun proses alam yang masih belum memiliki nilai ekonomi. Berdasarkan sumbernya, sampah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sampah domestik dan sampah non domestik. Sampah domestik memberikan kontribusi yang besar terhadap jumlah sampah yang masuk ke TPA. Penghasil sampah domestik terbesar adalah rumah tangga, yang terdiri dari sampah kering dan sampah basah. Dampak pencampuran antara sampah kering dan basah sanngat berbahaya. Sementara itu, DKP masih memberlakukan metode Open Dumping, oleh karena itu teknik pengelolaan sampah yang efektif, ramah lingkungan dan kesehatan perlu digali mengingat peningkatan jumlah sampah berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk. Salah satu alternative pengelolaan sampah yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pemilahan sampah, tetapi pemilahan sampah merupakan perilaku yang baru dalam masyarakat oleh karena itu studi pengetahuan dan sikap masyarakat perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengambarkan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah, setra mencari hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif, populasinya adalah ibu rumah tangga yang bermukim di Desa Pendem Kecamatan Junrejo Kota Batu. Sistem pengambilan sampelnya menggunakan teknik random sampling (96 responden). Penelitian ini bertujuan mengambarkan pengetahuan dan sikap masyarakat Desa Pendem terhadap pengelolaan sampah, dalam hal ini pemilahan sampah kering dan basah. Selain itu juga akan dicari seberapa besaran hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pemilahan sampah.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pada umumnya pengetahuan masyarakat sebagian besar baik (28,13%), tetapi nilai sikap pengelolaan sampah sebagian besar masyarakat memiliki sikap tidak baik (33,33%). Korelasi antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pemilahan sampah memiliki hubungan linier positif, dan hubungan yang terjadi kurang erat atau rendah tetapi masih dianggap signifikan (r = 0,353; p<0,05). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap tetapi hubungannya tidak erat, dalam hal ini berlaku asumsi bahwa orang yang memiliki pengetahuan tinggi terhadap pemilahan sampah belum tentu melakukan pemilahan sampah, begitupula sebaliknya.

Kata kunci : pengetahuan, sikap, pengelolaan sampah.

PENDAHULUAN

Sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktifitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomi (E. Colink, 1996). Jumlah sampah yang terus meningkat di TPA selama ini kiranya dapat kita tinjau dari sistem pengelolaan sampah. Adapun macam pengelolaan sampah ada banyak sekali, diantaranya dengan dibakar, digunakan untuk kompos, makanan ternak, bahan bakar, dihanyutkan kesungai, ataupun dipendam. Bila dicermati, sebenarnya pengelolaan sampah saat ini belum menyelesaikan masalah secara  optimal. Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat hanya bertujuan untuk mengurangi jumlah timbunan sampah tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan kesehatan.

Sedangkan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan selama ini hanya dalam konteks pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat lain yang kemudian akan menimbulkan dampak bagi lingkungan dan kesehatan di sekitar TPA berada yang didukung pula dengan perilaku masyarakat yang masih mencampur antara sampah kering dan sampah basah.

Di Desa Pendem Kecamatan Junrejo Kota Batu, jenis sampah yang dihasilkan sebagian besar adalah sampah rumah tangga yang terdiri dari sisa sayuran, makanan, plastik, botol dan sisa-sisa kemasan. Pengelolaan sampah oleh masyarakat setempat yaitu: dengan dibakar, pemendaman,  dibuang ke sungai dan dibuang ke tempat pembuangan yang dikelola oleh Dinas Kebersihan Kota Batu.

Masyarakat Desa Pendem saat ini masih belum melaksanakan pemisahan antara sampah kering dan sampah basah, hal ini dimungkinkan masyarakat masih belum memiliki pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang efektif, ramah lingkungan dan memberikan nilai tambah pada sampah itu sendiri. Dalam kaitannya dengan pengelolaan sampah rumah tangga, pengetahuan tentang pengelolaan sampah akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap pengelolaan sampah pula.

Pengertian Pengetahuan

Menurut bahasa pengetahuan adalah hasil tahu diri manusia yang bukan sekedar menjawab pertanyaan what melainkan akan menjawab why dan how (Notoadmodjo, 1993). Menurut istilah, Bloom dalam Subiyanto (1988) menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil belajar kognitif yang mencakup hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Sedangkan tingkat pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari hasil belajar terhadap suatu hal baik dari buku, alam sekitar, orang lain atau pengalaman pribadi.

Pengertian Sikap

Menurut para ahli, banyak batasan tentang sikap berdasarkan sudut pandang yang berbeda begitupula dengan definisinya. Louis Thustone pada tahun 1931 ia berkata secara sederhana mengenai sikap yaitu perasaan menyukai atau menolak suatu obyek psikologi.

Pengertian Sampah

Menurut kamus istilah lingkungan hidup, sampah mempunyai definisi sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai, bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa, pemakaian bahan rusak, barang yang cacat dalam pembikinan manufaktur, materi berkelebihan, atau bahan yang ditolak.

Jenis Sampah

Sampah jika ditinjau dari segi jenisnya diantaranya yaitu:

  1. Sampah yang dapat membusuk atau sampah basah (garbage). Garbage adalah sampah yang mudah membusuk karena aktifitas mikroorganisme pembusuk.
  2. Sampah yang tidak membusuk atau sampah kering (refuse). Sampah jenis ini tidak dapat didegradasikan oleh mikroorganisme, dan penanganannya membutuhkan teknik yang khusus. Contoh sampah jenis ini adalah ketas, plastik, dan kaca,
  3. Sampah yang berupa debu atau abu. Sampah jenis ini biasanya hasil dari proses pembakaran. Ukuran sampah ini relatif kecil yaitu kurang dari 10 mikron dan dapat memasuki saluran pernafasan.
  4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan Sampah jenis ini sering disebut sampah B3, dikatakan berbahaya karena berdasarkan jumlahnya atau konsentrasinya atau karena sifat kimiawi atau fisika atau mikrobanya dapat:
    1. Meningkatkan mortalitas dan mobilitas secara bermakna atau menyebabkan penyakit yang tidak reversibel ataupun sakit berat tidak dapat pulih ataupun reversibel atau yang dapat pulih.
    2. Berpotensi menimbulkan bahaya pada saat ini maupun dimasa yang akan datang terhadap kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik. Sampah yang masuk dalam tipe ini tergolong sampah yang beresiko menimbulkan keracunan baik manusia maupun fauna dan flora di lingkungan tersebut, Slamet (1994).

Sedangkan Hadiwiyono, (1983) mengelompokkan sampah berdasarkan dua karakteristik, yaitu:

1)      Kimia

  1. Organik

Sampah yang mengandung senyawa organik atau sampah yang tersusun dari umsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan pospor.

  1. Anorganik

Sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, jika bisapun membutuhkan waktu yang sangat lama.

2)      Fisika

  1. Sampah basah (garbage)

Garbage tersusun dari sisa-sisa bahan-bahan organik yang mudah lapuk dan membusuk.

  1. Sampah kering (rubbish)

Sampah kering dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu jenis logam seperti besi, seng,aluminium dan jenis non logam seperti kertas dan kayu.

  1. Sampah lembut

Sampah lembut memiliki ciri khusus yaitu berupa partikel-partikel kecil yang ringan dan mudah terbawa oleh angin.

  1. Sampah besar (bulkywaste)

Sampah jenis ini memiliki ukuran yang relatif lebih besar, contohnya sampah bekas mesin kendaraan.

  1. Sampah berbahaya (hazardous waste)

Sampah jenis ini terdiri dari :

–          Sampah patogen (biasanya sampah jenis ini berasal dari kegiatan medis)

–          Sampah beracun (contoh sampah sisa pestisida, isektisida, obat-obatan, sterofom)

–          Sampah ledakan, misiu, sisa bom dan lain-lain

–          Sampah radioaktif dan bahan-bahan nuklir.

Sumber Sampah

Berdasarkan sumbernya, Wibowo. Arianto dan Djajawinata. T. Darwin, (2007) membagi sampah menjadi dua kelompok yaitu:

  1. Sampah domestik

Adalah sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia secara langsung, contohnya sampah rumah tangga, pasar, sekolah dan sebagainya.

  1. Sampah non domestik

Adalah sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia secara tidak langsung, contohnya sampah pabrik, industri dan pertanian.

Sifat Sampah

Berdasarkan sifat pokoknya, sampah dibagi menjadi dua yaitu :

  1. Degradabel yaitu sampah yang mudah diuraikan oleh jasad hidup atau mikroorganisme.
  2. Non degradabel adalah sampah secara alami sukar diuraikan.

Pengelolaan Sampah

Tehnik-teknik yang dapat digunakan untuk menajemen pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:

  1. Penumpukan

Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik.

  1. Pengkomposan

Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan cara menimbun sampah tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu hingga membusuk.

  1. Pembakaran

Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis.

  1. Sanitary Landfill

Metode ini hampir sama dengan penumpukan, tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat luas.

  1. Pangan dan Makanan Ternak

Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikembangbiakkan.

  1. Landfill

Jenis pengelolaan sampah ini adalah membuang dan menumpuk sampah di tanah yang rendah pada area yang terbuka.

  1. Pulverisation

Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil.

  1. Open dumping

Open dumping adalah teknik atau metode pengelolaan sampah yang dilakukan di TPA hanya dengan menumpuk sampah dihamparan tanah yang luas dan selanjutnya tidak dilakukan pengelolaan khusus.

  1. Incineration / Incinerator

Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana maupun modern secara masal. Teknologi ini memungkinkan hasil energi pembakaran diubah menjadi energi listrik.

Profil Desa Pendem

Wilayah yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah Desa Pendem Kecamatan Junrejo Kota Batu. Desa Pendem terletak di daerah pemerintahan kota Batu, tepatnya di Kecamatan Junrejo. Untuk mengetahui lebih banyak mengenai lokasi penelitian ini, berikut akan peneliti paparkan mengenai luas dan batasan wilayah Desa Pendem, komposisi penduduk Desa Pendem.

Luas dan Batasan Wilayah Desa Pendem

Sumber: Data Demografi Desa Pendem Kecamatan Junrejo

Komposisi Pendudukan Desa Pendem

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sumber: Data Demografi Desa Pendem Kecamatan Junrejo

METODE PENDEKATAN

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah studi kasus, dimana penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Langkah yang digunakan adalah survey lapangan dengan wawancara langsung. Data yang digunakan adalah perpaduan data primer dan sekunder, namun mayoritas adalah data primer yang kami dapat dari wawancara langsung dan data yang didapatkan kemudian dibuktikan dengan penyebaran angket. Dalam penelitian, model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitalif.

HASIL

Dalam penelitian ini, membahas tentang pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kecenderungan memilah sampah kering dan basah.

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

NO PENDIDIKAN TERAKHIR Σ %
1. SD 20 20,83%
2. SMP 30 31,25%
3. SMA 31 32,29%
4. PT 15 15,63%
JUMLAH 96 100%

Sumber: Data Olahan Penelitian

Perilaku Pemilahan Sampah

PERILAKU KESEHARIAN PEMILAHAN SAMPAH Σ %
Selalu 15 15,63%
Sering 7 7,29%
Kadang-kadang 10 10,42%
Tidak pernah 64 66,67%
Jumlah 96 100%

Sumber: Data Olahan Penelitian

PEMBAHASAN

Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sampah dibutuhkan untuk mengukur sejauh mana pemahaman masyarakat berkaitan pengelolaan sampah, terutama dalam hal melakukan pemilahan sampah. Hasil yang diperoleh ini jika dihubungkan dengan proses atau tingkatan pendidikan dan hasil belajar sangatlah berkaitan. Dimana tingkat pendidikan masyarakat sebagian besar berpendidikan setingkat SMA (32,29%), dan tingkat pengetahuan masyarakat Desa Pendem sebagian besar ada pada level sangat baik (28,13%). Hubungan antara tingkat pengetahuan dan pendidikan sesuai dengan pernyataan Dani, S (1997) yang menyatakan bahwa dasar pembentuk pengetahuan adalah pengalaman, dan jika pengalaman, dan jika pengalaman disusun secara sistematis akan menjadikan ilmu. Pengetahuan pada hakikatnya terdiri dari sejumlah faktor dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Tingkat pendidikan dan pengetahuan tidak dapat dijadikan patokan untuk seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi, sebab pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau orang lain, baik diperoleh secara tradisional atau cara modern.

Sikap adalah perasaan menyukai atau menolak obyek psikologi (Louis Thuston). Dalam hal pengelolaan sampah, pendeskripsian atau pengambaran tentang sikap diperlukan untuk mengetahui sejauh mana potensi yang akan diperoleh jika suatu obyek akan diberlakukan.

Distribusi Sikap Responden terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

PERILAKU KESEHARIAN PEMILAHAN SAMPAH Σ %
Tidak baik 32 33,33%
Kurang baik 17 17,71%
Cukup baik 15 15,63%
Baik 17 17,71%
Sangat Baik 15 15,63%
Jumlah 96 100%

Sumber: Data Olahan Penelitian

Hasil tabulasi data diatas mengambarkan bahwa sebagian besar masyarakat memiliki sikap pengelolaan sampah dalam hal ini adalah pemilahan sampah masih rendah, dimana diperoleh jumlah tertinggi untuk sikap yang tidak baik sebanyak 32 responden (33,33%). Sikap terjadi atas dasar kesadaran yang melandasi aksi atau perbuatan seseorang secara sadar. Begitupula dengan sikap masyarakat terhadap pemilahan sampah sebagai suatu kesadaran yang memiliki tiga dimensi waktu. Tiga dimensi waktu itu adalah masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Dari tiga dimensi waktu yang mempengaruhi pola sikap masyarakat dapat disimpulkan bahwa pola sikap seseorang dibentuk dan disusun oleh sejumlah proses perjalanan yang telal lalu.

Dimensi waktu yang mempengaruhi sikap masyarakat Desa Pendem dalam sikapnya mengelola sampah, dipengaruhi oleh interaksi sosial pula. Disini berlaku asumsi bahwa antara perilaku masyarakat yang satu dengan yang lain akan saling mempengaruhi, artinya sebenarnya ada sebagian masyarakat memiliki pengetahuan tentang pengelolaan sampah dan melakukan pemilahan sampah, tetapi karena lingkungan tempat masyarakat tinggal tersebut tidak mendukung maka perilaku pemilahan sampah tidak lagi dilakukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, media masa, institusi atau lembaga pendidikan atau lembaga agama serta faktor emosi individu tersebut.

Hasil uji statistik antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangga dengan menggunakan uji statistik produk momen menunjukkan adanya hubungan yang rendah antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangga (r = 0,353; p<0,05).

Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Pada grafik di atas terlihat adanya hubungan linier positif antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah, disini hubungan yang terjadi kurang erat atau rendah tetapi dianggap masih signifikan (r = 0,353; p<0,05). Hasil analisis pada grafik 1 sesuai dengan pendapat Azwar (2001) dan Notoatmojo (1983) dalam bukunya masing-masing menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap obyek dalam hal ini pemilahan sampah yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung terhadap obyek tersebut. Sehingga dapat diasumsikan bahwa responden dengan skor pengetahuan yang lebih tinggi belum tentu memiliki sikap yang baik terhadap pengelolaan sampah atau pemilahan sampah yang tinggi pula.

Hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang dalam hal ini adalah pemilahan sampah, secara statistik tidak bermakna atau ada hubungannya tetapi kurang erat. Meskipun demikian hal tersebut tidak dapat dibenarkan seratus persen karena banyaknya keterbatasan peneliti terutama dalam penelitian sikap secara psychobehaviour, sehingga diperlukan lagi penelitian-penelitian lebih lanjut mengenai pengetahuan dan sikap yang berhubungan dengan pengelolaan sampah.

Nilai korelasi antara pengetahuan dan sikap masyarakat dalam mengelola sampah yang kurang erat atau rendah tetapi masih diangap signifikan (r = 0,353; p<0,05). Dari pernyataan tersebut dapatlah kita ketahui bahwa perilaku memilah sampah tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan, dan pengetahuan atau pemahaman. Akan tetapi, terdapat perbedaan pendapat mengenai tingkat kesulitan memilah sampah pada responden yang memilah sampah dan tidak memilah sampah. Bagi responden yang belum memilah sampah, tingkat kesulitan adalah sebuah persepsi yang cenderung negatif. Persepsi seseorang dapat diubah dengan pengadaan penyuluhan ataupun pemberian pengetahun terhadap suatu obyek permasalahan.

KESIMPULAN

Dari hasil pengumpulan, pengamatan dan tabulasi data diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

  1. Pada umumnya pengetahuan masyarakat Desa Pendem terhadap pengelolaan sampah rumah tangga bervariasi.
  2. Sikap masyarakat Desa Pendem terhadap pengelolaan sampah rumah tangga sebagian besar memiliki sikap yang tidak baik sebanyak 33,33%, selebihnya memiliki sikap kurang baik sebanyak 17,71%, cukup baik sebanyak 15,63%, baik 17,71% dan sangat baik sebanyak 15,63%.
  3. Ada hubungan linier positif antara pengetahuan dan sikap masyarakat Desa Pendem terhadap pengelolaan sampah, dan hubungan yang terjadi kurang erat atau rendah tetapi masih dianggap signifikan. Jadi dapat diartikan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi terhadap pengelolaan sampah rumah tangga belum tentu memiliki sikap yang baik terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, begitupula sebaliknya.

Peningkatan sikap masyarakat terhadap pemilahan sampah kering dan basah dapat dilakukan dengan cara:

  1. Pemerintah Desa Pendem seyogyanya lebih memperhatikan potensi pemanfaatan sampah rumah tangga, dan menyediakan sarana dan prasarana bagi pemilahan sampah tingkat desa sebagai sumbangsih meminimalisasi penumpukan sampah di TPA dan TPS serta mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah.
  2. Penyuluhan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Batu sangat dibutuhkan oleh masyarakat, mengingat masalah sampah adalah masalah bersama dan sumber sampah adalah masyarakat.
  3. Masyarakat lebih proaktif dalam mempelajari dan melakukan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, serta tidak membebankan pengelolaan sampah sepenuhnya pada DKP Kota Batu.
  4. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kecenderungan pemilahan sampah yang berhubungan dengan faktor-faktor luar dari sikap masyarakat itu sendiri untuk mengubah perilaku masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Suharsimin. 2001. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Bina Cipta. Yogyakarta.

E. Coling. 1986. Istilah Lingkungan Untuk Manajemen.

Hadiwiyono. 1983. Penerangan dan Pemanfaatan Sampah. Idayu. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 1983. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.

Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Subiyanto. 1988. Evaluasi Pendidikan dan Pengetahuan Alam. DEKDIKBUD

Wibowo Ananta dan Djajawinata. T.D. Penanganan Sampah Perkotaan Terpadu. www.google.com

BIODATA KETUA DAN ANGGOTA KELOMPOK

Ketua Kelompok

a. Nama Lengkap              : Slamet Riyanto

b. Tempat Tanggal Lahir   : Lamongan, 24 Oktober 1987

c. Agama                           : Islam

d. Alamat                          : Jalan Pondok RT. 01 RW. 05 Paciran Lamongan

e. No HP                           : 085746000292

f. Riwat Pendidikan Formal

NO JENJANG NAMA INSTITUSI TAHUN
1. SD/MI MIM Pondok Modern Muhammadiyah 1994-2000
2. SMP/MTs MTs Muhammadiyah 01 2000-2003
3. SMAN SMAN 01 Paciran 2003-2006
4. S1 Universitas Muhammadiyah Malang 2006-sekarang

Anggota Kelompok

  1. a. Nama Lengkap              : Mardianto Dawim

b. Tempat Tanggal Lahir   : Rawa Bening, 07 Juni 1988

c. Agama                           : Islam

d. Alamat                          : Jalan Wahidin Desa Perintis Rimbo Bujang,                       TEBO, Jambi.

e. No HP                           : 085267795700

f. Riwat Pendidikan Formal

NO JENJANG NAMA INSTITUSI TAHUN
1. SD/MI SDN 246 Rimbo Bujang 1994-2000
2. SMP/MTs SMPN 01 Rimbo Bujang 2000-2003
3. SMAN SMAN 02 TEBO 2003-2006
4. S1 Universitas Muhammadiyah Malang 2006-sekarang
  1. a. Nama Lengkap  : Aulia Rahmawati

b. NIM                        : 05360144

c. Agama                     : Islam

d. Alamat Rumah        : Jln. Tirto Utomo Gg. VII No. 1

e. Nomor hand phone : 085259369333

f. Riwat Pendidikan Formal

NO JENJANG NAMA INSTITUSI TAHUN
1. SD/MI SDN Mriyunan Gresik 1992-1998
2. SMP/MTs ITTC Gontor for Girls 1998-2001
3. SMAN ITTC Gontor for Girls 2001-2004
4. S1 Universitas Muhammadiyah Malang 2005-sekarang

BIODATA DOSEN PEMBIMBING

  1. Nama Lengkap                  : Dra. Thathit Manon Andini, M. Hum.
  2. 5. Pangkat                             : Lektor
  3. 7. Fakultas/ Prodi                  : FKIP/ Pendidikan Bahasa Inggris
  4. 8. Pendidikan Formal            :                                                           Tahun Lulus
2.      Jenis Kelamin                    :  Perempuan
3.      Alamat                              : Jl.Tlogo Indah IA No. 9 Malang 65144
4.      Gol/Pangkat                      : III-C/ Penata Muda Tk. I
6.      NIP-UMM                                    : 104.9109.0244
  • SD                   : SDN Kuwik I                                   1976
  • SMP                : SMPN I Pare                                    1980
  • SMA                : SMAN II Kediri                               1983
  • S1                    : Universitas Negeri Jember (UNEJ)   1990
  • S2                    : Universitas Sebelas Maret (UNS)     2005
  1. 9. Pengalaman Menjabat
No Jabatan Tahun
1.

2

3

Sekretaris Jurusan Bahasa Inggris -FKIP-UMM

Ketua Jurusan Bahasa Inggris – FKIP – UMM

Pembantu Dekan III – FKIP – UMM

1995 – 1998

1998 – 2001

2005 – Sekarang

10. Penelitian

No Judul Penelitian Tahun
1.

2.

3.

4.

Langkah – Langkah dalam Penerjemahan yang Dilakukan Oleh Para Penerjemah di Malang.

A Study on Linguistic Difficulties in Translating Text Into Indonesian Faced by Students of English Department, Faculty of Teacher Training and Education, University of Muhammadiyah Malang.

Grammatical Problems Encountered by Students in Translating English into Indonesian.

Grammatical Problems Encountered by Students in Translating English Text into Indonesian and Indonesian Text into English.

2005

2005

2006

2007

01/25/2010 Posted by | Contoh PKM | 6 Komentar

PENINGKATAN POTENSIAL KINERJA ORGANISASI KEPEMUDAAN BERORIENTASI ORGANISASI PELAYANAN KEMANUSIAAN PENYELENGGARA USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL DALAM PENDAMPINGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN STABILITAS KETAHANAN PANGAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi merupakan faktor penting dalam usaha pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya guna meningkatkan daya saing bangsa. Namun, usaha ini terhambat sejalan dengan meluasnya krisis pangan yang berakibat pada munculnya kasus kurang gizi dan gizi buruk di berbagai daerah.

Masalah kurang gizi dan gizi buruk yang terjadi pada saat waktu dan daerah tertentu akan menimbulkan masalah pembangunan bangsa di masa yang akan datang, karena terjadinya generation loss (Budiyanto, 2002).

Pada tahun 2004, kasus gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta, kemudian pada tahun 2005 turun menjadi 4,42 juta, tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta ( 944.246 diantaranya kasus gizi buruk ) dan tahun 2007 turun lagi menjadi 4,1 juta ( 755.397 diantaranya kasus gizi buruk ). Menurut data Dinas Kesehatan di Surabaya selama tahun 2007, dari total 11.401 bayi yang diperiksa, terdapat 10.071 bayi yang mengalami kekurangan energi protein (Anonymous, 2008).

Masalah krisis pangan yang berakibat pada munculya kasus kurang gizi dan gizi buruk ini dipicu oleh keterbatasan kemampuan daya beli masyarakat terhadap bahan pangan seiring dengan melonjaknya harga  berbagai macam kebutuhan pokok. Faktor kemiskinan memang sering menimbulkan kasus gizi buruk sebab tekanan ekonomi membuat kuantitas dan kualitas ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga menjadi rendah (Una, 2008).

Untuk mengatasi masalah kurang gizi dan gizi buruk, perlu dilakukan penjagaan terhadap stabilitas ketahanan pangan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan dinyatakan bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata, dan terjangkau.

Hal yang dilakukan pemerintah dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan diantaranya dengan melakukan SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi), mengaktifkan kembali peran Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) dalam mengontrol berat badan balita, karena orang yang aktif  adalah ibu balita, bukan petugas Posyandu setempat. Selain itu, pemerintah juga melakukan operasi pasar, program Raskin serta impor dari luar negeri.

Namun, upaya yang dilakukan pemerintah masih kurang optimal. Hal ini dapat diketahui dengan adanya kasus-kasus kurang gizi dan gizi buruk di sebagian daerah. Dapat diketahui pula bahwa di sekitar penderita kasus kurang gizi dan gizi buruk terdapat masyarakat yang kecukupan gizi (Budiyanto, 2002).

Untuk mengatasi masalah kurang gizi dan gizi buruk juga diperlukan peran serta masyarakat sekitar yang merupakan wujud dari keshalehan sosial dalam kehidupan bermasyarakat untuk menjaga kestabilan ketahanan pangan. Hal ini sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (HR Muslim).

Peran serta masyarakat tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai cara. Salah satunya dengan meningkatkan kinerja organisasi kepemudaan sebagai lembaga non formal di masyarakat yang selama ini kurang termanfaatkan. Padahal tanpa disadari, organisasi kepemudaan yang terdapat di masyarakat adalah lembaga yang bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar dan memiliki peran yang sangat strategis bagi tercapainya harapan-harapan di masyarakat.

Oleh kerena itu, berdasarkan permasalan di atas, maka kami membuat Proposal Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) dengan judul ‘’ Peningkatan Potensial Kinerja Organisasi Kepemudaan Berorientasi Organisasi Pelayanan Kemanusiaan Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial Dalam Pendampingan dan Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Upaya Peningkatan Stabilitas Ketahanan Pangan ‘’.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :

  • Untuk mengetahui strategi yang dapat diterapkan dalam organisasi kepemudaan dalam menjaga dan menciptakan stabilitas ketahanan pangan.
  • Untuk mengetahui peran serta masyarakat dalam menjaga dan menciptakan stabilitas ketahanan pangan terutama dalam pemberdayaan oganisasi kepemudaan di masyarakat.

1.3. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi individu, masyarakat dan pemerintah dalam upaya menjaga stabilitas ketahanan pangan bangsa, serta meningkatkan kepekaan sosial di masyarakat dalam menanggapi kasus-kasus rawan pangan terutama pada peran serta organisasi kepemudaan di masyarakat.

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1. Konsep Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan salah satu isu strategis dalam konteks pembangunan negara sebagai negara berkembang, karena memiliki fungsi ganda yaitu: (a) salah satu sasaran utama pembangunan, dan (b) salah satu instrumen utama pembangunan ekonomi (Simatupang, 1999).

Konsep ketahanan pangan mengacu pada pengertian adanya kemampuan mengakses pangan secara cukup untuk mempertahankan kehidupan yang aktif dan sehat. Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensi meliputi mata rantai sistem pangan dan gizi, mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, dan status gizi. Secara ringkas ketahanan pangan sebenarnya hanya menyangkut tiga hal penting, yaitu ketersediaan, akses, dan konsumsi pangan (Khomsan, 2008).

Definisi Formal ketahanan pangan :

  1. World Food Conference 1974, UN 1975: Ketahanan Pangan adalah “ketersediaan pangan dunia yang cukup dalam segala waktu … untuk menjaga keberlanjutan konsumsi pangan … dan menyeimbangkan fluktuasi produksi dan harga”.
  2. FAO 1992: Ketahanan Pangan adalah “situasi di mana semua orang dalam segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman (safe) dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif.
  3. World Bank 1996: Ketahanan Pangan adalah: “akses oleh semua orang pada segala waktu atas pangan yang cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif.
  4. Indonesia – UU No.7/1996: Ketahanan Pangan adalah :”Kondisi di mana terjadinya kecukupan penyediaan pangan bagi rumah tangga yang diukur dari ketercukupan pangan dalam hal jumlah dan kualitas dan juga adanya jaminan atas keamanan (safety), distribusi yang merata dan kemampuan membeli” (Lassa, 2005).

2.2. Keadaan Masyarakat Indonesia

Kondisi ketiadaan akses terhadap komoditas pangan yang menyebabkan rawan pangan. Naik turunnya jumlah masyarakat yang tergolong rawan pangan biasanya mengikuti naik turunnya jumlah orang miskin di Indonesia. Masih banyaknya penduduk miskin yang rentan terhadap rawan pangan (diolah dari data BPS) yaitu tahun 2006 jumlah penduduk miskin mencapai 39,3 juta (17,75 %) dan penduduk yang sangat rawan pangan sekitar 10,04 juta (4,52 %), sedangkan di tahun 2007 jumlah penduduk miskin 37,17 juta (16,58 %) dan penduduk yang sangat rawan pangan sekitar 5,71 juta (2,55 %) (Anonymous, 2008).

Kondisi pangan lokal maupun nasional sedang terkena dampak perubahan iklim dan pemanasan global (global warming). Setelah terjadinya perubahan iklim dan global warming, kemandirian pangan pun menjadi isu global. Bahkan, petani di berbagai belahan dunia kini sedang menuntut adanya kemandirian pangan. Berbeda dengan konsep ketahanan pangan (food security), kini konsep kemandirian pangan (food sovereignty) lebih relevan untuk dikedepankan. Soalnya, paradigma kemandirian pangan bisa mengatasi berbagai kelemahan kebijakan ketahanan pangan yang selama ini lebih bersandar pada pemenuhan pangan secara modern melalui penerapan agrobisnis, perdagangan bebas dan privatisasi sumber-sumber produktif (Martaja, 2008).

Beberapa contoh kasus yang terjadi di Indonesia antara lain :

  1. Menurut Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Departemen Pertanian Tjuk Eko Haribasuki, Sebanyak 2,5 dari total penduduk Indonesia dalam kondisi rawan pangan. Artinya, ada sekitar 5 juta rakyat negara agraris ini yang makan kurang dari dua kali sehari (Anonymous, 2008).
  2. Daeng Basse (35 tahun), warga Makassar, meninggal dunia bersama bayi yang dikandungnya dan satu orang anaknya yang lain, Bahir (7 tahun) Jumat (29/2/2008) setelah tiga hari kelaparan (Sudarmawan, 2008).
  3. Sebanyak 17.835 balita di Kabupaten Ciamis diketahui masih kekurangan gizi. Rinciannya, ditemukan sebanyak 435 balita berstatus gizi buruk dan 17.400 balita lainnya gizi kurang. Sementara itu, balita berstatus gizi lebih mencapai 7.000 orang (Anonymous, 2008).

Program beras untuk rakyat miskin (raskin) ataupun minyak goreng murah dinilai tidak efektif dan tidak merata untuk menjangkau rakyat miskin. Lebih tepat kiranya kalau pemerintah berupaya meningkatkan daya beli masyarakat sehingga dapat menjangkau harga-harga sembilan bahan pokok (sembako) yang kian melambung.

Penilaian tersebut tentu bukan berdasarkan survei atau riset dengan tingkat kesalahan sekian persen,tetapi sekadar pernyataan rakyat kecil yang mulai bingung dengan naiknya harga pangan dan komoditas lain. Pemerintah sudah menyadari bahwa kehidupan rakyat kini semakin sulit. Namun, sepertinya belum tampak adanya langkah konkret untuk menghentikan laju kenaikan harga-harga. Ada yang mengibaratkan keadaan saat ini mirip dengan situasi tahun 1960-an.

2.3. Konsep Organisasi Kepemudaan Di Masyarakat dan Bertetangga

Organisasi kepemudaan adalah lembaga non formal yang tumbuh dan eksis dalam masyarakat antara lain ikatan remaja masjid, kelompok pemuda (karang taruna) dan sebagainya (Warastuti, 2006).

Bertetangga adalah bagian kehidupan manusia yang hampir tidak bisa ditolak. Sebab manusia memang tidak semata-mata makhluk individu, tapi juga merupakan makhluk sosial. Faktanya, seseorang memang tidak bisa hidup sendirian. Mereka satu sama lain harus selalu bermitra dalam mencapai kebaikan bersama (Perdana, 2007).

Menurut Imam Syafi’i, yang dimaksud dengan tetangga adalah 40 rumah di samping kiri, kanan, depan, dan belakang. Mau tidak mau, setiap hari kita berjumpa dengan mereka. Baik hanya sekadar melempar senyum, lambaian tangan, salam, atau malah ngobrol diantara pagar rumah. Islam sangat memperhatikan masalah adab-adab bertetangga.

BAB III

METODE PENULISAN

3.1  Sumber Data

Data dan fakta yang berhubungan untuk pembahasan tema ini berasal dan tahapan-tahapan pengumpulan data dengan pembacaan secara kritis terhadap ragam literatur (Library research) yang berhubungan dengan tema pembahasan.

Data yang ditampilkan dalam karya tulis ini dapat berupa angka atau pesan. Untuk angka, data yang dipakai adalah data dengan kriteria telah dipublikasikan kepada masyarakat,  melalui literatur yang digunakan berupa buku, surat kabar, buletin, maupun internet. Dengan demikian penulis mengelompakkan atau menyeleksi data dan informasi tersebut  berdasarkan kategori atau relevansi dan kemudian selanjutnya ke tahapan analisis dan pengambilan kesimpulan.

3.2 Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif. Analisa deskriptif kualitatif adalah analisa yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Untuk menganalisa data yang berupa pesan maka digunakan cara analisis isi (content analysis). Analisis ini  menghubungkan penemuan berupa kriteria atau teori. Analisis yang dilakukan pada analisis isi karya tulis ini menggunakan interactive model. Model ini terdiri dari empat komponen yang saling berkaitan, yaitu (1) pengumpulan data, (2) penyederhanaan atau reduksi data, (3) penyajian data dan (4) penarikan data pengujian atau verifikasi kesimpulan.

3.3 Reduksi Data

Reduksi data dalam karya tulis ini dilakukan dalam bentuk pemilihan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan literatur atau intisari literatur. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama penulisan karya tulis ini dibuat hingga sampai karya tulis ini berakhir lengkap tersusun. Reduksi data dilakukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengkoordinasi data dengan cara sedemikian sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan dapat diverifikasi.

3.4 Penyajian Data

Sekumpulan informasi disusun sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian data penulis dapat memahami apa yang seharusnya terjadi dan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Swasembada Pangan Tidak Sama Dengan Ketahanan Pangan

Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Pada masa pemerintahan Orde Baru sempat mengganti orientasi kebijakan pangan dari swasembada beras ke swasembada pangan secara umum pada Repelita III dan Repelita IV. Hasilnya sempat dirasakan pada tahun 1984 di mana Indonesia mencapai level swasembada pangan.

Selama empat tahun kepemimpinan Megawati (2000-2004), kebijakan-kebijakan swasembada pangan terus dilakukan. Statement Megawati yang terkenal adalah “Tidak ada pilihan lain kecuali Swasembada”. Fakta menunjukan bahwa produksi pangan Indonesia tahun 2004 mampu memberikan hasil yang menggembirakan (lihat Food Outlook FAO April 2004), tapi disayangkan bahwa Indonesia tidak mampu mencapai ketahanan pangan yang memadai. Peristiwa kelaparan dan malnutrisi di berbagai tempat di Indonesia adalah bukti bahwa Indonesia tidak mampu mencapai ketahanan pangan yang memadai tersebut.

Sebagai perbandingan kita ambil contoh negara tetangga kita Malaysia. Malaysia mendefinisikan ulang ketahahanan pangannya sebagai swasembada 60% pangan nasional. Sisanya, 40% didapatkan dari import pangan. Malaysia kini memiliki tingkat ketahanan pangan yang kokoh. Ini memberikan ilustrasi yang jelas bahwa ketahanan pangan dan swasembada adalah dua hal yang berbeda.

Selama ini pemerintah telah berupaya dalam menciptakan ketahanan pangan dengan berbagai program. Beberapa yang kita kenal selama ini seperti, operasi pasar (OP), beras untuk rakyat miskin (RASKIN), Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan program lainnya. Hingga saat ini tidak banyak perubahan yang tampak dari hasil pelaksanaan program-program tersebut.

4.2  Ketahanan Pangan adalah Tanggung Jawab Bersama

Mengingat persoalan ketahanan pangan di Indonesia memiliki implikasi yang sangat luas maka perlu segera mendapatkan perhatian yang lebih serius. Terciptanya sistem ketahanan yang ideal memerlukan keterlibatan berbagai institusi untuk menjamin keamanan pangan, mulai dari hulu hingga ke hilir (from farm to fork), mulai dari proses pemanenan, distribusi, pengolahan, hingga di meja konsumen. Terciptanya kondisi ketahanan pangan yang ideal adalah tanggung jawab bersama.

Yang menjadi keprihatinan, sampai saat ini kita masih belum memiliki program ketahanan pangan nasional yang tertata dengan baik. Masih banyak yang harus dilakukan untuk menjawab berbagai persoalan seperti: keterbatasan kemampuan daya beli masyarakat terhadap bahan pangan seiring dengan melonjaknya harga  berbagai macam kebutuhan pokok, minimnya pemahaman masalah gizi dan akses pangan.

Sebagaimana yang telah diperintahkan Allah “Bertolong-tolonganlah kamu dalam berbuat kebaikan dan takwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS Al-Maidah [5]: 2)

Bertetangga adalah bagian kehidupan manusia yang hampir tidak bisa ditolak. Sebab manusia memang tidak semata-mata makhluk individu, tapi juga merupakan makhluk sosial. Faktanya, seseorang memang tidak bisa hidup sendirian. Mereka satu sama lain harus selalu bermitra dalam mencapai kebaikan bersama. Masyarakat dapat menjadi agen awal dalam mencegah munculnya kasus-kasus yang berkaitan dengan pangan. Untuk itu diperlukan adanya sikap harmonis dalam bertetangga sehingga muncul kesadaran dan perhatian sesama anggota masyarakat.

Dengan diikutsertakannya masyarakat diharapkan ketahanan pangan dapat terwujud serta kasus-kasus kekurangan gizi di daerah dapat ditekan.

4.3 Peningkatan Potensial Kinerja Organisasi Kepemudaan Dalam Upaya Mewujudkan Stabilitas Ketahanan Pangan

Melalui bimbingan dan pendampingan dari organisasi kepemudaan diharapkan sumberdaya manusia potensial dari kalangan fakir miskin dapat diwujudkan menjadi SDM yang aktual dan potensi ekonomi desa/ kelurahan dapat menjadi sumber pendapatan asli daerah. Program Pendampingan oleh organisasi kepemudaan dimaksudkan untuk menjembatani pemerataan tenaga sosial (volunteer) yang bertugas mendampingi pemberdayaan fakir miskin diseluruh desa/ kelurahan di Indonesia, dalam rangka ikut memecahkan masalah kemiskinan di tanah air. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai adalah mendampingi dan memberdayakan kelompok-kelompok usaha masyarakat fakir miskin dalam peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengentasan kemiskinan, sekaligus dalam kerangka menggerakkan potensi desa dalam mengatasi masalah-masalah krisis ekonomi, khususnya pangan.

Tugas utama organisasi kepemudaan dalam pendampingan pemberdayaan fakir miskin adalah membantu digerakkannya roda-roda ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat fakir miskin, dengan basis utama memanfaatkan sumberdaya alam dan sosial yang tersedia dilingkungan mereka masing-masing.

Organisasi kepemudaan adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggungjawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda di desa/ kelurahan atau komunitas adat sederajat yang bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial. Sebagai social institution yang menjadi sumberdaya sosial paling potensial di masyarakatnya, organisasi kepemudaan diorientasikan untuk menjadi organisasi pelayanan kemanusiaan penyelenggara usaha kesejahteraan sosial yang memiliki pendekatan dan standar pada pendekatan pekerjaan sosial yang memadai, karena organisasi kepemudaan adalah juga volunteer.

Organisasi kepemudaan tidak melupakan tanggung jawabnya bahwa kelak mereka harus produktif secara ekonomi untuk mendukung kehidupannya. Kegiatan ekonomi produktif yang dilaksanakan oleh organisasi kepemudaan umumnya bertujuan untuk membuka peluang kerja bagi anggotanya sehingga kegiatan tersebut menjadi cikal bakal terbukanya kesempatan bekerja yang lebih luas.

Organisasi kepemudaan yang tumbuh dan eksis dalam masyarakat antara lain ikatan remaja masjid, kelompok pemuda (karang taruna) dan sebagainya adalah wadah yang selama ini belum tersentuh secara maksimal dalam pemerdayaan anggota dan kinerjanya yang tanpa disadari memiliki peran cukup penting dalam kemajuan suatu daerah.

Sumberdaya yang sangat potensial dalam akselerasi pembangunan dengan tingkat kesejahteraan yang meningkat adalah kelembagaan sosial yang berdaya, memiliki pengetahuan dan pemahaman, berpikir kritis, dan memiliki solusi bagi setiap permasalahan masyarakatnya. Bagaimanapun dan berapapun banyaknya kekayaan alam dan jumlah penduduk yang tersedia, jika kualitas manusia dan kelembagaan sosialnya kurang, maka menjadi sesuatu yang tidak bermanfaat. Sedangkan modal dan teknologi akan tergantung pada cara manusia membuat keterkaitan dan keserasiannya dengan faktor tenaga manusia itu sendiri.

Dengan pendampingan yang diberikan organisasi kepemudaan, diharapkan dapat memotivasi penduduk miskin di desa/ kelurahan untuk mau meningkatkan produksi dan pendapatannya menjadi lebih baik. Organisasi kepemudaan dituntut untuk melayani dan memotivasi masyarakat miskin di desa/ kelurahan untuk menjadi warga belajar agar dapat berkembang guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupan mereka. Organisasi kepemudaan sebagai perintis dan penggerak pembangunan di desa/ kelurahan dapat membentuk dirinya sebagai pendamping.

Salahsatu bentuk usaha ekonomi produktif yang sering dijalankan adalah program KUBE (Kelompok Usaha Bersama). Program ini dijalankan secara berkelompok dengan beranggotakan 10 sampai 20 orang per kelompok. Beberapa jenis kegiatan yang dapat dilakukan organisasi kepemudaan diantaranya:

  1. Produksi : Kerajinan, Konveksi, Olahan Pangan, Alat Perabotan.
  2. Perdagangan : Hasil Bumi, produk olahan, barang-barang konsumen.
  3. Jasa : Perbengkelan, salon, pembayaran kolektif, sablon.
  4. Simpan Pinjam : Kelompok usaha, koperasi, arisan, iuran remaja.
  5. Peternakan : Peternakan unggas, ikan, hewan peliharaan.
  6. Pertanian : Tanaman pangan, palawija, tanaman hias, pembibitan.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

  1. Swasembada pangan tidak sama dengan ketahanan pangan. Konsep ketahanan pangan mengacu pada pengertian adanya kemampuan mengakses pangan secara cukup untuk mempertahankan kehidupan yang aktif dan sehat. Sedangkan swasembada pangan adalah kemampuan dari suatu negara dalam menjaga ketersediaan pangan untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri.
  2. Mengingat persoalan ketahanan pangan di Indonesia memiliki implikasi yang sangat luas maka perlu segera mendapatkan perhatian yang lebih serius maka terciptanya kondisi ketahanan pangan yang ideal adalah tanggung jawab bersama.
  3. Program Pendampingan oleh organisasi kepemudaan dimaksudkan untuk menjembatani pemerataan tenaga sosial (volunteer) yang bertugas mendampingi pemberdayaan fakir miskin diseluruh desa/ kelurahan di Indonesia, dalam rangka ikut memecahkan masalah kemiskinan di tanah air.
  4. Dengan diikutsertakannya masyarakat terutama organisasi kepemudaan dalam peningkatan mutu kehidupan masyarakat, diharapkan ketahanan pangan dapat terwujud serta kasus-kasus kekurangan gizi di daerah dapat ditekan.

5.2. Saran

Sesuai fungsinya sebagai penyelenggara usaha kesejahteraan sosial, organisasi kepemudaan yang eksis di desa/ kelurahan berperan penting dalam pemberdayaan dan pengembangan masyarakatnya. Peran pentingnya terutama ditujukan dalam mengadvokasi kelompok masyarakat yang kurang beruntung seperti fakir miskin.

Karena itu pendampingan yang dilakukan organisasi kepemudaan bagi pemberdayaan fakir miskin menjadi lebih penting, karena organisasi kepemudaan adalah komponen masyarakat yang lebih mengetahui kondisi obyektif lingkungan masyarakatnya. Selain itu, organisasi kepemudaan adalah banteng awal dalam menghadapi kasus-kasus rawan pangan di masyarakat.

Pemberdayaan organisasi kepemudaan harus terus ditingkatkan dengan dukungan semua pihak, seperti pemerintah melalui kementrian usaha kecil dan menengah, kementrian pemuda dan olahraga, kementrian pemberdayaan perempuan, kementrian ekonomi, bahkan pengusaha yang juga memiliki peranan dalam peningkatan mutu msyarakat disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, MAK. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang. UMM Press.

Simatupang, P.  1999. Kebijaksanaan Produksi dan Penyediaan Pangan      dalam Rangka Pemantapan Sistem Ketahanan Pangan pada Masa            Pemulihan Perekonomian Nasional.  Bahan diskusi “Round Table”            Kebijakan Pangan dan Gizi di Masa Mendatang.  Kantor Menpangan dan Holtikultura, 23 Juni 1999,  Jakarta.

Ali Khomsan. 2008. Mimpi Gizi Murah. http://opinibebas.epajak.org/search/kesejahteraan+masyarakat/page/13/ (22 Maret 2008).

Anonymous. 2008. Penguatan Strategi Ketahanan Pangan Nasional. http://cidesonline.org/content/view/213/65/lang,id/ (22 Maret 2008).

Anonymous. 2008. Ketahanan Pangan dan Kemajuan Bangsa. http://www.prakarsarakyat.org/artikel/fokus/artikel_cetak. php?aid=22721 (22 Maret 2008).

Anonymous. 2008. Konsep Ketahanan Pangan Rumah Tangga. http://www.damandiri.or.id/file /wahidipbtinjauan.pdf. (22 Maret 2008).

Anonymous. 2008. Menjaga Keharmonisan Bertetangga. http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid (22 Maret 2008).

Ikhwan, Mohammed. 2008. Pangan Tergantung Kebijakan?. http://indoprogress.blogspot.com/2008/02/pangan-            tergantung-kebijakan.html (22 Maret 2008).

Khomsan, Ali. 2008. Impor Beras, Ketahanan Pangan, dan Kemiskinan Petani. http://www.unisosdem.org/ article_detail.php?aid (22 Maret 2008).

Lassa, Jonatan. Politik Ketahanan Pangan Indonesia 1950-2005. http://www.zef.de/ (22 Maret 2008).

Martaja. 2008. Urgensi Membangun Kemandirian Pangan. http://www.suarakarya-online.com/news.htm (22 Maret 2008).

Martinah. 2005. Meluasnya Fenomena Gizi Buruk. http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp? (22 Maret 2008).

Nasir, Muhammad. 2008. Islam dan Solidaritas Sosial http://sayyidulayyaam.blogspot.com/2006/11/islam-dan-solidaritas sosial.html (22 Maret 2008).

Perdana, Arif. 2007. Keshalehan Individual dan Keshalehan Sosial. http://arifperdana.wordpress.com/2007/11/24/keshalehan-individual-dan keshalehan-sosial/ (22 Maret 2008).

Sudarmawan. 2008. 243 Warga Magetan Terserang Gizi Buruk. http://www.kompas.com/read.php? (22 Maret 2008).

Una. 2008. Inflasi Tinggi Masih Mengancam. http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id (22 Maret 2008).

Warastuti. 2006. Peran Lembaga Sosial dalam Pengentasan Kemiskinan. http://groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/28206 (22 Maret 2008).

DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA DAN ANGGOTA KELOMPOK

Ketua Kelompok

a. Nama Lengkap              : Mardianto Dawim

b. Tempat Tanggal Lahir   : Rawa Bening, 07 Juni 1988

c. Agama                           : Islam

d. Alamat                          : Jalan Wahidin Desa Perintis Rimbo Bujang,                       TEBO, Jambi.

e. No HP                           : 085267795700

f. Riwat Pendidikan Formal

NO JENJANG NAMA INSTITUSI TAHUN
1. SD/MI SDN 246 Rimbo Bujang 1994-2000
2. SMP/MTs SMPN 01 Rimbo Bujang 2000-2003
3. SMAN SMAN 02 TEBO 2003-2006
4. S1 Universitas Muhammadiyah Malang 2006-sekarang

g. Pengalaman Organisasi

NO ORGANISASI TAHUN
1. Reporter Majalah “DIDAKTIK” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM. 2006-sekarang
2. Ketua Bidang Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah “IMM” Raushan Fikr UMM. 2008-sekarang
3. Staff Komisi B Advokasi Senat Mahasiswa Universitas (SEM_U) UMM. 2008-sekarang
4. Asisten Laboratorium Kimia UMM. 2008-sekarang

h. Karya-Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat

NO Judul Karya-Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat TAHUN
1. Peningkatan Keshalehan Sosial Dalam Mewujudkan Stabilitas Ketahanan Pangan (LKTM).

2007

2. Teknik Persidangan (Diklat IMM Raushan Fikr FKIP UMM) 2007
3. Mewujudkan Semangat dan Progresifitas Demokratisasi Mahasiswa Dengan Wawasan Legislasi Transformatif Serta Aktualisasi Advokasi (Diklat Legislatif Senat Mahasiswa Univrsitas Muhammadiyah Malang).

2008

4. Korelasi Antara Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Pemilahan Sampah Kering dan Basah Di Desa Pendem Kecamatan Junrejo Kota Batu (PKMAI).

2008

Anggota Kelompok

1. a. Nama Lengkap                : Slamet Riyanto

b. Tempat Tanggal Lahir   : Lamongan, 24 Oktober 1987

c. Agama                           : Islam

d. Alamat                          : Jalan Pondok RT. 01 RW. 05 Paciran Lamongan

e. No HP                           : 085746000292

f. Riwat Pendidikan Formal

NO JENJANG NAMA INSTITUSI TAHUN
1. SD/MI MIM Pondok Modern Muhammadiyah 1994-2000
2. SMP/MTs MTs Muhammadiyah 01 2000-2003
3. SMAN SMAN 01 Paciran 2003-2006
4. S1 Universitas Muhammadiyah Malang 2006-sekarang

g. Pengalaman Organisasi

NO ORGANISASI TAHUN
1. Ikatan Remaja Muhammadiyah 2002-2003
2. Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris (Coordinator Reasoning Department) 2007-sekarang

h. Karya-Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat

NO Judul Karya-Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat TAHUN
1. Korelasi Antara Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Pemilahan Sampah Kering dan Basah Di Desa Pendem Kecamatan Junrejo Kota Batu (PKMAI).

2008

BIODATA DOSEN PEMBIMBING

  1. Nama Lengkap                  : Dr. Nurul Mahmudati, Dra, M. Kes.
  2. 4. Fakultas/ Prodi                  : FKIP/ Pendidikan Biologi
  3. 5. Bidang Kealian                 : Fisiologi Manusia
  4. 6. Pendidikan Formal            :                                                           Tahun Lulus
2.      NIP                                   : 131.930.149
3.      Gol/Pangkat/Jabatan         : III-C/ Penata/ Lektor
  • SD                   : MIM Wonogiri                                  1976
  • SMP                : SMPN I Giritontro Wonogiri            1980
  • SMA                : SMAN I Wonogiri                            1983
  • S1                    : IKIP Yogyakarta                              1990
  • S2                    : UNAIR Surabaya                             1999
  • S3                    : UNAIR Surabaya                             2008
  1. 7. Penelitian
No Judul Penelitian Tahun
1.

2.

Studi Tentang Daya Laruk Kalsium dalam Kristal Kalsium Oksalat pada Nephrolid Kapsul

Perspektif Guru Bidang Studi Biologi Madrasah Aliyah di Jawa Timur

2001

2002

01/25/2010 Posted by | Contoh PKM | 3 Komentar

SISTEM SIRKULASI MANUSIA

Tubuh manusia tersusun atas berbagai sel yang membentuk jaringan. Sel-sel ini memerlukan nutrisi (zat makanan) dan gas untuk proses metabolism sehingga terus hidup di dalam tubuh. Untuk memenuhi nutrisi dan gas serta pelbagai zat penting, sel akan memperoleh dari suatu zat yang dinamakan darah. Sementara, sistem yang mengedarkan nutrisi, gas, dan zat ini disebut sistem peredaran darah

1. Darah

Di dalam tubuh yang dinamakan darah adalah cairan berwarna merah yang terdapat di dalam pembuluh darah. Warna merah tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah karena pengaruh zat kandungannya, terutama kadar O2 dan CO2. Bila kadar O2 tinggi maka warna darahnya menjadi merah muda, tetapi bila kadar CO2 nya tinggi maka warna darahnya menjadi merah tua.

Pada manusia atau mamalia, volume darahnya adalah 8% berat badannya. Jika seseorang dewasa yang berat badannya 60 kg, berat darahnya lebih kurang 0,08 × 60 kg liter darah. Jadi volume seluruh darah yang beratnya 50 kg adalah 4,8 liter.

  1. a. Komposisi Darah
    1. 1. Plasma Darah

Plasma darah merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.

Plasma darah manusia tersusun atas 90% air dan 10% zat-zat terlarut. Zat-zat terlarut tersebut, yaitu:

1) Protein plasma, terdiri atas albumin, globulin, dan fibrinogen. Albumin berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan darah. Globulin berfungsi untuk melawan bibit penyakit (sehingga sering disebut immunoglobulin). Ketiga protein tersebut dihasilkan oleh hati dengan konsentrasi 8%.

2) Garam (mineral) plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2 Konsentrasi garam kurang dari 1%. Garam ini diserap dari usus dan berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik dan pH darah. Adapun gas diserap dari jaringan paru-paru. O2 berfungsi untuk pernapasan sel dan CO2 merupakan sisa metabolisme.

3) Zat-zat makanan terdiri atas lemak, glukosa, dan asam amino sebagai makanan sel. Zat makanan ini diserap dari usus.

4) Sampah nitrogen hasil metabolisme terdiri atas urea dan asam urat. Sampah-sampah ini diekskresikan oleh ginjal.

5) Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi untuk membantu metabolisme. Zat-zat ini dihasilkan oleh berbagai macam sel.

2. Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Jumlah eritrosit bervariasi tergantung pada jenis kelamin dan usia. Eritrosit berbentuk cakram bikonkaf, berdiameter kira-kira 8 􀁺m, dan tidak mempunyai nukleus. Warna merah disebabkan oleh hemoglobin (Hb) yang

berwarna merah tua. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen. Setiap hemoglobin terdiri atas protein yang disebut globin dan pigmen non protein yang disebut heme. Setiap heme berikatan dengan rantai polipeptida yang mengandung besi (Fe2+). Kadar 1 Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit anemia.

Sel darah merah orang dewasa dibentuk oleh sel-sel yang terletak pada sumsum tulang, terutama tulang rusuk, tulang dada (sternum), dan tulang-tulang belakang (vertebra). Proses nya disebut eritropoeisis. Pembentukan eritrosit tersebut diatur oleh hormon glikoprotein yang dinamakan eritropoetin. Saat awal dibentuk, sel darah merah bernukleus dan hemoglobin tidak terlalu banyak. Saat dewasa, jumlah hemoglobin dalam sel naik sampai 280 juta molekul atau sekitar 90% bobot bersih sel. Hingga akhir proses sintesis hemoglobin, nukleus akan keluar dari sel.

Fungsi utama hemoglobin adalah mengangkut oksigen dari paru-paru membentuk oksihemoglobin yang beredar ke seluruh jaringan-jaringan tubuh. Jika kadar oksigen dalam jaringan tubuh lebih rendah daripada dalam paru-paru maka oksihemoglobin dibebaskan dan oksigen digunakan dalam proses metabolisme sel. Hemoglobin juga penting dalam pengangkutan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Selain itu, hemoglobin berperan dalam

menjaga keseimbangan asam basa (penyangga asam basa).

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah:

a) Jenis Kelamin

Pada laki-laki normal jumlah (konsentrasi) eritrosit mencapai 5,1 – 5,8 juta per mililiter kubik darah. Pada wanita normal 4,3 – 5,2 juta per mililiter kubik darah.

b) Usia

Orang dewasa memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibanding anakanak.

c) Tempat Ketinggian

Orang yang hidup di dataran tinggi cenderung memiliki jumlah ertrosit lebih banyak.

d) Kondisi Tubuh Seseorang

Sakit dan luka yang mengeluarkan banyak darah dapat mengurangi jumlah ertrosit dalam darah.

3. Sel Darah Putih (Leukosit)

Di dalam darah, sel darah putih memiliki jumlah lebih sedikit dibandingkan jumlah sel darah merah. Rasio keduanya kira-kira 1:700. Sel darah putih berjumlah sekitar 4.000 sampai 11.000 butir untuk setiap mikroliter darah manusia.

Sel darah putih mempunyai nukleus dengan bentuk yang bervariasi. Ukurannya berkisar antara 10 nm–25 nm. Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi

penyakit serta pembentukan antibody di dalam tubuh.

Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam plasma, leukosit di kelompokkan menjadi:

a) Granulosit (leukosit bergranula)

(1) Neutrofil, plasmanya bersifat netral, inti selnya seringkali berjumlah banyak dengan bentuk bermacam-macam, bersifat fagositosis terhadap eritrosit, kuman dan jaringan mati.

(2) Eosinofil, plasmanya bersifat asam sehingga akan berwarna merah tua bila ditetesi eosin, bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.

(3) Basofil, plasmanya bersifat basa sehingga akan berwarna biru jika ditetesi larutan basa, jumlahnya bertambah banyak jika terjadi infeksi, bersifat fagosit, mengandung heparin, yaitu zat kimia anti penggumpalan.

b) Agranulosit (leukosit tidak bergranula)

(1) Limfosit, tidak dapat bergerak, berinti satu, ukuran ada yang besar dan ada yang kecil, berfungsi untuk membentuk antibodi.

(2) Monosit, dapat bergerak seperti Amoeba, mempunyai inti yang bulat atau bulat panjang, diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit.

4. Keping Darah (Trombosit)

Trombosit bentuknya tidak beraturan, berukuran kecil ± 3 μ dan tidak memiliki inti. Jumlahnya ± 200.000 – 450.000/mm3 darah. Trombosit dibuat dalam sumsum merah dari megakariosit. Megakariosit merupakan trombosit yang sangat besar dalam sumsum tulang. Trombosit berfungsi dalam proses pembekuan darah jika terjadi luka. Sifatnya rapuh, jika terkena benturan pada bidang yang besar atau berhubungan dengan udara akan pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase atau tromboplastin.

Jika suatu jaringan tubuh terluka maka trombosit pada permukaan yang luka akan pecah dan mengeluarkan enzim trombokinase (tromboplastin). Enzim ini akan mengubah protrombin menjadi trobin dengan bantuan ion kalsium dan vitamin K. Protrombin merupakan protein yang tidak stabil yang dibentuk di hati dan dengan mudah dapat pecah menjadi senyawasenyawa yang lebih kecil, salah satunya adalah trombin. Selanjutnya, trombin

Proses Pembekuan Darah

Sebaliknya pada pengambilan darah, agar pembekuan darah dapat dicegah dilakukan hal-hal berikut.

1) Memberikan garam natrium sitrat atau natrium oksalat, dengan tujuan mengikat ion Ca++ hingga pembentukan trombin terhambat.

2) Mencegah terjadinya luka yang besar, misalnya menggunakan jarum yang tajam.

3) Darah yang sudah diambil disimpan di tempat yang dingin, pada suhu 0ºC, hingga enzim pembekuan tidak aktif.

4) Memberikan bahan antikoagulasi, seperti hirudin, heparin yang menghalangi reaksi fibrinogen dengan trombin.

b. Golongan Darah

Darah manusia dapat dikelompokkan (digolongkan) berdasarkan atas ada tidaknya antigen yang terdapat pada permukaan luar membran sel darah merah (eritrosit). Antigen yang dimaksud dinamakan aglutinogen. Antigen sel darah merah merupakan suatu bagian berupa glikoprotein atau glikolipid yang bersifat genetis. Antigen yang telah dikenali pada sel darah merah yaitu antigen A dan antigen B.

Di dalam plasma darah terdapat antibodi yang disebut aglutinin. Aglutinin merupakan antibodi yang bereaksi dengan antigen dan terdapat pada permukaan sel darah merah. Sesuai jenis aglutinogen, ada dua jenis aglutinin yaitu aglutinin (anti-A) dan aglutinin (anti-B). Jika kedua aglutinin ini bereaksi dengan antigen, sel darah merah akan menggumpal satu sama lain atau mengalami lisis. Proses yang demikian dinamakan aglutinasi (penggumpalan darah).

Ahli ilmu tentang kekebalan tubuh (imunologi) berkebangsaan Austria, Karl Landsteiner (1868-1943), mengelompokkan golongan darah manusia menjadi golongan darah A, B, AB dan O atau 0 (nol). Penggolongan darah semacam ini dinamakan sistem ABO atau AB0, Selain sistem ini, darah dapat juga digolongkan dalam sistem Rhesus (Rh).

1, Sistem ABO

Pada tahun 1901, Dr. Karl Landsteiner dan Donath menemukan penyebab plasma darah seseorang mampu menggumpalkan eritrosit orang lain. Landsteiner menemukan senyawa dalam eritrosit dan memberi nama aglutinogen A dan B. Eritrosit seseorang ada yang mengandung aglutinogen A, ada yang mengandung aglutinogen B, atau mengandung keduanya, bahkan ada yang tidak memiliki kedua aglutinogen tersebut.

Kekeliruan pada tranfusi darah menimbulkan akibat fatal karena di dalam plasma darah resipien yaitu orang yang menerima transfusi darah, terbentuk aglutinin. Aglutinin adalah zat antibodi yang akan menggumpalkan antimorgen donor (pemberi), dan pada akhirnya gumpalan itu akan menyumbat pembuluh darah yang berakibat fatal. Atas dasar ini, Landsteiner membagi darah manusia menjadi empat golongan, yaitu:

1) Golongan A memiliki aglutinogen A dan aglutinin β.

2) Golongan B memiliki aglutinogen B dan aglutinin α.

3) Golongan AB memiliki aglutinogen AB dan aglutinogen tidak memiliki aglutinin.

4) Golongan O tidak memiliki aglutinogen, tetapi memiliki agutinin α dan β.

2. Sistem Rhesus

Selain sistem ABO, dalam penentuan golongan darah manusia dapat pula menggunakan sistem Rhesus (Rh). Reshus atau Rh merupakan antigen lain yang terdapat pada sel darah merah. Istilah Rh berasal dari “rhesus”, karena antigen ini pertama kali ditemukan tahun 1940 oleh Landsteiner dan A.S. Wenner di dalam darah kera Mocacus rhesus. Sel darah yang memiliki antigen Rh disebut Rh+ (Rhesus positif ), sedangkan yang tidak memiliki antigen Rh disebut Rh- (Rhesus negatif ).

Apabila orang yang memiliki darah Rh negatif ditransfusi dengan darah Rh positif (Rh+), orang bergolongan darah Rh negatif (Rh-) tersebut dengan segera akan membentuk antibodi anti-Rh, sehingga terjadi aglutinasi darah.

Masalah akan timbul jika seorang ibu berdarah Rh negative mengandung bayi dengan darah Rh positif. Meskipun sistem peredaran darah ibu dan anak terpisah, namun acapkali ada sedikit sel-sel darah yang masuk pada sistem peredaran darah ibu melalui plasenta. Kejadian ini biasanya terjadi pada saat terakhir kehamilan.

Untuk merespons sel darah yang asing tersebut, darah ibu akan membentuk antibodi. Antibodi tersebut masuk ke dalam system peredaran darah bayi melalui plasenta. Darah bayi merupakan protein asing (antigen) bagi antibodi, sehingga antibodi akan bereaksi terhadap darah bayi, akibatnya terjadi aglutinasi. Adanya aglutinasi dalam sel darah akan menyebabkan anemia, dan nama penyakit tersebut dinamakan eritroblastosis foetalis. Apabila penyakit ini tidak bisa ditangani, bayi bisa mengalami kematian.

C. Alat Peredaran Darah

Fungsi darah dalam metabolisme tubuh kita antara lain sebagai alat transportasi/ pengangkut/pengedar sari makanan, oksigen, karbon dioksida, sampah dan air, termoregulasi (pengatur suhu tubuh), imunologi (mengan dung antibodi tubuh), serta homeostasis (mengatur keseimbangan zat, pH regulator). Darah didukung berbagai alat yang disebut alat peredaran darah untuk melakukan tugas-tugasnya.

  1. 1. Jantung

Jantung merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sangat penting. Sebab, jantung berfungsi sebagai alat pemompa darah sehingga dapat tersalurkan ke seluruh tubuh. Jantung terletak di dalam rongga dada, di antara kedua paru-paru dan agak di sebelah kiri. Ukurannya sebesar kepalan tangan pemiliknya dengan berat sekitar 300 gram.

Jantung terletak di rongga dada sebelah kiri dan terdiri atas tiga lapisan, yaitu perikardium (lapisan luar), miokardium (lapisan tengah/otot jantung), dan endokardium (lapisan dalam). Jantung berfungsi sebagai alat pemompa darah Jantung manusia terdiri atas 4 ruang, 2 serambi (atrium) yaitu serambi kiri dan kanan dan 2 bilik (ventrikel) yaitu bilik kiri dan bilik kanan. Sekat yang memisahkan jantung menjadi bagian kiri dan kanan disebut Septum Cordi dan sekat yang memisahkan atrium dan ventrikel disebut Septum atrio ventriculorum. Sekat antara serambi kiri dan serambi kanan pada fetus masih terdapat lubang yang disebut foramen ovale dan akan tertutup dengan sendirinya kurang lebih 10 hari setelah kelahiran.

Cara kerja jantung adalah sebagi berikut:

1)   Darah dari paru-paru yang banyak mengandung oksigen masuk ke dalamserambi kiri. Dari serambi kiri darah diteruskan ke bilik kiri. Selanjutnya darah di bilik kiri dipompa keluar dari jantung menuju ke seluruh tubuh, membawa oksigen.

2) Setelah oksigen digunakan untuk proses pembakaran di dalam sel-sel tubuh, darah kembali ke jantung dengan membawa karbon dioksida dan air.

3) Darah dari seluruh tubuh masuk ke serambi kanan. Dari serambi kanan darah masuk ke bilik kanan. Selanjutnya dari bilik kanan, darah dipompa keluar dari jantung menuju ke paru-paru untuk melepas karbon dioksida dan mengambil oksigen.

2. Pembuluh Darah

Pembuluh darah adalah suatu saluran yang berfungsi untuk mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh dan dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Berdasarkan fungsinya, pembuluh darah terdiri atas: pembuluh nadi (arteri), pembuluh balik (vena), dan pembuluh kapiler.

Berdasarkan fungsinya, pembuluh darah dibedakan menjadi 3 macam yakni pembuluh nadi (arteri), pembuluh darah balik (vena), dan pembuluh darah kapiler.

  1. Pembuluh Nadi (Arteri)

Pembuluh nadi (arteri) adalah pembuluh yang membawa darah keluar dari jantung ke jaringan. Dinding pembuluh nadi tebal, kuat dan elastis. Lapisan paling dalam dari arteri adalah endotelium yang dikelilingi oleh otot polos. Letaknya agak dalam, tersembunyi dari permukaan tubuh. Denyutnya terasa, misalnya di pergelangan tangan atau di leher, dan mempunyai satu katup dekat jantung. Katup berfungsi menjaga agar darah tidak mengalir kembali ke jantung.

Darah yang keluar dari jantung melalui dua pembuluh nadi. Pembuluh nadi pertama, keluar dari bilik kiri ( ventrikel kiri). Pembuluh nadi ini membawa darah yang kaya oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Pembuluh darah ini disebut nadi besar ( aorta). Pembuluh nadi kedua, keluar dari bilik kanan (ventrikel kanan). Pembuluh nadi ini membawa darah dari seluruh tubuh yang kaya karbon dioksida menuju ke paru-paru. Pembuluh darah ini disebut pembuluh nadi paru-paru.

  1. Pembuluh Balik (Vena)

Pembuluh balik disebut juga vena, yaitu pembuluh yang mengangkutdarah dari seluruh tubuh ke jantung. Masuknya darah ke ruangan serambi kanan dari jantung. Pembuluh ini dibedakan menjadi tiga.

  1. Vena Cava

Pembuluh ini mengangkut darah dari bagian atas (kepala) yang disebut vena cava superior dan dari bagian bawah, misalnya kaki, ginjal, hati, dan lain-lain yang disebut vena cava inferior.

  1. Vena

Contoh pembuluh vena, yaitu vena pulmonalis. Pembuluh ini mengangku darah yang kaya O2 dari paru-paru menuju ke serambi kiri.

  1. Venula

Pembuluh venula merupakan pembuluh balik yang langsung berhubungan dengan kapiler.

D. Proses Peredaran Darah

Peredaran darah pada manusia disebut peredaran darah ganda atau peredaran darah rangkap, karena setiap satu kali beredar ke seluruh tubuh darah melewati jantung sebanyak dua kali. Peredaran darah rangkap atau peredaran darah ganda terdiri atas peredaran darah besar dan peredaran darah kecil.

  1. Peredaran Darah Besar

Peredaran darah besar adalah peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh, kecuali paru-paru. Peredaran darah besar dimulai dari bilik kiri jantung menuju ke tubuh bagian atas dan bagian bawah dengan membawa oksigen ke seluruh sel-sel tubuh. Selanjutnya, darah masuk kembali ke jantung melalui serambi kanan dengan membawa karbon dioksida. Pada sistem peredaran darah besar, ada suatu sistem peredaran darah yang disebut sistem porta hepatica. Dalam sistem porta ini, sebelum darah kembali ke jantung darah terlebih dahulu masuk ke dalam hati untuk dibersihkan dari racun-racun yang diserap oleh usus halus. Selanjutnya, darah kembali ke jantung melalui pembuluh balik (vena).

  1. Peredaran Darah Kecil

Peredaran darah kecil adalah peredaran darah dari jantung ke paru-paru dan kembali ke jantung. Peredaran darah kecil dimulai dari bilik kanan jantung, mengangkut karbon dioksida menuju ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Itulah sebabnya darah yang berasal dari paru-paru kanan dan kiri kaya akan oksigen. Selanjutnya darah kembali ke jantung melalui serambi kiri.

01/14/2010 Posted by | ANFISMAN | 4 Komentar