BIOLOGI ONLINE

blog pendidikan biologi

VARIASI GENETIK SEBAGAI DASAR EVOLUSI, MUTASI GEN, FREKUENSI GEN DALAM POPULASI, DAN HUKUM HARDY-WEINBERG

VARIASI GENETIK SEBAGAI DASAR EVOLUSI, MUTASI GEN, FREKUENSI GEN DALAM POPULASI, DAN HUKUM HARDY-WEINBERG

Disusun Oleh:

Miftakhul Jannah      (07330042)

Kurnia Dewi P.S         (07330047)

Qurrotu Aini               (07330072)

Huzaifah Hamid         (07330075)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

MALANG

2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, karunia, hidayah, inayah dan maghfirah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan sebuah analisis dari tim penulis tentang mata kuliah Evolusi Organik terutama dalam hal variasi genetik sebagai dasar evolusi, mutasi gen, frekuensi gen dalam populasi, dan hukum hardy-weinberg Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada:

  1. Drs Lud Waluyo, M.Kes selaku dosen Pembina Mata Kuliah Evolusi Organik
  2. Semua  pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini

 

Makalah  ini hanyalah sebuah sumbangsih pemikiran anak bangsa yang saat ini mengemban misi agent  of change sebagai mahasiswa. Tulisan inipun kami kira masih terlalu jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan.

 

Malang, 13 November  2009

 

TIM PENULIS

BAB I

PENDAHULUAN

– Latar Belakang

Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman dengan keyakinan dogmatis yang berusaha keras mengingkari penciptaan. Mayoritas filsuf penganut pagan di zaman Yunani kuno mempertahankan gagasan evolusi. Jika kita mengamati sejarah filsafat, kita akan melihat bahwa gagasan evolusi telah menopang banyak filsafat pagan.

Akan tetapi bukan filsafat pagan kuno ini yang telah berperan penting dalam kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan modern, melainkan keimanan kepada Tuhan. Pada umumnya mereka yang memelopori ilmu pengetahuan modern mempercayai keberadaan-Nya. Seraya mempelajari ilmu pengetahuan, mereka berusaha menyingkap rahasia jagat raya yang telah diciptakan Tuhan dan mengungkap hukum-hukum dan detail-detail dalam ciptaan-Nya. Ahli Astronomi seperti Leonardo da Vinci, Copernicus, Keppler dan Galileo; bapak paleontologi, Cuvier; perintis botani dan zoologi, Linnaeus; dan Isaac Newton, yang dijuluki sebagai “ilmuwan terbesar yang pernah ada”, semua mempelajari ilmu pengetahuan dengan tidak

hanya meyakini keberadaan Tuhan, tetapi juga bahwa keseluruhan alam semesta adalah hasil ciptaan-Nya. Albert Einstein, yang dianggap sebagai orang paling jenius di zaman kita, adalah seorang ilmuwan yang mempercayai Tuhan dan menyatakan, “Saya tidak bisa membayangkan ada ilmuwan sejati tanpa keimanan mendalam seperti itu. Ibaratnya: ilmu pengetahuan tanpa agama akan pincang.”

Salah seorang pendiri fisika modern, dokter asal Jerman, Max Planck mengatakan bahwa setiap orang, yang mempelajari ilmu pengetahuan dengan sungguh-sungguh, akan membaca pada gerbang istana ilmu pengetahuan sebuah kata: “Berimanlah”. Keimanan adalah atribut penting seorang ilmuwan.

Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafatfilsafat materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Seperti telah disebutkan sebelumnya, paham materialisme berusaha menjelaskan alam semata melalui faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tak hidup, muncul tidak melalui penciptaan tetapi dari sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. Akan tetapi, akal manusia sedemikian terstruktur sehingga mampu memahami keberadaan sebuah kehendak yang mengatur di mana pun ia menemukan keteraturan. Filsafat materialistis, yang bertentangan dengan karakteristik paling mendasar akal manusia ini, memunculkan “teori evolusi” di pertengahan abad ke-19.

 

–  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

v     Apakah Variasi Genetik Merupakan Dasar dari Evolusi ?

v     Apakah hubungan mutasi gen, frekuensi gen dalam populasi, dan hukum Hardy Weinberg dalam evolusi?

–  Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui apakah variase genetik merupakan dasar dari evolusi dan hubungan  antara mutasi gen, frekuensi gen dalam populasi, dan hukum Hardy-Weinberg dalam evolusi

–  Manfaat Penulisan

Penulisan ini memberikan beberapa manfaat terutama dalam aspek akademis dimana masyarakat dapat mengetahui apakah variase genetik merupakan dasar dari evolusi dan hubungan  antara mutasi gen, frekuensi gen dalam populasi, dan hukum Hardy-Weinberg dalam evolusi

 

BAB II

PEMBAHASAN

A. Variasi Genetik dan Evolusi

  1. 1. Timbulnya Variabilitas dan Sebab-sebab Variabilitas

Variasi, istilah yang digunakan dalam ilmu genetika, merujuk pada peristiwa genetis yang menyebabkan individu atau kelompok spesies tertentu memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, pada dasarnya semua orang di bumi membawa informasi genetis sama. Namun ada yang bermata sipit, berambut merah, berhidung mancung, atau ber-tubuh pendek, tergantung pada potensi variasi informasi genetisnya. Evolusionis menyebut variasi dalam suatu spesies sebagai bukti kebenaran teorinya. Namun, variasi bukanlah bukti evolusi, karena variasi hanya hasil aneka kombinasi informasi genetis yang sudah ada, dan tidak menambahkan karakteristik baru pada informasi genetis.

Variasi selalu terjadi dalam batasan informasi genetis yang ada. Dalam ilmu genetika, batas-batas ini disebut “kelompok gen” (gene pool). Variasi menyebabkan semua karakteristik yang ada di dalam kelompok gen suatu spesies bisa muncul dengan beragam cara. Misalnya pada suatu spesies reptil, variasi menyebabkan kemunculan varietas yang relatif berekor panjang atau berkaki pendek, karena baik informasi tentang kaki pendek maupun panjang terdapat dalam kantung gen.

Untuk melihat bagaimana keanekaragaman kita harus mulai dari suatu struktur yang paling kecil, tetapi sangat penting. Struktur tersebut adalah AND. ADN terdiri dari 4 macam asam nukleat, yakni adenine (A), sitosin, (C), guanine (G), dan timidin (T). Bila asam amino terakhir diganti Urasil (U), maka asam nukleatnya dinamakan ARN (asam ribonuleat). Keempat asam nukleat akan membentuk 20 macam asam amino esensial. Kini diketahui bahwa kombinasi 3 dari keempat macam asam nukleat akan membentuk satu asam amino. Kombinasi ini dikenal dengan kode genetic. Apabila ada 2 macam asam nukleat yang membentuk satu asam amino, maka hanya akan diperoleh 16 macam kombinasi untuk 16 asam amino, sehingga tidak akan ditemukan 4 macam asam amino esensial yang lain.

Secara umum, setiap asam amino dikode oleh sekitar 3 macam kombinasi. Ada asam amino dikode oleh satu kombinasi, sedangkan asam amino yang lain dikode oleh 6 macam kombinasi. Dengan demikian maka suatu asam amino dapat dihasilkan lebih banyak, bukan saja karena kode tersebut terdapat berulang-ulang, tetapi karena ada lebih bayak kemungkinan. Yang menjadi masalah sekarang adalah dari mana terjadinya keanekaragaman. Adanya satu kode genetic atau lebih belum dapat menerangkan terjadinya keanekaragaman.

Sejak masa lampau, orang sudah mempertanyakan mengapa suatu umur organisme sejenis tidak sama. Hal ini jelas terlihat apabila kita memelihara tumbuhan atau hewan, atau kita melihat pada alam sekitar kita dan diri kita sendiri sebagai manusia. Keluarga pada zaman dahulu umumnya mempunyai anak lebih dari dua, demikian juga dengan hewan. Pada katak, dapat kita lihat bahwa jumlah telur yang dihasilkan berjumlah berates-ratus butir. Bila semuanya hidup dan mampu berkembang biak, mungkin kini seluruh permukaan bumi dipenuhi oleh katak atau organism lainnya. Namun hal ini tidak terjadi, hanya individu yang sehat dan kuat, atau hampir sempurna dalam semua aspek kehidupanlah yang dapat bertahan. Jadi alam sudah menyeleksi, mana yang baik dan mana yang tidak baik atau kurang baik.

Ikan di Aquarium yang selalu diberi makanan cukup, semua kondisi hidup dicukupkan. Bila semua individu kita seleksi sehingga dapat dikategorikan sebagai sama dan hampir sempurna sekalipun, ternyata jumlahnya hanya bertambah pada satu periode saja. Padahal, semua pasangan yang hidup dalam akuarium tersebut sehat dan berpotensi untuk berkembang biak. Ada satu hal yang menyebabkan ikan-ikan tersebut tidak berkembang biak, yakni yang tidak cukup. Ikan-ikan sepertinya tahu, bahwa bila mereka terus berkembang biak, yakni yang tidak cukup. Ikan-ikan sepertinya tahu, bahwa bila mereka terus berkembang biak, maka tidak dapat bergerak bebas. Hal ini yang kita sebut sebagai daya dukung dari akuarium tersebut. Jadi, selain struktur biologis yang hampir sempurna, makanan, daya dukung tempat ikan menentukan sukses tidaknya suatu jenis di muka bumi ini.

Setiap organism di dunia mempunyai kisaran toleransi. Misalnya bayi mempunyai kisaran toleransi suhu tubuh 350 – 420 C. pada manusia dewasa, biasanya batas kisaran tersebut adalah 36-410C, di luar batas kisaran tersebut manusia tidak dapat bertahan dan akan mati. Kisaran suatu spesies tidak saja terbatas pada toleransi, namun dapat pula menyangkut aspek-aspek saja. Semua atau hampir semua aspek-aspek tersebut dikode oleh satu gen. contoh variabilitas antara lain:

  • Wajah manusia tidak ada yang tepat sama

Sebenarnya hal ini berlaku pada makhluk hidup yang lain; hewan, tumbuhan, cendawan, Protista dan Monera. Namun mata kita tidak dibiasakan untuk dapat membedakan.

–         Adanya variasi warna tubuh yang terdapat pada ikan, kucing, kuda, kerbau, dan organisme yang lain.

–         Adanya golongan darah yang bermacam-macam.

–         Adanya bermacam-macam mutan.

–         Adanya ekotip.

Jadi variasi itu memang ada. Adanya variasi hanya dapat diterangkan secara adaptasi dan secara genetic. Variasi adaptasi dapat kita lihat pada olahragawan yang otot-ototnya lebih terlatih sehingga berukuran lebih besar dari kebanyakan orang. Namun variasi adaptasi tidak dapat diturunkan secara langsung kepada keturunanya. Variasi genetislah merupakan satu-satnya kemungkinan yang dapat menerangkan proses evolusi. Secara genetis, variasi dapat timbul akibat mutasi.

Fenotipe suatu individu organisme dihasilkan dari genotipe dan pengaruh lingkungan organisme tersebut. Variasi fenotipe yang substansial pada sebuah populasi diakibatkan oleh perbedaan genotipenya. Sintesis evolusioner modern mendefinisikan evolusi sebagai perubahan dari waktu ke waktu pada variasi genetika ini. Frekuensi alel tertentu akan berfluktuasi, menjadi lebih umum atau kurang umum relatif terhadap bentuk lain gen itu. Gaya dorong evolusioner bekerja dengan mendorong perubahan pada frekuensi alel ini ke satu arah atau lainnya. Variasi menghilang ketika sebuah alel mencapai titik fiksasi, yakni ketika ia menghilang dari suatu populasi ataupun ia telah menggantikan keseluruhan alel leluhur.

Variasi berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (aliran gen), dan perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar ganti gen antara spesies yang berbeda; contohnya melalui transfer gen horizontal pada bakteria dan hibridisasi pada tanaman. Walaupun terdapat variasi yang terjadi secara terus menerus melalui proses-proses ini, kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh individu spesies tersebut. Namun, bahkan perubahan kecil pada genotipe dapat mengakibatkan perubahan yang dramatis pada fenotipenya. Misalnya simpanse dan manusia hanya berbeda pada 5% genomnya.

 

Variasi pada individu disebabkan oleh :

(1) Variasi genetik yaitu variasi yang disebabkan oleh perubahan genetic (terutama mutasi) dan diwariskan pada keturunannya lewat inti sel dalam gamet.

(2) Variasi lingkungan yaitu variasi yang disebabkan oleh perubahan lingkungan, sedangkan bahan genetiknya tetap (contoh intensitas cahaya matahari, suhu, kandungan garam tanah, dll) dan tidak diwariskan.

Variasi genetik dalam populasi alamiah sempat membingungkan Darwin. Hal ini terjadi karena reproduksi sel belum dikenal. Akan tetapi, pada tahun 1908 kebingungan itu terjawab oleh G.H. Hardy seorang matematikawan Inggris dan G.Weinberg seorang fisikawan Jerman. Hardy dan Wienberg menyatakan bahwa dalam populasi besar di mana perkawinan terjadi secara random dan tidak adanya kekuatan yang mengubah perbandingan alela dalam lokus, perbandingan genotip alami selalu konstan dari generasi ke generasi. Pernyataan tersebut dikenal dengan hukum Perbandingan Hardy-Weinberg.

Kenyataan di alam tidak pernah ditemukan individu yang sama persis, meskipun dalam satu keturunan. Adanya perbedaan tersebut menimbulkan variasi. Individu yang mengalami variasi disebut varian. Darwin berpendapat variasi-variasi tersebut dipengaruhi oleh faktor dari luar, missal makanan, suhu, dan tanah. Jika individu yang telah mengalami perubahan berada pada tempat yang berbeda dari asalnya, dalam perkembangannya akan mengalami perubahan yang sifatnya menetap dan akan makin berbeda dengan nenek moyang dari tempat asal-usulnya. Darwin juga berpendapat pada peristiwa domestikasi spesies yang dimuliakan, manusia berasal dari spesies liar yang kemudian mengalami perubahan yang akhirnya terjadi variasi. Terjadinya variasi digunakan sebagai petunjuk adanya evolusi yang mengarah pada terbentuknya spesies-spesies baru.

Variasi, juga berarti, berarti sebuah peristiwa genetik yang menyebabkan individu atau kelompok dari satu jenis atau spesies memiliki ciri yang berbeda satu sama lain. Misalnya, semua manusia di bumi pada dasarnya membawa informasi genetik yang sama, namun sebagian bermata sipit, sebagian berambut merah, sebagian berhidung mancung, dan sebagian lain bertubuh pendek, semua tergantung dari seberapa besar potensi keragaman dari informasi genetik ini.

Variasi bukan merupakan bukti bagi evolusi karena variasi tidak lain hanyalah perwujudan dari berbagai kombinasi dari informasi genetik yang telah ada, dan variasi tidak menambahkan ciri baru apapun pada informasi genetik tersebut. Kemudian, pertanyaan penting bagi teori evolusi adalah bagaimana informasi yang benar-benar baru dapat muncul untuk menghasilkan spesies yang baru pula.

Variasi selalu terjadi dalam batas informasi genetik [yang ada]. Dalam ilmu genetika, batasan ini disebut “koleksi gen.” Semua sifat yang ada dalam koleksi gen suatu spesies mungkin akan muncul dalam berbagai bentuk karena variasi. Sebagai contoh, sebagai akibat dari variasi, jenis dengan ekor yang lebih panjang atau kaki lebih pendek mungkin akan muncul pada suatu spesies reptilia, karena informasi bagi kedua bentuk kaki-panjang dan kaki-pendek ada dalam kumpulan gen spesies tersebut. Akan tetapi, variasi tidak merubah reptilia menjadi burung dengan menambahkan sayap atau bulu pada mereka, atau dengan merubah metabolisme mereka. Perubahan seperti itu memerlukan penambahan pada informasi genetik makhluk hdup, yang tentunya tidak mungkin terjadi melalui variasi.

Darwin tidak menyadari kenyataan ini ketika ia merumuskan teorinya. Dia berpikir bahwa tidak ada batasan dalam variasi. Dalam sebuah makalah yang ditulisnya pada tahun 1844, ia menyatakan: “Adanya batasan dalam variasi di alam adalah anggapan dari sebagian besar penulis, namun saya tidak bisa menemukan satu kenyataan pun yang mendasari keyakinan ini.” Dalam The Origin of Species ia menyebutkan berbagai contoh variasi sebagai bukti paling penting bagi teorinya.

Misalnya, menurut Darwin, para peternak yang mengawinkan berbagai ras sapi untuk menghasilkan ras baru yang menghasilkan susu lebih banyak, pada akhirnya akan mengubah mereka menjadi spesies yang berbeda. Gagasan Darwin tentang “variasi tak terbatas” sangat jelas terlihat pada kalimat dari The Origin of Species berikut ini:

Saya tidak melihat adanya masalah pada [gagasan tentang] suatu ras beruang yang berubah, oleh seleksi alam, menjadi lebih [cocok hidup di] laut dalam bentuk dan perilaku mereka, dengan mulut yang semakin melebar, sampai dihasilkan suatu makhluk sebesar paus.

Alasan mengapa Darwin mengambil contoh yang tidak masuk akal ini adalah karena pemahaman ilmu pengetahuan yang masih kuno pada masanya. Setelah itu, pada abad ke-20, ilmu pengetahuan telah mengajukan prinsip “kestabilan genetik” (homeostasis genetik), berdasarkan hasil percobaan terhadap makhluk hidup. Prinsip ini menyatakan bahwa, karena semua usaha pengawinan untuk mengubah suatu spesies menjadi spesies lain tidak berhasil, terdapat batas tegas antar berbagai spesies makhluk hidup. Ini berarti mustahil bagi peternak untuk mengubah sapi menjadi spesies lain dengan mengawinkan ras-ras yang berbeda di antara mereka, sebagaimana dirumuskan Darwin.

Norman Macbeth, yang menyanggah Darwinisme dalam bukunya Darwin Retried, menyatakan:

Inti permasalahannya adalah apakah makhluk hidup sungguh [mampu] berubah hingga tingkat tak terbatas… Spesies terlihat tetap. Kita semua telah mendengar kekecewaan pemulia yang telah bekerja keras hanya untuk mendapatkan hewan atau tumbuhannya kembali ke bentuk seperti di awal kerja mereka. Meskipun ada usaha keras selama dua atau tiga abad, tetap belum mungkin menghasilkan mawar berwarna biru atau tulip berwarna hitam.

Luther Burbank, salah seorang pemulia paling ahli, menggambarkan kenyataan ini ketika ia berkata, “terdapat batasan untuk kemungkinan pengembangan, dan batasan ini mengikuti hukum tertentu.” Dalam artikelnya berjudul “Some Biological Problems with the Natural Selection Theory (Beberapa Masalah Biologis atas Teori Seleksi Alam),” Jerry Bergman berkomentar dengan mengutip ahli biologi Edward Deevey yang menjelaskan bahwa variasi selalu terjadi dalam batas genetik yang tegas:

Deevey menyimpulkan, “Hal-hal luar biasa telah dihasilkan melalui “kawin silang”… tetapi gandum tetaplah gandum, dan bukan anggur, misalnya. Kita tidak mungkin menumbuhkan sayap pada babi sebagaimana juga membuat telur ayam seperti pipa.” Contoh yang lebih baru adalah pertambahan rata-rata pada tinggi badan laki-laki yang telah terjadi sejak abad yang lalu. Melalui perawatan kesehatan yang lebih baik (dan mungkin juga seleksi seksual, karena beberapa wanita lebih menyukai pria tinggi sebagai pasangannya) laki-laki telah mencapai catatan tinggi badan dewasa tertinggi selama satu abad terakhir, tetapi pertambahan ini dengan cepat menghilang, menunjukkan bahwa kita telah mencapai batasan kita.

Singkatnya, variasi hanya membawa perubahan yang tetap dalam batasan informasi genetik suatu spesies; mereka tidak pernah bisa menambahkan suatu data genetik baru kedalamnya. Untuk alasan ini, tidak ada variasi yang bisa dianggap sebagai contoh evolusi. Tidak peduli berapa sering Anda mengawinkan ras anjing atau kuda yang berbeda, hasil akhinya akan tetap anjing atau kuda, tanpa kemunculan spesies baru. Ilmuwan Denmark, W.L. Johansen, menyimpulkan permasalahan ini sebagai berikut:

Variasi yang ditekankan oleh Darwin dan Wallace tidak bisa secara selektif dipaksakan melampaui titik tertentu, dan variasi semacam ini tidak mengandung rahasia dari ‘keberangkatan [menjadi spesies] mana saja.

Pengakuan tentang “Evolusi mikro”

Seperti yang telah kita lihat, ilmu genetika telah menemukan bahwa variasi, yang pikir Darwin bisa menjelaskan “asal usul spesies”, sebenarnya tidak seperti itu. Untuk alasan ini, ahli biologi evolusi dipaksa untuk memisahkan antara variasi dalam spesies dan pembentukan spesies baru, dan untuk mengajukan dua gagasan berbeda untuk hal yang berbeda ini. Keanekaragaman dalam satu spesies—yaitu, variasi—mereka sebut “evolusi mikro” dan hipotesis untuk perkembangan spesies baru disebut “evolusi makro.”

Dua gagasan ini telah ada dalam buku biologi sejak lama. Tetapi, sebenarnya terdapat pengelabuan di sini, karena contoh variasi yang disebut sebagai “evolusi mikro” oleh ahli biologi evolusi sebenarnya tidak ada hubungannya dengan teori evolusi. Teori evolusi mengutarakan bahwa makhluk hidup bisa berkembang dan memperoleh data genetik baru melalui mekanisme mutasi dan seleksi alam. Namun, seperti yang baru saja kita lihat, variasi tidak pernah menciptkan informasi genetik baru, dan jadinya tidak bisa menyebabkan terjadinya “evolusi”. Memberi nama variasi sebagai “evolusi mikro” sebenarnya hanyalah kecenderungan ideologis dari sebagian penganut biologi evolusi.

Kesan yang diberikan kaum biologi evolusi dengan menggunakan istilah “evolusi mikro” adalah penalaran salah: bahwa sejalan dengan waktu variasi dapat membentuk kelompok makhluk hidup baru. Dan banyak orang yang belum tercerahkan tentang hal tersebut berpikir dangkal bahwa “sejalan dengan perkembangannya, evolusi mikro bisa berubah menjadi evolusi makro.” Kita seringkali melihat contoh pemikiran seperti itu. Beberapa evolusionis “amatir” mengajukan contoh penalaran semacam itu sebagai berikut: karena tinggi rata-rata manusia bertambah sekitar 2 sentimeter hanya dalam satu abad, ini berarti bahwa selama jutaan tahun bentuk evolusi apa saja bisa terjadi. Akan tetapi, seperti yang telah ditunjukkan di atas, semua variasi semacam perubahan tinggi rata-rata terjadi pada batasan genetik tertentu, dan merupakan kecenderungan yang tak berhubungan sama sekali dengan evolusi.

Kenyataannya, saat ini bahkan para pakar evolusionis pun menerima bahwa variasi yang mereka sebut “evolusi mikro” tidak bisa membawa kepada terbentuknya kelompok baru makhluk hidup—dengan kata lain, kepada “evolusi makro”. Pada artikel tahun 1996 dalam Jurnal terkemuka Developmental Biology, ahli biologi evolusi S.F. Gilbert, J.M. Optiz, dan R.A. Raff menjelaskan permasalahan ini sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

.

[Teori] Sintesa Modern adalah pencapaian yang mengagumkan. Akan tetapi, dimulai sejak tahun 1970-an, banyak ahli biologi mulai mempertanyakan kelengkapan informasi ini dalam menjelaskan evolusi. Genetika mungkin memadai untuk menjelaskan evolusi mikro, tetapi perubahan melalui evolusi mikro pada frekuensi gen tidak terlihat mampu merubah reptilia menjadi mamalia atau untuk merubah ikan menjadi amfibia. Evolusi mikro melihat pada penyesuaian diri yang berhubungan dengan kelangsungan hidup [spesies] yang paling cocok, bukan kemunculan yang paling cocok. Seperti yang dikatakan Goodwin, “asal usul spesies—permasalahan Darwin—tetap tidak terpecahkan.”

Kenyataan bahwa “evolusi mikro” tidak bisa menghantarkan kita ke “evolusi makro”, atau dengan kata lain bahwa variasi tidak memberikan penjelasan bagi asal usul spesies, telah diterima juga oleh ahli biologi evolusi lainnya. Seorang penulis terkenal sekaligus pakar ilmu pengetahuan, Roger Lewin, menggambarkan hasil dari simposium empat hari di Chicago Museum of Natural History pada November 1980, yang dihadiri oleh 150 evolusionis:

Pertanyaan utama dalam konferensi di Chicago itu adalah apakah mekanisme yang menyebabkan evolusi mikro dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena evolusi makro.. Jawabannya dapat diberikan dengan sangat jelas, Tidak.

Kita dapat meringkas permasalahan ini sebagai berikut: Variasi, yang dilihat Darwin sebagai “bukti evolusi” selama beberapa ratus tahun, sebenarnya tidak memiliki hubungan sama sekali dengan “asal usul spesies.” Sapi bisa dikawinkan satu sama lain selama jutaan tahun, dan ras sapi yang berbeda mungkin muncul. Tetapi sapi tidak akan pernah berubah menjadi spesies yang berbeda—misalnya jerapah atau gajah. Dengan cara yang sama, perbedaan yang terdapat pada burung pipit yang dilihat Darwin di kepulauan Galapagos adalah contoh lain dari variasi yang bukan merupakan bukti bagi “evolusi.” Penelitian terbaru telah mengungkapkan bahwa burung pipit ini tidak mengalami variasi tanpa batas seperti yang diajukan teori Darwin. Lebih jauh lagi, kebanyakan dari berbagai burung finch yang menurut Darwin mewakili 14 spesies yang berbeda sebenarnya [mampu] kawin satu sama lain, yang berarti bahwa mereka hanyalah variasi dari satu spesies yang sama. Pengamatan ilmiah menunjukkan bahwa paruh burung pipit, yang telah melegenda dalam hampir semua sumber evolusionis, pada kenyataannya adalah satu contoh dari “variasi”; karenanya hal ini bukanlah merupakan bukti bagi teori evolusi. Sebagai contoh, Peter dan Rosemary Grant, yang menghabiskan waktu bertahun-tahun mengamati keanekaragaman burung pipit di kepulauan Galapagos untuk mencari bukti bagi evolusi Darwin, terpaksa menyimpulkan bahwa “populasi ini, dihadapkan pada seleksi alam, berayun maju mundur,” sebuah kenyataan yang secara tidak langsung menunjukkan tidak ada “evolusi” yang membawa pada kemunculan sifat-sifat baru yang pernah terjadi.

Jadi untuk alasan ini, evolusionis masih belum bisa memecahkan permasalahan Darwin tentang “asal usul spesies”.

Variasi, juga diartikan pula pada peristiwa genetis yang menyebabkan individu atau kelompok spesies tertentu memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, pada dasarnya semua orang di bumi membawa informasi genetis sama. Namun ada yang bermata sipit, berambut merah, berhidung mancung, atau ber-tubuh pendek, tergantung pada potensi variasi informasi genetisnya.

Evolusionis menyebut variasi dalam suatu spesies sebagai bukti kebenaran teorinya. Namun, variasi bukanlah bukti evolusi, karena variasi hanya hasil aneka kombinasi informasi genetis yang sudah ada, dan tidak menambahkan karakteristik baru pada informasi genetis.

Variasi selalu terjadi dalam batasan informasi genetis yang ada. Dalam ilmu genetika, batas-batas ini disebut “kelompok gen” (gene pool). Variasi menyebabkan semua karakteristik yang ada di dalam kelompok gen suatu spesies bisa muncul dengan beragam cara. Misalnya pada suatu spesies reptil, variasi menyebabkan kemunculan varietas yang relatif berekor panjang atau berkaki pendek, karena baik informasi tentang kaki pendek maupun panjang terdapat dalam kantung gen. Namun, variasi tidak mengubah reptil menjadi burung dengan menambahkan sayap atau bulu-bulu, atau dengan mengubah metabolisme mereka. Perubahan demikian memerlukan penambahan informasi genetis pada makhluk hidup, yang tidak mungkin terjadi dalam variasi.

Darwin tidak mengetahui fakta ini ketika merumuskan teorinya. Ia mengira tidak ada batas dalam variasi. Dalam sebuah artikel yang ditulisnya pada tahun 1844, ia menyatakan: “Banyak ahli yang menganggap bahwa ada batas dalam variasi di alam, namun saya belum menemukan satu bukti pun yang melandasi keyakinan ini”.

Dalam The Origin of Species, ia menyebutkan beragam contoh variasi sebagai bukti terpenting bagi teorinya. Misalnya, menurut Darwin, para peternak yang mengawinkan beragam varietas sapi untuk menghasilkan varietas baru yang menghasilkan susu lebih banyak, akhirnya akan mengubah ternak itu menjadi spesies berbeda. Gagasan Darwin tentang “variasi tanpa batas” jelas terungkap dalam kalimat dari The Origin of Species:

Saya tidak melihat kesulitan bagi suatu ras beruang, melalui seleksi alam, menjadi semakin terbiasa dengan lingkungan akuatis, dengan mulut semakin lebar, sampai akhirnya menjadi makhluk sebesar paus.

Variasi dalam Spesies Bukanlah Evolusi

Dalam buku Origins, Darwin mengacaukan dua konsep: variasi dalam spesies dan kemunculan spesies baru. Berdasarkan pengamatannya atas varietas-varietas anjing, Darwin mengira bahwa suatu saat berbagai varietas ini akan berubah menjadi spesies baru. Sampai sekarang, evolusionis berusaha menunjukkan variasi dalam spesies sebagai bentuk evolusi. Padahal fakta ilmiah membuktikan bahwa variasi dalam sebuah spesies bukanlah evolusi. Misalnya, sebanyak apa pun varietas dalam spesies anjing di alam, atau yang dibiakkan oleh manusia, mereka tetap anjing. Tidak akan ada peralihan dari satu spesies ke spesies lainnya.

Darwin mengemukakan contoh yang berlebihan ini karena pemahaman yang primitif akan ilmu pengetahuan di zamannya. Pada abad ke-20, ilmu pengetahuan telah menetapkan prinsip “stabilitas genetis” (homeostasis genetis) berdasarkan hasil-hasil eksperimen yang dilakukan pada makhluk-makhluk hidup. Prinsip ini menyatakan bahwa semua usaha pengawinan untuk menghasilkan variasi-variasi baru tidak meyakinkan, dan ada batasan-batasan ketat di antara spesies-spesies makhluk hidup yang berbeda. Artinya, sangat mustahil para peternak dapat mengubah sapi menjadi spesies berbeda dengan cara mengawinkan varietas-varietasnya, seperti dinyatakan Darwin.

 

Norman Macbeth membantah Darwinisme dalam bukunya Darwin Retried:

Inti masalahnya adalah, kalaupun benar makhluk hidup dapat bervariasi tan-pa batas… Spesies-spesies selalu stabil. Kita semua pernah mendengar bagaimana peternak dan hortikulturis yang sudah berusaha sedemikian keras menjadi kecewa mendapati hewan atau tumbuhan yang mereka kembangkan kembali ke varietas asal. Sekalipun usaha keras dilakukan selama dua atau tiga abad, tidak mungkin dihasilkan mawar biru atau tulip hitam.

Luther Burbank yang dianggap sebagai hortikulturis paling berhasil, mengungkap fakta ini saat mengatakan “ada batas-batas dalam pengembangan yang mungkin terjadi, dan batas-batas ini mengikuti suatu aturan”.Tentang hal ini, ilmuwan Denmark, W.L. Johannsen berkomentar:

Variasi-variasi yang menjadi titik tekan Darwin dan Wallace tidak dapat dipaksakan melampaui tahap tertentu. Variabilitas seperti ini tidak me-miliki rahasia ‘perubahan tanpa batas’.

 

APAKAH IKAN PAUS BEREVOLUSI DARI BERUANG?

Dalam buku The Origin of Species, Darwin menyatakan bahwa paus berevolusi dari beruang yang berusaha berenang! Darwin telah keliru menganggap bahwa kemungkinan variasi dalam spesies tidak terbatas. Ilmu pengetahuan abad ke-20 telah menunjukkan bahwa skenario evolusi ini hanya khayalan.

 

2. Variasi Melalui Domestikasi

a. Sifat-sifat Varietas Domestikasi

Penjinakan hewan-hewan liar menjadi hewan peliharaan disebut domestikasi. Domestikasi menyebabkan terjadinya penyimpangan dari keadaan aslinya sehingga mengarah pada terbentuknya spesies baru. Secara alami, hewanhewan peliharaan akan memisahkan diri dari hewan-hewan liar dan mempersempit peluang terjadinya interhibridisasi.

Domestikasi Hewan ternak yang dijinakkan dari hewan liar dan tanaman budi daya dari tumbuhan liar adalah contoh domestikasi. Domestikasi memindahkan makhluk-makhluk tersebut dari habitat aslinya ke dalam lingkungan yang diciptakan manusia. Hal ini mengakibatkan muncul jenis hewan dan tumbuhan yang memiliki sifat menyimpang dari sifat aslinya.

Domestikasi merupakan bukti evolusi yang muncul karena adanya campur tangan manusia. Kegiatan manusia dalam pembudidayaan tanaman ataupun hewan tertentu telah melahirkan spesies-spesies baru yang memiliki sifat yang berbeda dengan nenek moyangnya. Perubahan tersebut merupakan bagian dari evolusi makhluk hidup yang diciptakan oleh manusia untuk keuntungan manusia. Manusia telah membudidayakan berbagai macam tanaman mulai dari tanaman untuk konsumsi, tanaman hias dan hewan ternak dengan tujuan untuk memperoleh kultivar baru yang lebih baik dari tanaman induknya. Sebagai contoh, pernahkah kalian makan semangka tanpa biji? Nah, semangka tersebut merupakan salah satu kultivar hasil domestikasi. Dalam evolusi, makhluk hidup mengalami perubahan secara perlahan lahan dari waktu ke waktu sampai dilahirkannya spesies baru yang berbeda dengan nenek moyangnya.

b. Seleksi Tanpa Sadar

Pada saat para peternak andalan mencoba membuat keturunan yang lebih unggul dari jenis apapun yang ada di Negara, lewat suatu seleksi metode dengan obyek berbeda. Namun untuk tujuan kita, suatu bentuk seleksi yang bisa sadar , yang dihasilkan dari semua orang yang berusah amemiliki dan membiakkan binatang individual yang terbaik adalah lebih penting. Jadi orang yang bermaksud memelihara anjing pemburu sudah barang tentu mencoba mendapatkan anjing yang sebaik mungkin , dan setelah itu baru mk dan mereka selam mengembangkannya diri anjing yang sebaik mungkin, dan setelah itu mengembangkan nya dari anjingnya sendiri yang paling baik. Namun ia tidak ingin dan tidak mengharapkan keturunan yang berubah secara permanen. Bagaimanapun , kota bisa berkesimpulan bahwa selam berabad-abad, proses ini akan mengembangkan dan memodifikasi perkembangbiakan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Bakewell. Collins dan lain-lain, secara lebih metodis  lewat proses yang sama , dan mereka selama hidupnya banyak memodifikasi bentuk dan sifat bintang ternak mereka. Perubahan-perubahan jenis yang pelan-pelan dan tak terasakan ini tidak peernah dapat diketahui kecuali jika ukuran aktualnya atau gambar keturunan yang sesakma yang dipersoalkan sesudah dibuat sejak lama berelang, dengan begitu bisaa dipakai untuk membandingkan . Bagaimana pun dalam beberapa kasus. Didaerah –daerah yang kurang berbudaya, individu-individu yang tidak berubah atau yang sedikit berubah, tetap  ada; disitu keturunan tidak begitu mengalami perkembangan. Ada alas an untuk percaya bahwa anjing cukup besar  sejak zaman monarki. Beberapa ahli yang berkompeten yakni bahwa anjing setter secara langsung berasal dari anjing spanil, dan mungkin secara berubah dalam abad terakhir ini, dan sebagimana yang dipercaya, dalam kasus ini , perubahan tersebut kena pengruh dari penyilangan dengan foxhound. Namun apa yang terjadi kepedulian kita ialah bahwa  perubahan kita ialah bahwa perubahan itu telah terkena pengaruh secara tidak sadar dan secara bertahap , tapi begitu efektifnya sehingga meskipun anjing pemburu Spanyol dahunya dari Spanyol , tetapi Borrow, sebagaimana yang ia katakana kepada saya, tidak melihat anjing tersebut seperti anjing tersebut seperti anjing berburu kita di Spanyol.

Dengan proses seleksi yang sama , dan dengan pelatihan secara sesakma, kuda-kuda pacu inggris telah unggul dalam hal kecepatan dan ukuran atas nenek moyangnya yang Arab, Lord Spencer dan yang lain-lain telah menunjukkan bagaimana binatang ternak di Inggris telah bertambah berat dan menjadi matang lebih awal jika dibandingkan dengan jenis ternak  yang dulu di pelihara di Negara itu . dengan membandingkan hal-hal yang telah diberikan dalam berbagai tulisan kuno mengenai sifat dulu dan sifat sekarang dari burung merpati pos dan merpati tumbler di inggris , di India dan di Persia, kita bisa melacak tahap-tahap yang mereka lalui tanpa mereka rasakan dan tahap terjadinya perbedaan besar dari merpati batu.

Youatt memberikan suatu ilustrasi sangat bagus mengenai pengaruh-pengaruh jalanannya yang bisa dianggap tak sadar yang selam ini tidak pernah dapat diduga oleh para peternak, atau bahkan diinginkan untuk bisa membuahkan hasil yang tejadi , yakni hasil dari dua keturunan yang berbeda, seperti yang di katakana Youatt, dua jenis domba Leicester yang dipelihara oleh Buckey dan Burgess telah diturunkan secara murni selama lima puluh tahun yang lalu sampai sekarang , dari jenis asli jenis binatang milik Bakewell. Tidak ada kecurigaan dalam fikiran orang mengenai hal ini bahwa salat atu dari kedua pemilik ini tidak menyimpang sesuatu dari darah asli jenis binatang milik Bakewell; perbedaan antara domba-domba yang dipelihara kedua orang tersebut begitu besarnya sehingga domba-domba itu tampak mempunyai variasi yang sangat berbeda.

Kalupun ada orang-orang liar yang masih sangat baebar dan tidak pernah memikirkan sifat warisan pada keturunan binatang-binatang ternak memikirkan sifat warisan pada keturunan binatang ternak mereka, namun jika ada masa kelaparan atau jika ada peristiwa malang lainnya, binatang yang sangat berguna bagi orang-orang itu untuk suatu tujuan khusus , akan tetapi dijaga secara seksama , dan dengan dem pada varietasikian binatang-binatang pilihan tersebut umumnya akan memberikan ketentuan lebih banyak dari pada binatang yang kurang bermutu, sehingga dalam kasus ini aka nada semacam seleksi tanpa sadar wanita tua dan melahapnya pada saat-saat kekurangan maupun karena sudah kurang bernilai dari pada anjing mereka. Disini kita melihat adanya nilai yang dicantumkan pada binatang oleh orang-orang barbar dari Tierra del Fuego.

Pada tumbuhan , proses kemajuan yang sama dan bertahap melalui pelestarian individu-individu terbaik yang okasional, entah mempunyai perbedaan cukup untuk digolongkan sebagai varietas lain pada penampilan pertama , atau belum dan apakah dua spesie rasa tau lebih telah bercampur lewat persalingan atau belum dapat dilihat secara jelas dalam bertambahnya ukuran dan keindahan yang kita liat pada varietas-varietas bunga heartease, pelargonium . dahlia dan tanaman-tanaman lainnya. Jika dibandingkan dengan varietas-varietas lain, atau dengan jenis tentunya. Tidak seorang pun mengharapkan meruperoleh bunga  heartease dan dahlia kelaswahid dari biji tanaman liar. Tidak seorangpun berhadap mengembangkan buah pir kelas wahid dari biji buah pir liar, meskipun mungkin ia berhasil mengembangkan nya dari biji jelek yang tumbuh liar, asalkan biji itu dari biji kebun . buah pir , meskipun  sudah dibudidayakn pada zaman dahulu . tanpak tetap menjadi buah yang berkualitas rendah , sebagaimana diuraikan Pliny. Saya melihat kejutaan besar yang terungkap pada keterampilan tukang kebun dalam kerja kebunya . yang telah membuahkan hasil yang gemilang dari bahan yang tidak baik , seni ini sebetulnya sederhana dan selama ini hasil finalnya telah diikuti hamper secara tidak sadar , ini terjadi karena selalu membudidayakan varietas yang sedikit lebih baik muncul dengan menyeleksinya dan begitu seterusnya. Namun tukang-tukang kebun dari zaman klasik , yang membudidayakan buah-buah pir yang paling baik yang bisa mereka peroleh tidak pernah berfikir alangkah lezat. Berkat varietas terbaik yang bisa kita temukan dimana-mana, yang dalam tingkatan kecil pernah mereka pilih dan pelihara secara alami.

Dalam pandangan yang diberikan mengenai peran penting seleksi oleh manusia menjadi lebih jelas bagaimana ras-ras piaraan menunjukan adaptasi struktur serta kebiasaan menurut  keinginan orang atau kesenangan orang. Saya kira, kita bisa memahami lebih lanjut tentang sifat yang sering abnormal dan ras-ras domestik , demiakian juga mengenai perbedaan-perbedaan mereka yang begitu besar dalam hal sifat-sifatnya luarnya dan perbedaan yang relative kecil dalam hal bagian –bagian internalnya atau organ-organnya. Orang hamper tidak dapat menyeleksi menyimpan stuktur , atau kalau bisa dengan sulit sekali, kecuali yang keliatan . memang jarang ada orang yang peduli akan bagian internal . orang tidak pernah bertindak lewat seleksi keculi menyangkut variasi-variasi yang telah ada padanya dalam tingkatan  kecil yang secar alami. Dan tidak ada orang yang pernah membuat ekor yang berkembang dalam tingkatanktu yang tidak biasa. Atau membuat seekor puter sampai ia melihat merpati yang mempunyai tembolok berukuran tidak biasa; semakin tidak normal dan semakin tidak pada penampilan pertamanya, semakin menarik perhatian. Tetapi penggunaan ungkapan seperti mencoba membuat burung fantail (merpati ekor kipas). Dalam banyak kasus adalah tidak benar sama sekali ; hal ini tidak saya ragukan. Orang yang menyeleksi pertama kali seekor merpati yang berekor sedikit lebih besar, tidak pernah bermimpi bagaimana jadinya keturunan besok melalui seleksi yang berlangsung terus sampai lama, dan yang sebagian tampa sadar , dan yang sebagian lagi bersifat motois. Mungkin nenek moyang semua merpatifantail Jawa sekarang empat belas helai bulu ekor . mungkin merpati puter pertama melambungkan temboloknya tidak lebih besar dari pada merpati tubit yang sekarang melambungkan bagian atas Aesophagusnya, ini suatu kebiasaan yang diabadikan oleh para pencin merpati, karena bukan merupakan salah satu yang dimaksud dari keturunan.

Atau orang hendaknya jangan berfikir tentang perlunya penyimbangan besar stuktur yang bisa ditangkap mata Penggemar. Orang yang busa merasakan adanya perbedaan kecil sekalipun, dan menjadi sifat manusia untuk menghargai sesuatu yang baru, yang jadi miliknya sendiri, meskipun sedikit. Atau nilai yang dulunya ditetapkan atas adanya perbedaan kecil pada individu-individu berspesies sama, hendaknya jangan ditentukan dari nilaij yang ditetapkan sekarang atas perbedaan tersebut, setelah terjadi beberapa keturunan. Sudah diketahui bahwa pada merpati terdapat banyak variasi kecil yang muncul serta kebetulan , namun hal ini tolak sebagai suatu kesalahan dan penyimpanan dari standar kesempurnaan dari setiap keturunan. Angsa biasa tidak melahirkan varietas-veriatas yang mencolok , oleh  karena angsa Toulouse dan keturunan biasa yang sedikit lain warna serta kegesitan tampak  sebagai yang berbeda didalam pemeran unggas.

Pandangan-pandangan ini tampaknya ingin menjelaskan apa yang kadang-kadang menjadi perhatian, yakni bahwa kita hamper tidak tahu apa-apa mengenai asal mula sejarah dari binatang peliharaan kita. Namun nyatanya, suatu keturunan, seperti halnya suatu dialek bahasa, hampir tidak dapat dikatakan mempunyai suatu asal mula yang berbeda. Orang melindungi serta mengembang biakakan suatu individu yang sedikit lain strukturnya, atau orang lebih perduli dari biasanya didalam mencocokkan binatangnya yang terbaik; jadi disini orang meningkatkan binatangnya, dan binatang yang sudah meningkat ini sedit demi sedikit menyebar di kanan kirinya. Tetapi binatang-binatang ini hampir tidak memiliki nama khusus, dan binatang ini, karena hanya sedikit dihargai, sejarahnya pun diabaikan. Jika terus dikembangkan melalui proses yang sama, pelan-pelan, dan bertahap, binatang tadi akan menyebar lebih luas, dan akan dikenal sebagai sesuatu yang lain dan berharga, dan mungkin memperoleh nama kedaerahan. Di Negara-negara yang setengah beradap dan mempunyai sedikit komunikasi bebas, penyebaran sub-keturunan baru ini merupakan suatu proses yang lamban. Sekali nilainya dikenal orang, prinsip seleksi tidak sadar, sebagaimana yang telah saya katakana, akan selalu cenderung menambah secara pelan-pelan cirri-ciri khusus keturunan, entah keturunan apapun, – mungkin dalam suatu periode, pertambahan lebih banyak dari pada periode lainnya, seperti halnya timbul tenggelamnya keturunan untuk mode – mungkin di satu daerah, penambahannya lebih banyak dari pada di daerah lain, sesuai tingkat peradapan penduduk. Tetapi dari catatan yang disimpan mengenai perubahan yang terjadi secara pelan, bervariasi serta tanpa sadar, kemungkinan hal itu sangat kecil.

c. Prinsip-prinsip Seleksi pada Zaman Dulu dan Dampaknya

Marilah kita renungkan sebentar langkah-langka yang dengannya ras-ras piaraan diproduksi, entah dari satu spesies atau dari beberapa spesies yang sekerabat . dampak atau pengaruhnya bias dinisbatatkan pada tindakan kondisi eksternal kehidupan secara langsung dan pasti dan bias pada kebiasaan. Orang menjelaskan perbedaan-perbedaan antara kuda tarik dan kuda balap, antar anjing greyhound dan bloodhound , antara merpati pos dan merpati tumber lewat perantara semacam itu adalah seorang pemberani . salah satu dari cirri mencolok pada ras-ras piaraan kita adalah bahwa kita melihata adanya adaptasi pada mereka, bukan semata untuk  manusia. Beberapa variasi yang digunakan manusia. Beberapa variasi yang berguna bagi manusia kemungkinan timbul secara tiba-tiba atau lewat suatu langkah. Banyak para ahli botani misalnya, percaya bahwa manusia satu genus dan teasel dengan duri-durinya yang tidak dapat ditandatangani dengan pertemuan mekanis apa pun, hanyalah sebuah variasi dari Dipsacus liar, dan banyaknya perubahan ini bias saja muncul  secara tiba-tiba dalam benih. Begitu juga bias saja terjadi pada anjing turnspit, juga dalam kasus domba ancon. Tetapi jika kita membandingkan kuda tarik dengan kuda balap, unta dan dromedary, berbagai jenis domba yang bias hidup ditanah garapan atau di padang rumput , jika kita membandingkan wol dari satu jenis domba dalam satu tujuan, dan wol dari lain jenis untuk tujuan lain ; jika kita membandingkanbanyak jenis anjing, yang masing-masing mempunyai kegunaan bagi manusia dengan cara yang berbeda; jika kita membandingkan ayam sambung yang begitu tegardalam bertarung dengan jenis ayam lain yang kurang suka bertarung, dengan ayam  petelur yang tidak perna mempunyai keinginan untuk bertengger dengan ayam batam yang sangat kecil dan molek ; jika kita membandingkan kelompok ras-ra tanaman perkebunan , tanaman dapur , tanaman kebun buah dan tangaman kebun bungan , yang sangat berguna bagi manusia pada musim-musim yang berbeda dan untuk tujuann yang berbeda pula, maka saya kira kita harus melihat lebih jauh daripada sekedar melihat veriabilitas.kita tidak dapat memperkiraan bahwa semua jenis yang dihasilkan secara mendadak , dengan sempurna dan berguna seperti yang kita liat sekarang ini. Memang dalam banyak kasus , kita tahu bahwa hal ini bukan merupakan sejerah mereka, kuncinya ialah daya kekuatan manusia dalam seleksi kumulatif; alam memberikan variasi-variasi secara selisi berganti ; manusia tinggal menambahnya dengan aturan-aturan tertentu yang sekitarnya berguna baginya. Dalam hal ini , boleh dikatakan manusia membuat keturunan yang sekitarnya berguna bagi dirinya.

Kekuatan besar prinsip seleksi ini tidak bersifat hipotesis. Yang pasti , beberapa peternakan, bahkan dalam satu kurun waktu kehidupan , telah memodifikasi jenis-jenis domba dan ternak mereka secara luas . agar dapat menyadari sunggu-sunggu apa yang telah mereka lakukan, sangat perlu membaca beberapa tulisan mengenai hal tersebut serta perlu meneliti binatang. Para peternak biasanya berbicara tentang kelompok binatang sebagai sesuatu yang bersifatplastis, yang bias mereka jadikan model sesuka mereka, jika ada tempat dalam buku ini , saya dapat mengutip banyak bagian buku dari para ahli yang berkopenten mengenai dampak ini. Youtt yang mungkin lebih dikenal daripada individu yang lain karena karya-karyanya tentang pertanian dan yang merupakan penilaian yang baik tentang binatang , bicara mengenai seleksi sebagai “ sesuatu yang memungkinkan seorang angrikulturis tidak hanya memodifikasi sifat kawanan hewan, tetapi juga sekaligus mengubahnya. Ini merupakan tongkat sihir yang bisa dipakai untuk memerintahkan agar hidup apapun bentuk dan wujudnya , menurut seleranya “ Lord Somerville, ketika berbicara tentang apa yang dilakukan para peternak terhadap domba-dombanya mangatakan, tampak seolah-olah mereka mengapur suatu bentuk yang pada hakekatnya sudah sempurna, pada dinding, dan kemudian memberinya ekssistensi. “ pada bahan wol yang halus , pentingnya prinsip seleksi tentang domba merino telah begitu dikenal sehingga orang menghitungnya suatu kejujuran ; domba ditempatkan pada kandang dan diselidiki oleh seorang “connoisseur” sebagai gambaran: dan ini dilakukan tiga kali dalam interval bulan: setiap kali, domba tadi ditandai dan digolongkan sehingga yang terbaik bisa diseleksi untuk perkembangbiakan.

Apa yang telah mempengaruhi secara aktual pada para peternak Inggris bisa dibuktikan Dengan tingginya harga yang diberikan untuk binatang yang mempunyai silsilah baik. Dan binatang-binatang ini di ekspor ke hampir semua bagian bumi. Kemajuan ini sama sekali bukan karena mempersilangkan jenis –jenis yang berbeda-beda semua peternak yang baik sangat menentang praktik ini, kecuali di kalangan sub jenis yang sangat dekat kekerabatannya, dan inipun hanya kadang-kadang. Jika dilakukan penyilangan, seleksi yang paling dekat lebih diperlukan daripada dalam kasus-kasus biasa. Jika seleksi terjadi hanya dengan memisahkan varietas yang sangat berbeda dan mengembangbiakkan dari situ, asa dasarnya harus jelas, karena hampir tidak mudah dilihat. Hal ini menjadi penting karena pengaruh besar yang dihasilkan oleh akumulasi satu arah dari perbedaan-perbedaan selama generasi ke genarasi sama sekali kurang dikenal dimata orang yang kurang pendidikan. Dari seribu orang, tidak seorangpun yang memiliki kejelian mata dan kejelian penilaian yang cukup untuk menjadi seorang peternak yang handal. Jika ia dikaruniai sifat-sifat tersebut dan jika ia mempelajari subyek tersebut selama bertahun-tahun serta mengabdikan hidupnya untuk hal itu, ia akan sukses dan mungkin bisa membuat kemajuan- kemajuan besar. Jika ia hanya menginginkan salah satu dari sifat-sifat ini, ia justru pasti gagal. Hanya beberapa orang saja yang mau percaya akan kapasitas alami yang harus dimiliki dan perlunya praktik selama bertahun-tahun untuk menjadi seorang pecinta merpati yang terampil.

Prinsip yang sama ini diikuti oleh holtikulturis, tetapi disini variasi-variasinya sering lebih kasar. Tidak seorangpun berpikir bahwa produksi pilihan utama kita telah dihasilkan oleh satu variasi tunggal dari keturunan asli. Kita mempunyai bukti-bukti bahwa hal ini tidaklah demikian dalam kasus-kasus dimana ada catatan –catatan tepat yang disimpan, jadi untuk memberikan suatu contoh yang sangat sederhana, kita bisa mencatat bahwa buah frambus tetap bertambah. Kita melihat kemajuan yang menakjubkan pada sekian banyak bunga milik penanam bunga, ketika bunga-bunga yang ada sekarang dibandingkan dengan gambar-gambar yang dibuat dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu. Begitu jenis tanaman sudah ditanam dengan baik, maka si penanam tinggal memeriksanya di persemaian dan mencabuti yang tidak baik, yang oleh mereka disebut tanaman yang menyimpang dari standar yang semestinya. Adapun yang menyangkut binatang, jenis seleksinya diikuti seperti itu. Oleh karenanya hampir tidak ada yang sembrono hingga mau mengembangbiakkan binatangnya yang paling jelek.

Mengenai tumbuhan, terdapat sarana lain untuk mengamati pengaruh seleksi yang terakumulasi yakni dengan membandingkan diversitas bunga-bunga dalam varietas-varietas berbeda dari spesies yang sama yang ada ditaman bunga, yakni diversitas daun, kelopak, atau diversitas akar umbi, atau bagian apa saja yang bernilai di kebun, dibandingkan dengan bunga-bunga berspesies sama, diversitas bunga yang berspesies sama dikebun buah-buahan, dibandingkan dengan daun dan bunga dari serangkaian varietas yang sama. Lihatlah, bagaimana perbedaan daun-daun kubis, dan bagaimana sangat miripnya bunga-bunganya, betapa tidak miripnya bunga-bunga “heartsease”, dan betapa miripnya daun-daunnya, bagaimana buah dari jenis frambus yang berlainan bisa bisa berbeda dalam hal ukuran, warna, bentuk, dan bulunya, namun bunga-bunganya hanya menunjukkan perbeal dan yang sedikit. Disini verietas yang sangat berbeda dalam satu hal tidak harus berbeda sama sekali dalam hal-hal lain. Setelah diadakan pengamatan seksama, saya mengatakan bahwa hampir tidak ada kasus seperti ini , dan mungkin bahkan tidak perna ada. Hukuman variasi yang berkolerelansi, yang kepentingannya tidak perna dilupakan , akan memastikan adanya beberapa perpedaan; namun, sebagai suatu aturan umum, tidak bisa  diragukan lagi bahwa seleksi variasi kecil-kecil yang terus menerus, entah pada daun , bunga ataupun pada buah , akan menghasilkan ras yang berbeda satu dengan yang lainya , lebih-lebih dalam hal sifat-sifatnya.

Bisa saja ditolak bahwa prinsip seleksi telah tereduksi menjadi praktik-praktik metedologis selama hampi tidak lebih dari seperempat abadi; yang jelas hal ini baru diikuti lebih sering pada tahun-tahun terakhir ini, dan banyak tulisa tentang subyek ini diterbitkan ;dalam hal tingkatan, hasilnya ternyata cepat dan penting. Namun sangat tidak benar kalau hal ini merupakan suatu penemuan modern. Namun sangat tidak benar kalau hal ini merupakan suatu penemuan modern. Disini saya bisa memberikan beberapa referensi tentang karya-karya sangat antik, dimana telah diakui pentingnya prinsip ini. Pada zaman berbar dan primitive pada sejarah inggris, binatang-binatang pilihan seringkali diimpor, maka perlu diberikan undang-undang untuk mencegah ekspor binatang tersebut. Waktu itu ada perintah untuk memusnakan kuda berukuran tertentu,dan ini bisa dibandingkan dengan pemusnahan tumbuh-tumbuhan yang dianggap jelek oleh para penanam. Saya berpendapat , prinsip seleksi diberikan secara berbeda dalam ensklopedia Cina Kuno. Aturan-aturan yang ekspli ditetapkan   oleh beberapa penulis klasik Romawi. Dari bagian-bagian dalam kitab kejadian, jelas bahwa warna binatang-binatang piaraan adalh warna yang ada pada zaman dulu. Orang- orang biadap sekarang ini sering menyilangkan anjing-anjing mereka dengan binatang-binatang mereka jenis anjing liar untuk memajukan keturunan , dan orang-orang biadap di Afrika Selatan menyeragamkan warna binatang-binatang penarik, seperti yang dilakukan oleh sebagian orang Eskimo terhadap kelompok atau tim anjing mereka. Livingstone menyatakan bahwa keturunan binatang piaraan yang bagus sangat dihargai oleh orang-orang Negro dipedalaman Afrik,yang belum berhubungan dengan orang Eropa . beberapa dari fakta –fakta tersebut tidak menunjukan bahwa pengembangan binatang-binatang piaraan dilakukan oleh orang-orang yang peradabannya bintang-banatang piaraan dilakukan oleh orang-orang yang peradabannya rendah , memang akan merupakan suatu fakta yang aneh jika hal itu tidak mendapatkan perhatian, karena disini sudah jelas ada warisan kualitas baik dan kualitas selek.

 

3. Variasi Alamiah

a. Perbedaan Individu

Terdapat sejumlah evolusionis yang berusaha mengajukan keragaman ras sebagai bukti kebenaran evolusi. Pada kenyataannya, pernyataan ini sebenarnya lebih sering dikeluarkan oleh para evolusionis amatir dengan pemahaman yang kurang memadai atas teori yang mereka dukung tersebut.

Tesis yang diajukan oleh pendukung pernyataan itu didasarkan atas pertanyaan, “Jika, seperti dikatakan sumber-sumber agama samawi, kehidupan memang diawali oleh seorang lelaki dan seorang perempuan, mengapa beragam ras muncul?” Dengan kata lain, maksud pertanyaan itu adalah, “Karena tinggi badan, warna kulit, serta ciri fisik lain pada Adam dan Hawa hanyalah ciri fisik dua orang saja, mengapa berbagai ras dengan ciri fisik yang sama sekali berlainan dapat muncul?”

Sebenarnya, yang menjadi dasar semua pertanyaan atau sangkalan itu adalah kurangnya pengetahuan tentang hukum-hukum genetika, atau ketidakperdulian mereka atas ilmu tersebut. Agar kita dapat memahami penyebab keragaman ras di dunia kini, kita harus lebih dahulu memahami “variasi”, suatu pokok bahasan yang terkait erat dengan pertanyaan ini.

Variasi adalah sebuah istilah dalam ilmu genetika, yaitu peristiwa genetis yang menyebabkan timbulnya perbedaan ciri-ciri satu atau sekelompok individu dalam suatu jenis atau spesies tertentu. Sumber variasi adalah informasi genetis yang dimiliki individu dalam spesies itu. Sebagai akibat perkawinan antar individu, informasi genetis itu bergabung dalam berbagai kombinasi pada generasi berikutnya. Terjadi pertukaran materi genetis antara kromosom ayah dan kromosom ibu. Jadi, gen saling bercampur-baur. Hasilnya, terdapat ciri-ciri individual yang sangat beragam.

Ciri-ciri fisik yang berbeda antar-ras manusia yang berbeda ditimbulkan oleh variasi yang terdapat dalam ras manusia. Semua orang di muka bumi memiliki informasi genetis yang pada dasarnya sama, namun ada yang bermata sipit, ada yang berambut merah, ada yang berhidung mancung, ada yang bertubuh pendek, tergantung sejauh mana potensi variasi informasi genetis ini.

Agar kita memahami potensi variasi ini, cobalah bayangkan sebuah masyarakat di mana kelompok individu berambut coklat dan bermata coklat lebih dominan, dibandingkan individu-individu berambut pirang dan bermata biru. Lama-kelamaan, sebagai hasil dari perbauran dan pernikahan silang, dihasilkan keturunan berambut coklat dan bermata biru. Dengan perkataan lain, ciri fisik kedua kelompok itu akan bergabung dalam keturunan berikutnya dan menghasilkan penampilan baru. Bila kita bayangkan ciri fisik lainnya pun berpadu seperti itu, sangatlah jelas bahwa akan muncul variasi yang sangat beragam.

Variasi-variasi manusia yang sangat beragam

 

Hal penting yang harus dipahami di sini adalah: Setiap ciri fisik ditentukan oleh dua buah gen. Salah satu gen mungkin lebih dominan, atau keduanya sama kuat. Contohnya, ada sepasang gen yang menentukan warna mata seseorang – satu gen dari ibu dan satunya lagi dari ayah. Warna mata orang tersebut ditentukan oleh gen yang dominan. Pada umumnya, warna gelap lebih dominan daripada warna terang. Jadi, bila seseorang memiliki gen mata coklat dan gen mata biru, maka warna matanya akan coklat, karena yang dominan adalah gen warna mata coklat. Namun gen yang bersifat resesif tetap diturunkan, dan mungkin muncul pada masa (generasi – terj.) selanjutnya. Dengan kata lain, pasangan ayah dan ibu yang keduanya bermata coklat dapat memperoleh anak bermata hijau. Hal ini disebabkan karena gen warna tersebut bersifat resesif dan terdapat pada kedua orangtua.

Kaidah ini berlaku juga untuk ciri-ciri fisik lain beserta gen-gen pengaturnya. Ratusan, bahkan ribuan ciri fisik, seperti telinga, hidung, bentuk mulut, tinggi badan, struktur tulang, dan struktur, bentuk serta sifat dari sebuah organ, kesemuanya diatur dengan cara yang serupa. Berkat hal ini, informasi tak terhingga yang terdapat di dalam struktur genetis dapat diturunkan ke generasi berikutnya, tanpa harus tampak dari luar. Adam, manusia pertama, dan Hawa, mampu menurunkan informasi yang kaya dalam struktur genetis mereka kepada keturunan mereka, walau yang tampak dari luar hanya sebagian saja. Isolasi geografis yang terjadi sepanjang sejarah manusia telah mengakibatkan ciri-ciri fisik tertentu terkumpul dalam suatu kelompok. Lama-kelamaan, masing-masing kelompok memiliki ciri tubuh yang khas, misalnya struktur tulang, warna kulit, tinggi badan, dan volume tengkorak kepala. Akhirnya, terbentuklah beragam ras.

Akan tetapi, tentunya waktu yang panjang tidak akan merubah satu hal. Tak menjadi soal, apa pun tinggi, warna kulit dan volume otak, seluruh ras adalah bagian dari spesies manusia.

b. Spesies yang Meragukan

Bentuk-bentuk yang memiliki sifat spesies dalam suatu tingkatan yang nyata, namun sangat mirip dengan bentuk lain atau yang sangat berkaitan dengan bentuk-bentuk lain melalui gradasi pengantar, yang oleh para naturalis tidak digolongkan sebagai spesies lain, ternyata dalam beberapa hal sangat penting bagi kita. Kita memiliki alasan untuk percaya bahwa banyak bentuk-bentuk meragukan dan yang tergabung erat memiliki sifat-seifat yang tersimpan secara permanen sampai lama.

Oleh Karena itu, dalam penentuan apakah suatu bentuk harus digolongkan sebagai spesies atau varietas , terdapat pada naturalis yang memiliki penilaian sehat serta pengalaman luas tampaknya menjadi satu-satunya bimbingan yang harus diikuti . bagaimanapun , dalam banyak kasus, kita harus memutuskannya lewat mayoritas para naturalis, karena varietas yang sudah tampak dikenal, dan yang tidak digolongkan sebagai spesies, dapat disebutkan paling tidak boleh beberapa penilaian yang berkompeten

Varietas-varietas dengan sifat yang meragukan yang menyimpang dari kebiasaan tidak dapat dipertentangkan , cobalah membandingkan  beberapa flora dari inggris, prancis dan amerika yang diambil oleh para ahli botani. Yang berbeda-beda dan liatlah betapa banyaknya bentuk-bentuk yang telah digolongkan oleh ahli botani yang satu sebagiai spesies yang baik, dan oleh para ahli botani lainnya sebagai varietas saja.H.C .Watson yang harus diberi ucapan terima kasih atas bantuan dalam berbagai hal , telah member tanda 182 tanaman untuk saya , yang umumnya dianggap sebagai varietas , tetapi oleh para ahli botani dimasukkan sebagi spesies. Waston juga mengabaikan sama sekali bebera genus yang sangat polimorfis. Pada genera, termasuk bentuk-bentuk yang sangat polimorfis, Babington memberikan 251 spesies sedangkan Benthen hanya memberikan 112, jadi ada selisih 139 bentuk-bentuk yang meragukan. Dikalangan bintang-bintang yang menyatu untuk keperluan kelahiran dan yang merupakan bentuk-bentuk meragukan yang banyak gerak serta yang oleh ahli zoology lainnya sebagai varietas, jarang ditemukan dinegara yang sama, tetapi umumnya didapatkan didaerah-daerah yang terpisah. Beberapa banyak burung serangga di Amerika Utara dan Eropa yang saling berbeda sedikit telah digongkan oleh seorang naturalis terkemuka sebagai spesies yang tidak diragukan dan oleh yang lain sebagai varietas, atau seperti sering mereka sebut sebagai ras geografis. Didalam beberapa naskah berbobot tentang berbagai binatang , lebih-lebih tentang Lepidoptera, yang mendiami pulau-pulau dikepulauan Malaya, Wallace menunjukkan bahwa binatang-binatang tadi bisa diklasifikasikan dalam empat klasifikasi pokok, yakni sebagai bentuk yang variable, sebagai bentuk local, sebagai ras geografis, dan sebagian spesies representative murni. Yang pertama atau bentuk yang variable berfariasi banyak di dalam batas-batas pulau yang sama . bentuk local culup konstan dan berbeda disetiap pulau dibandingkan bersama , perbedaannya tampak sangat sedikitdan bertahap, sehingga tidak mungkin untuk mendefinisikan atau menjelaskannya, meskipun pada saat yang sama berbentuk-bentuk ekstremnya cukup berlainan. Ras geografis atau sub-spesis adalah bentuk local yang sudah pasti dan terisolasi , tetapi karena yang satu dengan yang lain tidak berbeda oleh sifat-sifatnya yang penting dan mencolok , maka tidak ada tes kecuali pendapat pribadi yang memungkan untuk menentukan mana yang sianggap sebagai spesies dan mana yang dianggap sebagai varietas. Akhirnya, spesies respressentatif mengisi tempat yang sama dalam  ekonomi alam  dari setiap pulau seperti yang dilakukan oleh bentuk lokal dan sub-spesies. Namun karena mareka tidak dibedakan satu sama lain oleh banyaknya perbedaan kecuali ada diantara bentuk lokal dan sub-spesies, maka mereka hampir secara universal digolongkan sebagai spesies murni .namun, tidak ada kreteria tertentu yang bisa diberikan yang dipakai untuk mengenal bentuk yang dapat bervariasi, bentuk lokal, sub-spesies dan spesies representative.

 

c. Spesies yang Memiliki Cakupan Luas, Tersedia Umum dan Banyak Bervariasi

Dengan dibimbing oleh pertimbangan teoretis, saya berfikir bahwa beberapa hasil yang menarik dapat dicapai sehubungan dengan sifat serta relasi dengan spesies yang sangat berfariasi , dengan membuat table tentang semua varietas yang ada pada beberapa flora yang dikerjakan dengan baik . pertama-tama, hal ini tampak seperti tugas sederhana, tetapi  H.C. Watson, yang telah member saya nasehat serta dukungan yang berharga , sehingga saya berhutang budai padanya , segera meyakinkan saya bahwa terdapat banyak kesulitan , bahwa kesulitan mengenai istilah-istilah, sebagaimana yang dijumpai Dr. Hooker. Maka saya akan mempersiapkan diskusi mengenai kesulitan-kesulitan tersebut untuk karya yang akan dating, serta menyiapkan table jumlah yang proporsional dari spesies yang bervariasi, setelah ,membaca naskah saya secara seksama dan telah mengamati table-tabel. Dr. Hooker memperbolehklan saya untuk menambahkannya. Ia mendapatkan bahwa pertanyaan-pertanyaan berikut ini cukup mantap. Bagaimanapun, keseluruhan subyekyang dibicarakan dengan semestinya dan secara singkat masih sedikit membingungkan. Adanya sendirian-sendirian mengenai berjuang untuk hidup dan perbedaan sifat atau ciri tidak dapat dihindari, dan pertanyaan-pertanyaan  lain setelah itu harus didiskusikan.

Alphone, Candole, dan yang lain telah menunjukkan bahwa tanaman yang mempunyai jangkauan luas sekali pada umumnya memberikan varietas-varietas. Hal ini dapat diduga, karena tanaman-tanaman tersebut tampak pada kondisi-kondisi fisik yang bermacam-macam , dank arena tanaman-tanaman tersebut sudah bersaing dengn serangkaian makhul lainnya sebagaimana yang akan kit liat selanjutnya . hal ini merupakan lingkungan yang sama atau yang lebih penting . tetapi lebih lanjut , table saya menunjukkan  spesies-spesie yang sangat umum sehingga banyak terdapat dalam individu-individu, dan spesies-spesies yang sangat umum sehingga banyak terdapat dalam individu-iondividu , dan spesies-spesies yang tersebar luas dinegaranya sendiri (dan ini merupakan pemikiran yang berbeda dari jangkauan luas, dan untuk tingkatan tertentu dari kelaziman). Sering kali menimbulkan varietas yang cukup mantap untuk dicatat dalam karya tulis  botani. Oleh karena itu. Ini merupakan spesies yang tumbuh sanagt subur atau boleh dikatakan sangat dominan , spesies-spesies yang mempunyai cangkupan luas , sangat tersebar luas dinegaranya sendiri, dan memiliki jumlah banyak pada individu-individu ini sering menghasilkan varietas yang mencolok, atau saya mengharapkan sebagai spesies baru jadi. Mungkin hal ini bisa diantisipasi , karena selama varietas harus berjuang dengan penghuni lainnya yang ada disuatu Negara agar bisa menjadi permanen tingkatannya, spesies yang sudah dominan kemungkinan besar akan menghasilkan keturunan yang sedikit termodifikasi dan masih mewarisi keuntungan-keuntungan yang dimiliki tetuanya sehingga menjadi dominan atas sesame penghuni ditempat itu, mengenai kata-kata dominan harus dipahami bahwa referensinya diberikan hanya pada bentuk-bentuk yang ikut sering satu sama lain, lebih-lebih pada anggota-anggota dari genus yang sama atau golongan yang memiliki kebiasaan hidup yang hampir sama. Mengenai jumlah individu atau spesies umum, perbandingannya berhubungan dengan anggota-anggota dari kelompok yang sama, salah satu tanaman biasa dikatakan dominan pada individu lebih banyak dan jika lebih tersebar dimana-nama dari pada tanaman dari satu Negara yang hidup dalam kondisi yang hampir sama. Tanaman jenis ini tidak kalah dominan karena ada jamur yang bersifat parasit. Yang jumlahnya tak terhingga pada individu-individu dan lebih menyebar dimana-mana. Tetapi jika tanaman air atau jamur yang menjadi parasit sampai berlebihan dalam kelompoknya yang berkaitan tersebut diatas, maka akan menjadi dominan dalam golongannya sendiri.

Atas dasar kenyatan bahwa ini adalah hokum alam, saya kira kita dapat memahami jumlah fakta seperti berikut , yang tidak dapat dijelaskan pada pandangan lain. Siapa pun yang melakukan persilangan tahu betapa tidak menyenangkannya terkena basah pada waktu pembuahan bunga, akan tetapi banyak sekali bunga yang benamg sari dan stigmanya berlangsung  terpengaruh oleh keadaan udara! Jika persilangan yang kadang kala terjadi sangat penting , maka dipastikan bahwa benang sari dan putik bunga letaknya begitu berdekatan satu sama lain sehingga terjadi pembuahan sendiri : adanya kebebesan penuh bagi masuknya benang sari dari individu lain akan menjelaskan keadaan pernafasan organ tersebut diatas, sebaliknya banyak bungayang organ pembuahannya tertutup rapat, seperti yang terdapat pada keluarga besar papilionaceous. Tetapi ini hampir selalu memberikan berbagai keindahan dan adaptasi sehubungan dengan kedatangan serangga. Begitu pentingnya kunjungan lebah bagi banyak bunga papilionaceous, sehingga kesuburannya akan sangat berkurang jika kunjungan ini dicegah. Nah, hampir tidak memungkinnkan bagi serangga untuk terbang dari bunga yang satu ke bunga lain dengan tidak membawa serbuk sari dan bunga satu kebunga yang lain untuk kepentingan tanaman,

Serangga bekerja seperti pensil bulu unta, dan untuk memperoleh kesuburan (keturunan) maka cakup  dengan menyatu benang sari dari sekuntum bunga dan putik dari bunga yang lain bulu-bulu sikatnya yang sama. Akan tetapi hal ini tadakboleh diartikan bahwa dengan begitu maka lebah akan membuat banyak sekali blasteran antara spesies yang berbeda, karena jika serbuk sari tanaman sendiri dan serbuk sari tanaman itu sendiri dan serbuk sari bunga yang pertama akan terlalu kuat dan selalu merusak serbuk sari bunga dari tanaman lain sebagaimana yang telah diperlihatkan oleh Gartner mengenal pengaruh serbuk sari dan tanaman lain .bila putik bunga meloncat kearah banang sari , atau bergerak  perlahan-lahan mendekati usaha tersebut tampaknya hanya untuk beradaptasi agar bisa melakukan perbuatan sendiri . dari ini sudah jelas berguna untuk tujuan ini. Pekerjaan serangga sering kali diperlakukan untuk mendorong putik meloncat mendekat, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Kolreuter tentang kasus barberry. Dan genus ini tanpaknya memiliki kemampuan khusus untuk melakukan pembuahan sendiri. Telah amat terkenal bahwa, jika bentuk atau varuetas yang sangat terpadu ditanam secara berdekatan satu sama lain, maka kiranya hampir tidak mungkin untuk menghasilkan benih yang murni, maka sebagian besar mereka melakukan persilangan secara alami, didalam banyak kasus lainnya, terdapat usaha atau kemampuan khusus yang berhasil mencegah stigma bunga menerima serbuk sari dari bunga yang sama, seperti yang dapat saya perhatiakan dalam karya Sprengel dan penulis lainnya. Dan juga dari hasil pengamatan saya sendiri . misalnya, pada bunga Lobelia Fulgens, terdapat usaha atau kemampuan yang sempurna dan bagus, dengan ini seluruh butir serbuk sari yang begitu banyak jumlahnya tersapu bersih dari benang sari yang melekat menjadi satu pada setiap bunga sebelum stibuk sargma bunga individu tersebut siap menerima serbuk sari tadi . dan oleh karena bungan ini tidak pernah dikunjungi serangga, paling tidak yang terdapat eikebun saya sendiri maka kemampuan sendiri bunga itu tak pernah menghasilkan biji , wallaupun dengan menepatkan serbuk-serbuk sari itu dari satu bunga ke setigma  bunga lain, saya dapat menghasilkan banyak benih , pada berbagai kasus lainya, meskipun tidak terdapat kemauan mekanisme khusus untuk mencegah stigma bungan untuk menerima serbuk sari dari bunga yang sama, namun sebagaimana yang telah diperhatiakan oleh sprengel, dan belum lama ini oleh Hilderand, dan penulis-penulis lainya , dan yang dapat sama terima, benang sari bisa meletup sebelum stigma siap akan tetapi serbuk sari bunga yang belum siap, sehingga jenis tanaman yang diberi nama tanaman “dichogamous” memiliki kelamin terpisah , dan persilangan bisa dilakukan . dengan demikian pula halnya dengan tanaman dimofik dan trimofik secara timbale balik yang telah disebutkan sebelumnya. Betapa anehnya fakta ini! Betapa ginjilnya bahwa serbuk sari dan permukaan stigma dari bunga yang sama, ketidakpun diletakkan saling berdekatan sekali dan seolah-olah dalam banyak hal, tujuan serupa untuk melakukan pembuahan sendiri tidak ada gunanya bagi keduanya, berupa sederhananya fakta-fakta ini jika ditengerai atas dasar persilangan yang kadang-kadang terjadidan menguntungkan serta amat penting amat penting bagi individu yang berbeda!

 

4. Hukum-hukum Variasi

a. Dampak Terpakai dan Tidak Terpakainya Bagian Sebagaimana Dikendalikan oleh Seleksi Alam

Dari fakta-fakta diketahui bahwa tidak terpakainya binatang-binatang piaraan telah memperkuat serta memperluas bagin-bagian tertentu, sedangkan jika tidak terpakai telah memperlemah, dan bahwa modifikasi-modifikasi semacam itu diwariskan. Di alam bebas, kita tidak mempunyai standar perbandingan untuk menentukan dampak terpakainya dan tidak terpakainya bagian yang sudah berlangsung lama ini, karena kita tidak tahu bentuk-bentuk serta leluhurnya. Namun banyak binatang mempunyai struktur yang bisa diterangkan dengan baik lewat dampak ketiadaan pemakaian. Seperti yang dikemukakan oleh Profesor Owen, tidak ada keanehan yang lebih besar pada burung yang tidak bisa terbang di alam bebas, namun di Negara ini ada beberapa burung seperti itu. Itik yang suka berkelahi dari Amerika Selatan hanya dapat mengepak-ngepakan sayapnya di atas permukaan air, dan mempunyai sayap yang kondisinya hampir sama dengan itik Aylesbury yang dipelihara. Menurut Cunningham, fakta yang menonjol ialah bahwa burung-burung yang masih muda dapat terbang, sedangkan yang dewasa justru kehilanga daya untuk terbang. Karena sebagian burung mencari makanannya di tanah, jarang terbang, kecuali untuk meloloskan diri dari mara bahaya, ada kemungkinan bahwa keadaan hampir tak bersayap dari beberapa burung tadi disebabkan oleh tidak dipakainya sayap, burung-burung ini tinggal dan diam di beberapa pulau samudera yang tidak di huni burung-burung buas. Burung unta selalu tinggal di daratan, dan untuk menghadapi bahaya, ia tidak dapat meloloskan diri dengan terbang, tetapi ia bisa mempertahankan diri dengan menyepak musuhnya dengan tangkas seperti yang dilakukan binatang berkaki empat. Kita boleh jadi percaya bahwa nenek moyang genus burung onta mempunyai kebiasaan seperti burung bustard, dan bahwa dari generasi ke generasi ukuran serta beratnya semakin bertambah, kakinya lebih sering dipakai sehingga mahirnya mereka tidak dapat terbang.

Dalam beberapa kasus, kita mungkin dapat megatakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh modifikasi tidak terpakainya struktur, terutama oleh karena seleksi alam. Wollaston telah menemukan buktu yang amat penting bahwa 200 ekor kumbang, dari 550 spesies (tetapi lebih banyak yang tidak diketahui yang tinggal di madeira) sayapnya lumpuh sehingga tidak dapat terbang, dan bahwa dari 29 genus endemic, tidak kurang dari 23 spesies yang mengalami kondisi yang sama. Beberapa fakta mengatakan bahwa kumbang di berbagai tempat di dunia ini tertiup topan sampai ke laut dan mati; bahwa kumbang di Madeira sebagaimana yang dilihat oleh Wollaston, pada bersembunyi sampai badai reda dan matahari bersinar kembali. Bahwa proporsi kumbag bersayap lebih banyak tinggal di gurun daripada yang tinggal di Madeira sendiri dan terutama adanya faktor luar biasa yang ditandaskan dengan kuat oleh Wallaston sendiri, bahwa sejumlah besar kelompok kumbang yang bergitu banyak jumlahnya mungkin di tempat lain mutlak perlu menggunakan sayap, tetapi di tempat ini hampir tidak meggunakan sama sekali, beberapa keadaan ini memberikan fakta bahwa keadaan tanpa sayap yang menimpa banyak kumbang di Madeira disebabkan terutma oleh pegaruh seleksi alam, mungkin digabung dengan tidak dipakainya sayap. Lewat generasi secara terus-menerus setiap kumbang yang secara individu jarang sekali terbang karena tidak sempurnannya perkembangan sayap atau karena kebiasaan malas terbang. Justru memunyai kesempatan baik untuk selamat dan tetap hidup, karena tidak tertiup oleh angin topan masuk laut. Sebaliknya yang bersayap sempurna dan pandai terbang paling sering tertiup badai dan mati dilaut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kota Madeira

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kumbang Tak bersayap dan Kumbang Bersayap

 

 

 

b. Aklimatisasi

Kebiasaan yang berlaku turun-temurun pada tanaman, seperti pada saat berbunga, pada waktu tidur, pada saat diperlukan sejumlah air bagi biji untuk bisa tumbuh, dan sebagainya, dialami oleh semua tumbuhan. Sebagaimana sangat lezim bagi spesies berbeda yang termasuk genus yang sama untuk tumbuh di negeri-negeri yang beriklim panas dan berhawa dingin, apabila benar bahwa semua spesies dari genus yang sama berasal dari satu bentuk tetua tunggal, maka penyusunan terhadapa lingkungan pasti telah terjadi secara turun temurun dan telah berlangsung lama.

Penelitian dari H.C Watson terhadap spesies tanaman dari eropa yang didatangkan dari Azores ke Inggris bisa dikemukakan fakta otentik tentang spesies yang tersebar luas, menurut tarikh sejarah, meliputi daerah panas dan dingin, dan sebaliknya; akan tetapi kita tidak tahu pasti apakah binatang-binatang ini sangat beradaptasi dengan iklim asalnya, meskipun dalam semua kasus yang bersifat umum kita beranggapan bahwa kasusnya memang demikian; kita juga tidak tahu apakah binatang-binatang tadi akhirnya telah menyesuaikan diri khususnya terhadap tempat kediamannya yang baru, supaya lebih cocok daripada sewaktu mereka datang untuk pertama kalinya dahulu.

Pada umumnya, kita bisa menarik kesimpulan bahwa kebiasaan, atau pemakaian dan tidak adanya pemakaian dalam beberapa hal, telah memainkan peranan penting dalam modifikasi kerangka dan konstitusi, akan tetapi dampaknya seringkali sangat terkombinasi dengan seleksi alam dari variasi-variasi yang ada sejak lahir dan kadang-kadang terlalu dikuasai oleh seleksi alam tersebut.

c. Variasi yang Saling Berhubungan

Yang dimaksudkan dengan ungkapan ini adalah bahwa seluruh organisme atau sangat terikat satu sama lain selama pertumbuhan dan perkembangannya sehingga apabila terjadi sedikit variasi pada bagian manapun dan terakumulasi melalui seleksi alam, maka bagian lain pun termodifikasi.

Salah satu kasus riil yang paling jelas adalah bahwa variasi struktur pada larva secara alami cenderung mempengaruhi struktur binatang di alam bebas. Beberapa bagian tubuh yang proporsional dan yang pada periode embrio awal sama strukturnya, dan yang perlu ditampakkan pada kondisi serupa, tampaknya sangat mudah berubah dengan cara serupa.

d. Struktur Ganda, Rudimen, dan Sederhana yang Bisa Bervariasi

Seolah-olah sudah menjadi peraturan, sebagaimana yang dikemukakan Is. Geoofroy St. Hilaire, baik mengenai varietas maupun spesies, bahwa apabila bagian atau organ mana pun diulang berkali-kali pada individu yang sama seperti tulang belakang pada ular dan kepala putik pada bunga polyandrous, jumlahnya bisa bervariasi. Sedangkan bagian atau organ yang sama, jika itu terjadi pada jumlah lebih sedikit, beberapa ahli botani mengungkapkan bahwa bagian-bagian yang bersifat ganda sangat mudah berubah strukturnya. Karena “pengulangan vegetative” adalah suat tanda organisasi yang sederhana, seperti yang dikatakan oleh Profesor Owen, maka pernyatan-pernyatan yang terdahulu sesuai dengan pendapat umum para naturalis yakni bahwa makhluk yang masih bertataran rendah menurut skala alam lebih bervariasi daripada yang tatarannya lebih tinggi. Yang dimaksud dengan tataran rendah di sini adalah bahwa beberapa bagian struktur organisasi agak lebih dikhususkan untuk fungsi-fungsi tertentu, dan selama bagian yang sama itu harus melakukan pekerjaan berbeda, barangkali kita dapat memahami mengapa tetap bervariasi, yakni mengapa seleksi alam tidak melindungi atau menolak setiap adanya penyimpangan dalam bentuk ketika organ atau bagian harus melakukan pekerjaanya untuk tujuan tertentu. Sama halnya dnegan sebilah pisau yang harus digunakan untuk memotong segala macam barang, bisa jadi bentuknya beraneka ragam, sedangkan alat untuk tujuan tertentu harus berbentuk khusus. Kita jangn pernah melupakan bahwa seleksi alam dapat bertindak sendirian melalui dan untuk kepentingan semua makhluk hidup.

Bagian rudiment, sebagaimana kita ketahui secara umum, cenderung amat bervariasi. Kita harus kembali lagi pada masalah ini, dan menambahkan bahwa keanekaragaman tersebut rupanya karena tidak dimanfaatkan, dank arena seleksi alam, maka tidak memilikikekuatan untuk mengecek penyimpangan yang terjadi pada strukturnya.

e. Ciri-ciri Khusus Lebih Bervariasi dari Ciri Umum

Contoh dari permasalah ini adalah jika dalam sebuah genus besar tumbuhan beberapa spesies mempunyai bunga berwarna biru dan beberapa yang lain memiliki bunga berwarna merah, maka warna tersebut hanya merupakan cirri khusus, dan tak seorang pun akan merasa heran terhadap terhadap spesies biru yang berubah menjadi merah, atau sebaliknya. Tetapi bila semua spesies mempunyai bunga berwarna biru, maka warna tersebut akan menjadi cirri umum dan variasinya akan menjadi keadaan yang luar biasa.

Fakta ini menunjukkan bahwa cirri umum, jika merosot nilainya, dan hanya bernilai khusus, seringkali menjadi bervariasi walaupun arti pentingnya menurut fisiologis mengkin tetap sama. Atau dengan kata lain semakin tidak normal perbedaan organ dalam berbagai spesies dan kelompok yan sama, semakin mudah terjadi penyimpangan pada individu.

f. Spesies yang Berbeda Menunjukkan Ciri yang Serupa

Pernyatan ini akan mudah dimengerti dengan melihat kembali kepada ras binatang piaraan kita. Ras jenis burung merpati yang paling menonjol tersebar luas di berbagai Negara memperlihatkan sub-variasi dengan bulu kepala yang berubah, dan bulu pada kaki, karakter atau cirri yang tidak dimiliki oleh burung serupa pada dua jenis ras yang berbeda atau lebih. Seringkali adanya 14 atau bahkan 16 bulu ekor pada burung merpati puter bisa dianggap sebagai variasi yang mencerminkan struktur normal dari ras merpati lain, yaitu fantail (merpati ekor kipas).

5. Variasi Genetik sebagai Dasar Evolusi dan Mutasi

a. Pengertian, Macam-macam dan Sebab-sebab Mutasi

 

 

Penggandaan pada kromosom

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mutasi adalah perubahan pada struktur kimia gen yang bersifat turun-temurun yang terjadi bisa secara spontan atau tidak spontan oleh zat kimia, radiasi sinar radioaktif, terinfeksi virus, dan lain sebagainya.

Mutasi dapat melibatkan duplikasi fragmen DNA yang besar, yang merupakan sumber utama bahan baku untuk gen baru yang berevolusi, dengan puluhan sampai ratusan gen terduplikasi pada genom hewan setiap satu juta tahun. Kebanyakan gen merupakan bagian dari famili gen leluhur yang sama yang lebih besar.

Gen dihasilkan oleh beberapa metode, umumnya melalui duplikasi dan mutasi gen leluhur, atau dengan merekombinasi bagian gen yang berbeda, membentuk kombinasi baru dengan fungsi yang baru. Sebagai contoh, mata manusia menggunakan empat gen untuk menghasilkan struktur yang dapat merasakan cahaya: tiga untuk sel kerucut, dan satu untuk sel batang; keseluruhannya berasal dari satu gen leluhur tunggal. Keuntungan duplikasi gen (atau bahkan keseluruhan genom) adalah bahwa tumpang tindih atau fungsi berlebih pada gen ganda mengijinkan alel-alel dipertahankan (jika tidak akan membahayakan), sehingga meningkatkan keanekaragaman genetika.

 

 

 

 

 

 

Aglonema Gading Mas, Hasil Mutasi

 

 

Perubahan pada bilangan kromosom dapat melibatkan mutasi yang bahkan lebih besar, dengan segmen DNA dalam kromosom terputus kemudian tersusun kembali. Sebagai contoh, dua kromosom pada genus Homo bersatu membentuk kromosom 2 manusia; pernyatuan ini tidak terjadi pada garis keturunan kera lainnya, dan tetap dipertahankan sebagai dua kromosom terpisah.[38] Peran paling penting penataan ulang kromosom ini pada evolusi kemungkinan adalah untuk mempercepat divergensi populasi menjadi spesies baru dengan membuat populasi tidak saling berkembang biak, sehingga mempertahankan perbedaan genetika antara populasi ini.

Urutan DNA yang dapat berpindah pada genom, seperti transposon, merupakan bagian utama pada bahan genetika tanaman dan hewan, dan dapat memiliki peran penting pada evolusi genom. Sebagai contoh, lebih dari satu juta kopi urutan Alu terdapat pada genom manusia, dan urutan-urutan ini telah digunakan untuk menjalankan fungsi seperti regulasi ekspresi gen. Efek lain dari urutan DNA yang bergerak ini adalah ketika ia berpindah dalam suatu genom, ia dapat memutasikan atau mendelesi gen yang telah ada, sehingga menghasilkan keanekaragaman genetika.

Gejala alam yang mengarah pada bentuk dan struktur tubuh dari populasi suatu organisme sehingga mengalami evolusi disebut mutasi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Hugo de Vries, seorang ahli botani Belanda bahwa variasi genetik merupakan akibat dari mutasi gen yang menyebabkan terjadinya evolusi. Mutasi dapat mengubah informasi genetik terhadap individu baru dan menambah jumlah variasi dalam suatu populasi. Banyak sekali mutasi terjadi dalam organisme yang telah mampu beradaptasi dengan alam dan hanya sedikit mutasi yang mendatangkan keuntungan bagi individu-individu yang mengalaminya. Sebaliknya, banyak mutasi yang merusak dan menyebabkan kematian. Organisme yang telah mampu beradaptasi dengan alam, tiba-tiba harus memiliki bagian-bagian tubuh yang tidak harmonis dengan lingkungan. Tentu saja organisme tersebut harus tersisih dari lingkungannya. Bagi organisme mutan yang beruntung, ia akan terus bertahan hidup, mewariskan gen mutannya turun-temurun kepada generasi baru. Hal ini dapat digambarkan dalam bagan berikut ini:

 

 

 

 

Bagan Proses Evolusi karena Mutasi

 

Bagan tersebut di atas digambarkan sebagai proses evolusi karena mutasi. Generasi baru akan semakin bervariasi apabila di antara mutan yang subur (fertil) dapat melakukan perkawinan dan membentuk rekombinan. Sekarang, manusia dengan kecanggihan ilmunya dapat membuat evolusi cepat dengan adanya rekayasa genetik sehingga mampu menciptakan varian baru atau mutan buatan dalam waktu singkat.

Sebenarnya mutasi dapat dikatakan sebagai sumber terbentuknya varian karena hasil mutasi tetap dapat diwariskan. Dengan demikian, perubahan sifat pun tampak pada varian dari generasi ke generasi. Namun, tidak semua produk mutasi dapat menghasilkan keturunan (subur) sebab umumnya mutan bersifat steril. Darwin dari hasil penelitiannya mengemukakan pendapat pendapatnya bahwa variasi-variasi yang dapat diwariskan merupakan bahan mentah dari perubahan struktur yang bersifat revolusioner, termasuk variasi akibat mutasi. Bukti-bukti menunjukkan bahwa mutasi terjadi secara sembarang tempat, sembarang waktu, di luar keteraturan sistem kehidupan sehingga menambah keragaman jenis makhluk hidup. Apa pun hasil mutasi, sebenarnya Sang Maha Pencipta tidak pernah sia-sia menciptakan sesuatu. Sama halnya dengan gen-gen lainnya, gen mutan di dalam populasinya juga mengalami seleksi alam terus-menerus. Sementara melewati proses seleksi, seluruh varian memiliki risiko mutasi menjadi varian baru, yang sesuai ataupun tidak sesuai dengan kondisi lingkungannya. Namun, jangan lupa bahwa pada setiap organisme selalu ada gen yang diwariskan dari tetua kepada keturunannya dan gen ini tidak mengalami mutasi, tidak juga mengalami kepunahan akibat seleksi alam. Artinya, di sepanjang lintas evolusi ada saja gen yang eksis secara abadi, selalu adaptif terhadap berbagai perubahan alam sehingga kita dapat melihat dengan jelas adanya kekerabatan struktur tubuh di antara berbagai kelompok organisme. Persis seperti yang digambarkan oleh Linnaeus dan Darwin, evolusi biologi itu seperti sebuah pohon yang memiliki cabang utama dan ranting-rantingnya.

Peristiwa mutasi gen dapat tidak menyebabkan perubahan pembentukan asam amino sehingga tidak menimbulkan efek yang berarti. Namun, jika mutasi gen menyebabkan perubahan pembentukan asam amino maka fungsi gen tersebut juga berubah. Perubahan fungsi ini dapat diamati melalui kelainankelainan yang terjadi pada individu yang mengalami mutasi. Bagaimana peristiwa mutasi dapat menyebabkan terjadinya evolusi? Setiap sel makhluk hidup dapat mengalami mutasi setiap saat, tetapi tidak semua mutasi dapat diwariskan pada keturunannya. Mutasi yang terjadi pada sel soma (sel tubuh) tidak akan diwariskan. Setelah individu yang mengalami mutasi meninggal maka mutasi yang terjadi juga akan menghilang bersamanya. Sementara itu, mutasi yang terjadi pada sel-sel kelamin akan diwariskan pada keturunannya. Adanya bahanbahan mutagen dalam gonad dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada sel kelamin jantan (sperma) dan sel kelamin betina (ovum). Dengan demikian, gen yang bermutasi akan selalu ada dalam setiap sel keturunan. Setiap spesies makhluk hidup memiliki sifat genotip dan fenotip (fisik) yang berbeda. Gen-gen yang menentukan fenotip individu tersimpan di kromosom dalam nukleus. Gen-gen sendiri tersusun dalam DNA (asam deoksiribonukleat). Sementara itu, DNA disusun oleh nukleotida yang terdiri dari basa nitrogen, gula deoksiribosa, dan fosfat. Perubahan yang terjadi pada susunan kimia DNA dapat mengakibatkan perubahan sifat individu. Perubahan ini disebut mutasi gen.

Sadar bahwa seleksi alam tidak berfungsi mendorong terjadinya evolusi, evolusionis lalu memunculkan konsep “mutasi” dalam teori mereka di abad ke-20. Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada gen makhluk hidup karena pengaruh luar seperti radiasi. Evolusionis menyatakan perubahan ini menyebabkan organism berevolusi. Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menolak pernyatan ini, sebab semua mutasi yang pernah diketahui, hanya menyebabkan kerugian pada makhluk hidup. Semua mutasi yang terjadi pada manusia mengakibatkan kelainan

mental maupun fisik seperti mongolisme (Down’s Syndrome), albinisme (albino), dwarfisme(tubuh pendek), atau penyakit lain seperti kanker.

Alasan lain mengapa mutasi mustahil menyebabkan makhluk hidup berevolusi adalah mutasi tidak menambahkan informasi genetis baru pada suatu organisme. Mutasi menyebabkan susunan informasi genetis yang telah ada menjadi berubah secara acak, mirip seperti mengocok kartu. Dengan kata lain, tidak ada informasi genetis baru yang dimunculkan oleh mutasi. Namun, teori evolusi menyatakan bahwa informasi genetis makhluk hidup bertambah seiring dengan waktu. Sebagai contoh, bakteri dengan struktur sangat sederhana tersusun atas 2.000 jenis protein yang berbeda, sedangkan manusia memiliki 100.000 jenis protein. Tepatnya 98.000 protein baru harus “didapatkan” agar sebuah bakteri berevolusi menjadi manusia. Jadi, protein-protein ini tidak mungkin terbentuk melalui mutasi, sebab mutasi tidak dapat menambahkan apa pun pada rantai DNA.

Tidak mengherankan jika sejauh ini tak pernah diamati satu mutasi pun yang mampu memperbaiki informasi genetis dari suatu bentuk kehidupan mana pun. Kendatipun dirinya seorang evolusionis, mantan Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis, Pierre Paul Grassé, membuat pengakuan berikut ini: “Tidak peduli seberapa banyak mutasi yang ada, mutasi ini tidak menghasilkan bentuk evolusi apa pun”.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kelainan yang Nampak pada bayi “Kembar Siam” manusia disebabkan oleh mutasi. Tubuh katak kembar yang masih saling melekat saat lahir ini memperlihatkan kepada kita akibat dari mutasi.

 

Mutasi diartikan sebagai pemutusan atau penggantian yang terjadi pada molekul DNA, yang ditemukan dalam inti sel dari setiap makhluk hidup dan memuat semua informasi genetik darinya. Pemutusan atau penggantian ini diakibatkan oleh pengaruh-pengaruh luar seperti radiasi atau reaksi kimiawi. Setiap mutasi adalah sebuah “kecelakaan”, dan merusak nukleotida-nukleotida penyusun DNA atau mengubah kedudukan mereka. Hampir selalu, mereka menyebabkan kerusakan dan perubahan yang sedemikian besar sehingga sel tidak bisa memperbaikinya.

Mutasi, yang sering dijadikan tempat berlindung evolusionis, bukan sebuah tongkat sulap yang bisa merubah makhluk hidup ke bentuk yang lebih maju dan sempurna. Dampak langsung mutasi adalah membahayakan. Perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh mutasi hanya akan serupa dengan apa yang dialami penduduk Hiroshima, Nagasaki, dan Chernobyl: yaitu kematian, cacat, dan kelainan tubuh…

Alasan di balik ini sangatlah sederhana: DNA memiliki struktur sangat kompleks, dan perubahan-perubahan acak hanya akan merusakkannya. Ahli biologi B. G. Ranganathan menyatakan:

Pertama, mutasi asli sangat jarang terjadi di alam. Kedua, kebanyakan mutasi adalah berbahaya karena terjadi secara acak, bukan secara teratur merubah struktur gen; setiap perubahan acak dalam suatu sistem yang sangat tertata rapi hanya akan memperburuk, bukan memperbaiki. Sebagai contoh, jika gempa bumi menggoncang struktur yang tertata rapi seperti gedung, akan terjadi perubahan acak pada kerangka bangunan tersebut yang, dapat dipastikan, tidak akan merupakan suatu perbaikan.


Kaki yang cacat, hasil mutasi.

 

 

Tidak mengherankan, tak satupun mutasi bermanfaat telah teramati sejauh ini. Semua mutasi telah terbukti berbahaya. Ilmuwan evolusionis, Warren Weaver, mengomentari laporan yang disusun oleh Committee on Genetic Effects of Atomic Radiation (Komite Dampak Genetik dari Radiasi Atom), yang dibentuk untuk menyelidiki mutasi yang mungkin terjadi akibat senjata nuklir pada Perang Dunia II :

Banyak yang akan tercengang oleh pernyataan bahwa hampir semua gen termutasi yang telah dikenal ternyata membahayakan. Jika mutasi adalah bagian yang diperlukan dari proses evolusi, bagaimana mungkin suatu pengaruh baik—evolusi ke bentuk kehidupan yang lebih tinggi—dihasilkan dari mutasi yang umumnya membahayakan?

Setiap usaha yang dilakukan untuk “menghasilkan mutasi yang bermanfaat” berakhir dengan kegagalan. Selama puluhan tahun, evolusionis melakukan berbagai percobaan untuk menghasilkan mutasi pada lalat buah, karena serangga ini berkembang biak sedemikian cepat sehingga mutasi akan lebih cepat terlihat. Keturunan demi keturunan lalat buah ini dimutasikan, namun tak satu pun mutasi bermanfaat yang teramati. Ahli genetika evolusionis, Gordon Taylor, akhirnya menulis:

Adalah sebuah kenyataan menarik, tetapi tidak sering disebutkan bahwa, meskipun para ahli genetika telah mengembangbiakkan lalat buah selama lebih dari 60 tahun di laboratorium seluruh dunia—lalat yang menghasilkan keturunan baru setiap sebelas hari—mereka tidak pernah melihat munculnya spesies baru atau bahkan enzim baru.

Sejak awal abad ke-20, ahli biologi evolusi telah mencari-cari contoh mutasi menguntungkan dengan menciptakan lalat mutan. Tetapi, usaha ini selalu menghasilkan makhluk yang sakit dan cacat. Gambar kiri menunjukkan kepala seekor lalat buah yang wajar, dan gambar kanan menunjukkan kepala lalat buah dengan kaki yang keluar darinya, hasil mutasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Peneliti lainnya, Michael Pitman, berkomentar tentang kegagalan percobaan-percobaan yang dilakukan pada lalat buah:

Morgan, Goldschmidt, Muller, dan ahli genetika yang lain telah menghadapkan beberapa lalat buah pada kondisi ekstrim seperti panas, dingin, terang, gelap dan perlakuan dengan zat kimia serta radiasi. Semua jenis mutasi, semuanya hampir tak berarti atau benar-benar merugikan, telah dihasilkan. Inikah evolusi buatan manusia? Tidak juga: Hanya sebagian kecil dari monster buatan para ahli genetika tersebut yang mungkin mampu bertahan hidup di luar botol tempat mereka dikembangbiakkan. Pada kenyataannya mutan-mutan tersebut mati, mandul, atau cenderung kembali ke jenis asalnya.

 

 

Katak mutan lahir dengan kaki pincang.

 

Hal yang sama berlaku bagi manusia. Semua mutasi yang teramati pada manusia menghasilkan kerugian. Semua mutasi yang terjadi pada manusia mengakibatkan cacat fisik, dalam bentuk penyakit mongolisme, sindroma Down, albinisme (bulai), cebol atau kanker. Jelaslah, sebuah proses yang membuat manusia cacat atau sakit tidak mungkin menjadi “mekanisme evolusi” – evolusi seharusnya menghasilkan bentuk-bentuk yang lebih mampu bertahan hidup.

Ahli penyakit Amerika David A. Demick mencatat sebagai berikut dalam sebuah artikel ilmiah tentang mutasi:

Ribuan penyakit manusia yang berhubungan dengan mutasi genetik telah dicatat pada beberapa tahun terakhir, dan lebih banyak lagi yang sedang dikaji. Sebuah buku rujukan terbaru genetika kedokteran mendaftar sekitar 4500 penyakit genetik yang berbeda. Beberapa gejala menurun yang diketahui secara klinis di masa sebelum analisa genetika molekuler (seperti gejala Marfan) sekarang ternyata diketahui berbeda jenis; yaitu berhubungan dengan berbagai mutasi yang berbeda… Dengan sederetan penyakit manusia yang disebabkan oleh mutasi ini, apakah dampak baiknya? Dengan ribuan contoh mutasi berbahaya yang ada, tentunya dimungkinkan memperlihatkan beberapa mutasi berguna jika saja evolusi makro benar. Hal ini [mutasi berguna] akan diperlukan bukan hanya untuk evolusi ke bentuk lebih kompleks, tapi juga untuk mengurangi dampak buruk dari banyak mutasi berbahaya. Tetapi, ketika tiba saatnya untuk menunjukkan mutasi berguna, ilmuwan-ilmuwan evolusionis anehnya hanya bungkam.

 

 

 

 


 

Bentuk dan fungsi sel darah merah yang dirusak pada anemia sel-sabit.
Akibatnya, daya ikat oksigen sel berkurang
Lalat mutan dengan sayap yang cacat.

 

 

 

 

Satu-satunya contoh “mutasi berguna” yang diberikan oleh ahli biologi evolusi adalah penyakit yang dikenal sebagai anemia sel sabit. Pada penyakit ini, molekul hemoglobin, yang membawa oksigen dalam darah, rusak karena mutasi, dan mengalami perubahan bentuk. Akibatnya, kemampuan molekul hemoglobin untuk mengangkut oksigen benar-benar terganggu. Karena itu, penderita anemia sel sabit mengalami kesulitan bernapas. Namun demikian, contoh mutasi ini, yang dijabarkan dalam bab kelainan darah pada buku kedokteran, anehnya dinilai oleh sebagian ahli biologi evolusi sebagai “mutasi berguna”. Mereka mengatakan bahwa kekebalan terbatas terhadap malaria pada penderita anemia sel sabit adalah sebuah “hadiah” dari evolusi. Dengan alur pemikiran yang sama, seseorang bisa mengatakan bahwa, karena orang yang dilahirkan dengan kelumpuhan kaki genetik tidak mampu berjalan dan jadinya selamat dari kematian karena kecelakaan lalu lintas, maka kelumpuhan kaki genetik tersebut adalah sebuah ”sifat genetik yang menguntungkan”. Pemikiran seperti ini jelas-jelas tidak berdasar.

Jelaslah bahwa mutasi hanyalah suatu mekanisme yang merusak. Pierre-Paul Grasse, mantan ketua French Academy of Sciences, menjelaskan dengan gamblang dalam komentarnya tentang mutasi. Grasse, mengibaratkan mutasi sebagai “kesalahan menulis huruf ketika menyalin sebuah tulisan”. Dan sebagaimana mutasi, kesalahan huruf tidak bisa menghasilkan suatu informasi baru, tetapi hanya merusak informasi yang telah ada. Grasse menjelaskan kenyataan ini sebagai berikut:

Mutasi, di suatu saat, terjadi secara terpisah. Mutasi tidak saling melengkapi satu sama lain, ataupun menumpuk pada keturunan selanjutnya menuju arah tertentu. Mereka merubah apa yang telah ada sebelumnya, tetapi, walau bagaimanapun, mereka melakukannya secara tidak teratur,… Segera setelah beberapa ketidakteraturan, meskipun kecil, terjadi pada makhluk yang teratur, penyakit, dan kemudian kematian, akan mengikuti. Tidak mungkin ada penyatuan antara fenomena kehidupan dengan ketidakteraturan.

Jadi berdasarkan alasan tersebut, seperti yang Grasse katakan, “Tidak peduli berapa sering terjadi, mutasi tidak menghasilkan satu pun bentuk evolusi.

Efek Pleiotropik

Bukti terpenting bahwa mutasi membawa pada kerusakan adalah proses penyandian genetik. Hampir semua gen pada makhluk hidup yang sepenuhnya berkembang membawa lebih dari satu macam informasi. Sebagai contoh, satu gen mungkin mengatur sifat tinggi sekaligus warna mata pada suatu organisme. Ahli mikrobiologi, Michael Denton, menjelaskan sifat gen pada organisme tingkat tinggi seperti manusia ini, sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengaruh dari gen pada perkembangan secara tak terduga sering kali beragam. Pada tikus rumah, hampir semua gen warna kulit memiliki beberapa pengaruh pada ukuran tubuh. Dari tujuh belas mutasi warna mata yang dipicu sinar X pada lalat buah Drosophila melanogaster, empat belas diantaranya mempengaruhi bentuk organ kelamin betina, sifat yang orang akan kira tidak ada hubungannya dengan warna mata. Hampir setiap gen yang telah dipelajari pada organisme tingkat tinggi diketahui mempengaruhi lebih dari satu sistem organ, sebuah efek beragam yang dikenal sebagai pleiotropi. Seperti pendapat Mayr dalam Population, Species and Evolution: “Sangat diragukan apakah ada gen yang tidak pleiotropik pada organisme tingkat tinggi.”

Karena sifat struktur genetik makhluk hidup ini, setiap perubahan tak disengaja karena mutasi, pada gen mana saja dalam DNA, akan mempengaruhi lebih dari satu organ. Akibatnya, mutasi ini tidak akan terbatas pada satu bagian tubuh saja, tetapi akan memperlihatkan lebih banyak dampak merusaknya. Bahkan jika satu dari dampak ini ternyata menguntungkan, sebagai hasil dari kebetulan yang sangat jarang, pengaruh yang tidak bisa dihindari dari kerusakan yang disebabkannya akan jauh lebih terasa daripada manfaat tersebut.

Sebagai rangkuman, ada tiga alasan utama mengapa mutasi tidak memungkinkan terjadinya evolusi:

  1. Pengaruh langsung dari mutasi adalah membahayakan: Karena terjadi secara acak, mutasi hampir selalu merugikan makhluk hidup yang mengalaminya. Nalar kita mengatakan bahwa campur tangan tak berkesadaran [atau perubahan acak] pada sebuah struktur yang sempurna dan kompleks tidak akan memperbaiki struktur tersebut, tetapi malah merusaknya. Dan memang, tidak ada “mutasi berguna” yang pernah teramati.
  2. Mutasi tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme: Unsur-unsur penyusun informasi genetik menjadi terenggut dari tempatnya, hancur atau terbawa ke tempat lain. Mutasi tidak dapat memberi makhluk hidup organ atau sifat baru. Mutasi hanya mengakibatkan kecacatan seperti kaki yang muncul di punggung atau telinga di perut.
  3. Agar dapat diwariskan kepada keturunan selanjutnya, mutasi harus terjadi pada sel-sel perkembangbiakan organisme tersebut: Perubahan acak yang terjadi pada sel biasa atau organ tubuh tidak dapat diwariskan ke keturunan berikutnya. Sebagai contoh, mata manusia yang berubah akibat pengaruh radiasi atau sebab lain, tidak akan diwariskan kepada keturunan berikutnya.

Semua penjelasan yang diberikan di atas menunjukkan bahwa seleksi alam dan mutasi tidak memiliki pengaruh evolusi sama sekali. Sejauh ini, belum ada contoh yang dapat diamati dari “evolusi” yang diperoleh dengan cara ini. Kadang kala, ahli biologi evolusi menyatakan bahwa “mereka tidak bisa mengamati pengaruh evolusi dari mekanisme seleksi alam dan mutasi karena mekanisme ini hanya terjadi dalam jangka waktu yang sangat panjang”. Namun, alasan ini, yang hanya merupakan cara mereka menghibur diri, tidaklah berdasar, dalam pengertian bahwa hal demikian tidak memiliki landasan ilmiah. Selama hidupnya, seorang ilmuwan bisa mengamati ribuan keturunan makhluk hidup dengan masa hidup singkat seperti lalat buah atau bakteri, dan tetap tidak mengamati adanya “evolusi”. Pierre-Paul Grasse menyatakan hal berikut tentang tidak berubahnya bakteri secara alamiah, sebuah kenyataan yang menyanggah evolusi:

 

 

 

 

 

 

 

 

Bakteri Escherichia coli tak berbeda dengan spesimen yang berumur satu miliar tahun. Tak terhitung mutasi selama waktu yang panjang ini tidak mendorong ke perubahan struktur.

 

 

 

 

Bakteri… adalah organisme yang, karena jumlah besar mereka, menghasilkan paling banyak mutan. [B]akteri… menunjukkan kesetiaan besar pada spesies mereka. Bakteri Escherichia coli, yang mutan-nya telah dipelajari dengan teliti, adalah contoh terbaik. Pembaca akan setuju bahwa sungguh mengejutkan, paling tidak, [bahwa mereka] yang ingin membuktikan evolusi dan mengungkap mekanismenya ternyata kemudian memilih bahan untuk dipelajari suatu makhluk yang tidak berubah selama miliaran tahun! Apa gunanya mutasi mereka yang tak kenal berhenti, jika mereka tidak berubah [atau menghasilkan perubahan secara evolusi]? Secara keseluruhan, mutasi pada bakteri dan virus hanyalah perubahan warisan seputar kedudukan pertengahan; berayun ke kanan, ke kiri, tetapi pada akhirnya tidak ada pengaruh evolusi. Kecoa, yang merupakan salah satu kelompok serangga paling maju, sedikit banyak tetap tidak berubah sejak jaman Permian, tetapi mereka telah mengalami mutasi sebanyak Drosophila, serangga jaman Tersier.

Singkatnya, mustahil bagi makhluk hidup mengalami evolusi, karena tidak terdapat mekanisme di alam yang bisa menyebabkan evolusi. Lebih jauh lagi, kesimpulan ini sesuai dengan bukti catatan fosil, yang tidak menunjukkan adanya proses evolusi, tetapi malah sebaliknya.

 

 

b. Akibat Mutasi pada Generasi Turunan

Sebagian besar mutasi bersifat merugikan karena mutasi dapat mengubah atau merusak posisi nukleotida-nukleotida yang menyusun DNA. Perubahan-perubahan akibat mutasi banyak menyebabkan kematian, cacat, dan abnormalitas, seperti yang dialami penduduk Hiroshima, Nagasaki, dan Chernobyl. Kadang-kadang mutasi pada sel kelamin dapat mengakibatkan timbulnya sifat baru yang menguntungkan. Bila sifat baru tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungannya maka individu tersebut akan terus hidup dan mewariskan mutasi yang dialaminya kepada keturunannya.

Reaktor nuklir Chernobyl di Ukraina mengalami kebocoran pada tanggal 25 April 1989. Radiasi nuklir menyebar ke seluruh kawasan di Ukraina, tidak menutup kemungkinan meluas ke negara tetangga. Adanya kebocoran ini menyebabkan penduduk di daerah tersebut mengalami mutasi gen.

 

 

Korban Reaktor Nuklir Chernobyl

Manusia yang menderita kanker ganas

 

c. Variasi Fenotif dan Variasi yang Dihasilkan dari Mutasi Somatik

Variasi fenotif di dalam populasi dapat menyebabkan adanya seleksi (reproduksi differensial) diantara individu. Variasi ini belum tentu menunjukan adanya perbedaan-perbedan genetic. Jadi variasi yang dihasilkan oleh berbagai keadaan luar dalam waktu pertumbuhan atau disebabkan penyakit atau kecelakaan dapat dikenai oleh seleksi alam. Meskipun aksi seleksi alam pada segala macam variasi dapat mengubah komposisi suatu populasi di alam suatu waktu yang lama, tetapi hanyalah aksi dari variasi yang mencermikan perbedaan-perbedaan genetic yang mempunyai pengaruh jangka panjang.

Suatu variasi uang betul-betul fenotipik bukanlah suatu bahan baku (bahan dasar) bagi perubahan evolusi. Dapat dimengerti secara pengertian genetic, bahwa bentuk tubuh yang atletis dengan latihan-latihan keras, atau pembentukan daya pemikiran dengan belajar atau menjaga kesehatan dengan makanan yang seimbang atau pemeriksaan badan yang teratur, tidak dapat mengubah gen dalam sel kelamin. Gamet akan mengandung informasi genetic yang sama tanpa mengandung apakah seseorang telah mengalami latihan atau tidak. Ini berarti bahwa latihan, pendidikan, makanan, atau pengawasan medis tidak dapat mengubah pembawa sifat genetic. Jadi seleksi yang bekerja pada variasi yang dihasilkan seluruhnya dengan latihan, pendidikan, makanan, atau pengawasan medis tidak dapat mengubah atau menghasilkan evolusi secara biologis.

Terdapat suatu variasi genetik yang tidak berguna sebagai bahan baku evolusi. Hal ini adalah variasi yang disebabkan oleh mutasi somatic. Dapat terjadi bahwa suatu mutasi yang penting, terjadi pada sel ectoderm suatu embrio muda dari suatu binatang. Semua sel yang diturunkan dari sel yang mengalami mutasi dapat juga bersifat sel mutan. Hasil mutasi demikian akan menyebabkan perubahan besar-besaran pada system saraf, tetapi perubahan ini tidak dapat diturunkan kepada anak-anaknya sebab mutasi bukanlah terjadi pada sel kelamin. Sel ectoderm bukanlah sel yang akan menjadi gamet. Mutasi dari sel tidak dapat mengubah gen dari sel kelamin yang akan menghasilkan sel gamet. Jadi seleksi yang dihasilkan mutasi somatic tidak dapat menghasilkan suatu perubahan secara evolusi pada organism yang berbiak secara seksual.

Tanpa adanya data genetis yang cukup, beberapa ahli biologi pada abad yang lalu dan permulaan abad ini telah menolak pendirian, bahwa variasi fenotip atau mutasi somatic tidak dapat dipakai sebagai bahan baku untuk perubahan-perubahan evolusi. Hal-hal ini rupanya masih juga dimengerti oleh beberapa golongan bukan biologi pada waktu itu.

Selama ini yang telah kita singgung adalah teori evolusi oleh Darwin dan Wallace yang telah diubah dengan adanya penemuan-penemuan baru oleh para penyelidik yang kemudian menyusul. Teori di atas ternyata mempunyai saninga. Saingan dari teori Darwin dan Wallace adalah teori Lamarck. Menurut Lamarck dari pengikutnya, sifat-sifat somatik yang diperoleh individu selama waktu hidupnya dapat diturunkan kepada anak-anaknya. Jadi sifat-sifat dari setiap generasi akan ditentukan, paling tidak sebagian, oleh apa yang terjadi pada generasi sebelumnya, yakni dengan adanya perubahan yang oleh pengalaman, penggunaan, atau tidak bagian-bagian tubuh, dan juga kecelakaan. Jadi, perubahan evolusi ditafsirkan sebagai pengumpulan bertingkat –tingkat dari sifat-sifat yang diperoleh dalam jangka beberapa generasi. Contoh klasik adalah leher jerapah.

Mskipun hipotesis evolusi oleh sifat-sifat yang didapatnya yang diturunkan dianggap rendah oleh beberapa ahli biologi, pada mulanya hal ini dapat diterima secara logis. Tetapi hipotesis Lamarck tidak dapat menghadapi pembuktian riset secara ilmiah. Pada zaman Darwin mapun Lamarck, segala sesuatu mengenai genetic belum ada. Model dengan percobaanya belum muncul. Itulah sebabnya bagian-bagian tubuh yang berubah dapat diturunkan. Memang sejak zaman Yunani telah terdapat suatu anggapan bahwa butiran-butiran atau pangenes, dari semua bagian tubuh akan menjadi telur dan apa yang kita sebut sebagai spermatozoa.

Pandangan pangenesis dari Yunani inilah yang merupakan dasar genetis dari hipotesis Lamarck. Jika pelari jarak jauh mempunyai kaki yang tumbuh dengan baik, jadi pangenesis pada pelari dengan demikian dapat diubah. Jadi pelari membentuk spermatozoa, maka pangenesis dari otot kaki pada spermatozoanya akan berubah tipe yang sudah berubah dan akan menjadikan otot kaki anaknya berukuran besar. Satu hal yang menentang teori Lamarck adalah teori pangenesis dimana teori evolusi ini bergantung sepenuhnya. Kita mengetahui bahwa sel soma sama sekali tidak mempengaruhi genotif sel kelamin. Perubahan apapun pada sel soma tidak akan membawa perubahan-perubahan pada informasi keturunan di dalam gamet. Penurunan dari sifat-sifat didapat belum pernah dibuktikan. Dapatlah kita anggap bahwa teori Lamarck tidak lagi benar.

 

B. Kompleksitas Organisasi Seluler dan Gen

1. Data Penting Menyangkut Organisasi Biokimia Sel

Perubahan- perubahan kimiawi terus berlangsung di dalam setiap sel. Zat hidup yang terkandung di dalam sel itu terus terperbaharui dan sel-sel tersebut memperbaharui diri dengan melakukan pembagian di dalam organ-organnya, sebagian diantaranya seperti darah mempunyai kemampuan yang sangat menonjol untuk memperbaharui diri. Dalam konteks ini, sel-sel reproduktif  harus juga disebutkan, sebab sel ini menjamin lestarinya spesies itu.

Agar semua fungsi ini dapat terus berjalan, perubahan-perubahan pada zat dan energi beserta lingkungan sekelilingnya harus terus pula terjadi, hal ini mengakibatkan dihasilkannya makromolekul pada sel unsur-unsur kimia yang sederhana. Agar hal ini terjadi, bukan hanya kedua komponen yang akan bersatu itu harus ada, tapi harus ada pula apa yang dinamakan ‘katalis’, perantara yang mampu bertindak seminimal mungkin tapi mampu menggerakkan reaksi kimia dan tetap tak berubah begitu reaksi itu terjadi. Masing-masing katalis dapat menimbulkan reaksi yang diperlukan. Agar terproduksi protein pada zat hidup, yang merupakan hasil sintesis komponen-komponen yang lebih sederhana, diperlukan bantuan katalis-katalis yang dalam hal ini berupa enzim-enzim, dan masing-masing enzim mengandung zat unik yang dapat merangsang terjadinya sintesis suatu protein tertentu.

Pada gilirannya, enzim-enzim itu harus dihasilkan, dan setiap sel mempunyai suatu system untuk tujuan ini. Unsur dasar system ini berupa suatu makromolekul protein yang sangat kompleks, yang dinamakan asam desoksiribonukleat (DNA). Komponen-komponen kimia lainnya ‘bergantung’ pada substansi dasar ini, dan dengan tingkat kompleksitas yang beragam komponen-komponen tersebut memproduksi enzim-enzim ini yang akan merangsang terjadinya sintesis protein yang diperlukan bagi adanya kehidupan.

Pada organisme-organisme hidup yang paling sederhana, DNA berhubungan langsung dengan substansi sel, yaitu sitoplasma. Satu contoh mengenai hal ini adalah bakteri yang tidak mempunyai nukleus. Tapi pada sel-sel hewan dan tetumbuhan lain yang lebih  terorganisasi, DNA berada di dalam nucleus sel kromosom. Hal ini berarti bahwa DNA hanya terlibat secara tidak langsung dalam proses sintesasi zat hidup. DNA bertindak semata-mata sebagai penjaga seluruh data (yang jika disatukan menjadi satu paket informasi) yang dibutuhkan oleh reaksi-reaksi, dengan menggunakan perantara ‘kurir-kurir’, yang mengambil salinan-salinan darinya (DNA) dan membawa salinan-salinan tersebut ke bagian-bagian sitoplasma, seperti ribosom. Pesan-pesan itu dipancarkan melalui asam ribonukleat atau RNA.

Tapi pesan yang ditransfer dari nucleus ke sitoplasma-sitoplasma seluler via RNA tidak datang secara langsung. Kurir RNA dalam kenyataannya bertindak dengan bantuan RNA kedua, yaitu RNA transfer, RNA ini berdaya guna dalam menyebarkan pesan itu, setelah itu RNA kurir dihancurkan. Rincian ini menunjukkan kompleksitas system komunikasi, yang dalam kenyataannya lebih rumit daripada yang terlihat pada kerangka sederhana ini, sebab pesan itu sebenarnya disebarkan dalam bentuk kode.

Dengan demikian kita mulai mendapatkan suatu gagasan antar hubungan tak terhitung yang ada didalam sel, lengkap dengan organ-organ perantaranya yang memainkan suatu peran dalam pembaruan zat hidup. Hal penting lainnya adalah bahwa komando pusat memberikan perintah-perintahnya kepada kurir-kurir khusus agar menggerakkan sejumlah besar sintesis kimiawi yang mensyaratkan suatu ragam tak terbatas tugas yang harus dijalankan. Karena itu kita melihat adanya suatu system yang terorganisasi dengan ukuran fungsi yang besar, meskipun volumenya benar-benar kecil. System tersebut merupakan suatu system yang menentukan adanya seluruh aktivitas sel, termasuk reproduksinya, yaitu bagaimana sel tersebut memainkan peranannya dalam hal keturunan dan selanjutnya dalam evolusi.

Setiap sel mengandung rangkaian DNA. Dalam hal bakteri, yang dimensi-dimensinya berukuran 1/1.000 milimiter, DNA membentuk sebuah pita yang panjangnya bermilimeter-milimeter. Pita itu karenanya sangat pendek dalam hal ini, meskipun pada Escherichia Coli, yang diperkirakan antara 5.000 kali lebih panjang daripada dimensi maksimum bakteri tersebut. Panjang satu milimiter itu terhitung sangat besar bila hal itu diberlakukan pada molekul, dan diatas satu milimiter pita DNA ditempatkan sejumlah komponen kimia kompleks yang tak terhingga, dan masing-masing komponen-komponen tersebut menentukan setiap fungsi bakteri. Dalam hal ini manusia, untuk satu sel saja, pita DNA cukup panjang bila dihitung dalam ukuran meter. Sedangkan untuk panjang keseluruhan pita DNA yang terdapat di dalam diri seorang manusia adalah lebih besar daripada jarak bumi matahari (P. Kourilsky).

Pita-pita DNA yang untuk satu sel ukuran panjangnya lebih dari satu meter, merupakan penjaga cirri-ciri khas keturunan yang diturunkan kepada kita oleh oranng tua kita. Pita-pita DNA tersebut menyampaikan semua informasi yang dapat dimanfaatkan oleh setiap sel didalam tubuh kita. Sementara kehidupan embrio berkembang, sel-sel mengalami pembedaan, mendapatkan fungsi-fungsi khusus dan membentuk seluruh organ kita sesuai dengan perintah-perintah yang dikeluarkan oleh gen-gen. Seluruh system ini diperkecil ukurannya sampai sekecil-kecilnya, sebuah pita DNA yang panjangnya lebih dari satu meter itu tak terhingga tipisnya, dan ketipisannya itu diukur dalam angstrom (sepersepuluh juta milimiter).

DNA mempunyai struktur spiral dalam bentuk heliks ganda, satu pitadibelitkan ke sekeliling pita lain. Para ahli di bidang biologi molekuler telah memperbandingkannya dengan sebuah foto yang disertai negatifnya. Bila sebuah replika pita itu dihasilkan pada saat terjadinya pembagian sel, maka kedua rantai itu terpisah dan masing-masing rantai berfungsi sebagai semacam cetakan untuk menghasilkan sebuah rantai pelengkap, persis seperti negatif sebuah foto yang dapat menghasilkan cetakan positif foto tersebut dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian kita dapat memiliki dua salinan yang identik dengan aslinya, asalkan tidak terjadi kesalahan pada waktu pemrosesan.

Kemampuan system ini untuk berproduksi dan perbedaan hasil akhirnya sangat besar. Bakteri seperti Escherichia Coli dapat mensintesis sekitar 3.000 jenis protein yang berbeda-beda. Lebih dari separuhnya telah dapat di identifikasikan. Sel-sel manusia mengandung DNA seribu kali lebih banyak daripada  Escherichia Coli. Dengan demikian kita dapat melihat besarnya kemampuan sel-sel didalam organism-organisme yang lebih tinggi untuk menghasilkan substansi-substansi kehidupan yang sangat beragam. Daftar protein yang dapat disintesiskan dengan cara ini tak lengkap.  Adalah penting untuk dicatat cara fantastis tumbuhnya DNA menjadi semakin panjang ketika melampui tahap sel-sel organisme primitif ke organisme yang lebih tinggi. Pada dasarnya skala adalah satu milimiter panjangnya, tapi ketika menjangkau manusia, DNA tersebut menjadi lebih dari  satu meter panjangnya (P. Kourilsky). Nanti kita akan melihat bahwa kita bisa berbicara mengenai adanya suatu peningkatan gen-gen yang berkaitan dengan tumbuhnya kompleksitas fungsi-fungsi dan struktur semua makhluk hidup. Daftar gen-gen itu lebih lengkap daripada daftar protein-protein seluler. Implikasi yang menyertai pengamatan-pengamatan ini adalah bahwa evolusi harus dikaitkan secara erat dengan perolehan gen-gen baru, yang selanjutnya menjadi elemen esensialnya. Kuantitas informasi yang tercatat secara lambat laun terus meningkat sejalan dengan berlalunya waktu.

Informasi diatas yang menyangkut panjang pita yang diatas pita tersebut gen-gen ditempatkan tampaknya lebih berarti dari pada berat DNA yang terkandung didalam setiap sel. Dalam buku P.P Grasse, ‘L’ Evolution du vivant’ (Evolusi Organisme Hidup), angka-angka diberikan menyangkut berat DNA yang terkandung didalam sel-sel makhluk-makhluk hidup yang berada pada tingkat yang lebih kurang tinggi dalam skala struktur. Berat DNA sangat beragam dari satu spesies ke spesies lainnya, tanpa adanya kaitan yang jelas dengan tingkat evolusi. Hal ini tampaknya tidak bertentangan dengan apa yang telah dinyatakan diatas, sebab tidak hanya ada satu DNA melainkan beberapa DNA yang berat molekulnya naik-turun sesuai dengan sumber yang diambilnya (thymus, wheatgerm), bakteri dan sebagainya yang proporsinya berkisar dari satu sampai beberapa ratus (M. Privat de Garillhe). Kompleksitas kimianya bergantung pada jumlah unsur yang disimpan oleh pita itu. Misalnya, DNA Basil Pelembut mempunyai massa molekul paling sedikit 230 juta, sementara DNA virus herpes mempunyai massa 100 juta, dan massa sehelai DNA bacteriophage adalah 1.600.000 (M. Privat de Garilhe). Untuk sebuah wujud sederhana, seperti air yang terdiri atas dua atom hydrogen dan satu atom oksigen, berat molekulnya adalah 18, angka yang menunjukkan tingkat kompleksitas kimia. Suatu fakta yang perlu diancamkan.

Penjelasan diatas mengenai DNA mengandung syarat, karena jelas tidak mungkin menggunakan suatu timbangan biasa untuk menimbang DNA (skala pengukuran dalam hal ini dihitung dalam sepermiliyar milligram). Perkiraan –perkiraan ini didasarkan pada pengetahuan kita mengenai DNA yang paling sederhana   (paling sederhana dari sudut pandang kimia), dan dikoreksi melalui perhitungan-perhitungan yang diambil dari pengukuran panjang molekul-molekul dengan bantuan sebuah mikroskop electron. Angka-angka itu dapat diubah, dan begitu juga kesimpulan-kesimpulan yang kita ambil dari angka-angka tersebut. Pengamatan- pengamatan ini dikemukakan semata-mata untuk memberikan suatu gagasan mengenai kompleksitas organisasi yang sedang kita bahas ini.

2. Kromosom

Dalam memerikan kompleks biokimia luar biasa yang kita namakan sel, sejauh ini kami baru menyebutkan peranan yang di mainkan oleh DNA untuk mempertahankan cirri-ciri khas keturunan, di antara banyak fungsinya yang lain.  Sebagaimana telah kita lihat, dalam hal makhluk-makhluk bersel tunggal yang paling primitif, seperti bakteri, hanya ada satu pita DNA. Tidak ada nucleus. Tapi dalam organisme-organisme seluler yang mempunyai struktur yang lebih rumit, nucleus itu menampakkan diri, di situ kromosom terkonsentrasi. Dalam kromosom-kromosom  itulah kita temukan gen-gen. Tapi sebelum melangkah lebih jauh dalam menganalisis peranan yang dimainkan oleh gen-gen (terutama dalam evolusi), perlu kita segarkan kembali ingatan kita tentang gagasan-gagasan tertentu yang menyangkut kromosom.

Nama kromosom itu sendiri merujuk langsung pada salah satu ciri khas kromosom tersebut. Alas an Waldeyer memberikan nama ini pada 1888 adalah bahwa dia telah melihat betapa unsur-unsur yang berbeda dalam nucleus itu dapat ternoda oleh warna-warna pada saat sel itu mulai membagi diri. Dalam organisme-organisme yang memiliki suatu system reproduktif seksual, kromosom-kromosom itu ditata dalam pasangan-pasangan yang identik. Penyebaran ini sangat penting sebab system reproduktif seksual tersebut mempertahankan jumlah kromosom selalu sama dalam spesies yang sa,ma selama dalam proses reproduktif. Ketika mencapai kematangan, tiap-tiap sel entah spermatozoa atau ovule hanya mempunyai separuh kromosom spesies itu. Segera setelah kedua sel reproduktif itu menyatu, jumlah kromosom itu ditetapkan kembali.(46 dalam diri manusia).

Salah satu kromosom itu mempunyai peranan dalam menentukan jenis kelamin, dan kromosom ini dimiliki oleh pria. Berikut ini adalah gambaran secara secara garis besar cara kerja proses situ: wanita mempunyai sepasang kromosom yang ditandakan dengan  XX, pria mempunyai sepasang kromosom lain yang ditandakan dengan XY. Karena jumlah kromosom berkurang (meiosis) ketika terjadi pembentukan sel-sel reproduktif, maka spermatozoa  terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok menjgandung X dan yang lainnya Y. Jika ovule X dibuahi spermatozoa yang membawa sebuah X, maka wanitalah (XX) yang akan terbentuk. Jika ovule tersebut dibuahi spermatozoa Y hasilnya adalah pria.

Penyebaran faktor-faktor X dan Y dalam spermatozoa hampir persis sama, hal ini menyebabkan jumlah anak perempuan dan anak laki-laki yang lahir praktis sama pula. Jika spermatozoa  seorang ayah dimasa mendatang berhasil dipisahkan menjadi dua kelompok dan wanita menjalani inseminasi buatan dengan salah satu kelompok itu, maka sepasang suami istri dapat menentukan apakah mereka ingin anak laki-laki atau perempuan. Hal ini sama sekali bukan merupakan suatu visi utopis, sebab manipulasi atas spermatozoa manusia sekarang ini sudah cukup maju sehingga sebuah proyek semacam ini dapat diwujudkan dengan konsekuensi-konsekuensi pasti praktek semacam ini, sebagaimana kita bayangkan sendiri. Tapi untunglah, reproduksi manusia selama ini tetap berlangsung tanpa adanya factor-faktor seperti tersebut diatas yang dapat mengubah penyebaran jenis kelamin keseimbangan itu telah dipertahankan oleh alam.

Kromosom terdiri atas DNA, RNA, dan berbagai protein. DNA membawa gen-gen semuanya tidak akan terperbaharui lain dengan komponen-komponen sel lainnya. DNA hanya dapat terperbaharui jika sel membagi diri. Kuantitas RNA beragam dari satu sel ke sel yang lainnya dan dari satu saat ke saat yang lainnya. Dalam memainkan peranannya sebgai kurir yang membawa informasi yang terkandung di dalam gen-gen, RNA terus menerus terperbaharui di dalam kromosom, menjadi saksi bagi aktifitas-aktifitas gen-gen dan tak terproduksi lagi ketika gen-gen tidak punya pesan lagi yang harus disampaikan.

Ketidakteraturan dalam kromosom-kromosom melahirkan konsekuensi-konsekuensi yang benar-benar serius, keguguran spontan (30% kasus-kasus semacam itu dikarenakan tak berhasilmembagi secara teratur kromosom) dan berbagai penyakit muncul dengan tingkat keseringan yang berbeda, yang paling terkenal diantaranya adalah Mongoloid (trisomy 21, suatu penyakit yang menghinggapi sekitar satu dari 700 anak ). Perubahan-perubahan semacam ini bisa mengakibatkan kematian janin dan bisa pula menyebabkan lahirnya anak-anak yang menderita cacat berat. Tapi diatas semua ini, organisme-organisme hidup dapat berubah selama masa reproduksi, bahkan dalam kerangka suatu pola reproduktif yang cenderung sesuai contoh yang diberikan oleh nenek moyang individu itu. Eksperimen-eksperimen klasik yang dilakukan oleh seorang pendeta Cekoslokavia Gregor Mendel pada  pertengahan abad kesembilan belas (yang tidak dikenal orang banyak sampai meninggalnya) memberikan dukungan teoritis pada riset yang dilaksanakan pada awal abad kedua puluh. Semuanya membuat kita bisa menemukan gen-gen dan tempat gen-gen tersebut didalam kromosom gen.

Sekarang ini telah menjadi fakta yang tak terelakkan bahwa gen-gen merupakan bagian- bagian molekul-molekul DNA. Melalui tindakan DNA , yakni suatu proses yang telah dikemukakan secara garis besar diatas, gen-gen memperbaharui molekul-molekul proteinik yang merupakan zat hidup sel. Aktifitas biokimia ini mengubah sifat – sifat molekul-molekul dalam sel, dan dengan demikian mempengaruhi cara berfungsinya sel itu dan juga produksi struktur-struktur tertentu yang memungkinkan sel-sel tersebut memainkan peranan yang jelas. Dari sudut pandang ini, kita kita dapat mengatakan bahwa gen merupakan bagian paling kecil molekul DNA yang mampu melahirkan suatu cirri khas yang permanent.

Sementara gagasan dasar tersebut diakui bahwa semakin kompeks struktur seekor hewan, semakinbesar kemungkinannya untuk memiliki kuantitas gen yang lebih besar, para ahli genetika tidak sepakat mengeanai jumlah gen yang terlibat. Ketika mereka mengarah  pada hal mutasi, gen menjadi obyek penyelidikan. Dalam hal drosophila , lalat yang dari sudut pandang ini dijadikan sebagai bahan penyelidikan laboratorium, jumlah gen sangat besar sekitar 5.000 sampai  15.000, Berapa banyak gen yang terdapat di dalam tubuh manusia? Tak seorangpun benar-benar tahu. Disamping itu, hubungan antara jumlah ciri dan kuantitas gen sama sekali tidak jeals. Sebagian pengamat menyatakan bahwa suatu enzim spesifik ada hubungannya dengan setiap gen, tapi satu enzim sebenarnya dapat melahirkan beberapa ciri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kromosom. (1) Kromatid. Salah satu dari dua bagian identik kromosom yang terbentuk setelah fase S pada pembelahan sel. (2) Sentromer. Tempat persambungan kedua kromatid, dan tempat melekatnya mikrotubulus. (3) Lengan pendek (4) Lengan panjang.

 

 

 

 

 

3. Gen

Gen adalah bahan genetik yang terkait dengan sifat tertentu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sebagai bahan genetik tentu saja gen diwariskan dari satu individu ke individu lainnya. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang dinamakan alel. Ekspresi dari alel dapat serupa, tetapi orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotipik berbeda.

Gen bertanggung jawab atas fungsi-fungsi yang berbeda. Dari sini kami  menyimpulkan bahwa fungsi-fungsi purba yang mencirikan suatu phylum bergantung pada gen-gen tertentu  yang telah bekerja sebagaimana adanya sejak awal mula lahirnya phylum tersebut. Tapi sejalan dengan kemajuan evolusi, dan kelas ordo, famili , genus dan spesiez saling muncul, gen memperluas campur tangannya secara turun-temurun dan secara khusus pada setiap ciri khas utama. Campur tangan itu terjadi pada periode yang lebih mutakhir dan terkoordinasi dengan sempurna secara berurutan dari campur tangan itulah makhluk-makhluk hidup terbentuk.

Para ahli zoology mempunyai banyak pertanyaan yang perlu diajukan dan pertanyaan tersebut yakni mengenai subyek ini. Dalam L’ ‘Evolution du vivant’ (Evolusi Organisme Hidup) , P.P. Grasse Mengetengahkan  beberapa soal yang sangat penting berikut ini:

–                              DNA bukan hanya ada di dalam kromosom, tapi juga aktif dalam mitochondriaae dan unsure-unsur seluler lainnya. Tapi apakah  peranan DNA ekstra nuklir itu?

–                              Hormon berperan sebagai penggerak aktifitas genetic. Suatu arus tetap informasi mengalir dari nuklir DNA, sementara arus lain membanjir kearahnya, dan dengan demikian menggerakkannya untuk bertindak. Komunikasi timbale balik antara sitoplasma dan kromosom dan sebaliknya terus berlangsung. (P.P. Grasse). Dia selanjutnya menyitir eksperimen-eksperimen yang membuktikan adanya pengaruh sitoplasma atas kromosom. Sebagaimana telah kita lihat diatas, dalam kritik P.P. Grasse atas teori J. Monod (menurut J. Monod informasi hanya dapat mengalir kearah DNA ), dogma yang menyatakan bahwa informasi mengalir satu arah telah tersanggah sepenuhnya sekarang ini.

Semua pengamatan yang dikutip diatas mendorong kita beranggapan bahwa lingkungan mempengaruhi gen, sehingga terubahlah struktur-struktur gen tersebut. P.P. Grasse memberikan contoh-contoh yangh diambil dari dunia tetumbuhan dan menyimpulkan bahwa: “ Aturan yang menyatakan bahwa sebuah gen selalu menetapkan cirri khas yang sama kecuali jika gen tersebut berubah adalah terlalu kaku” . Begitu pula gen memancarkan informasi yang sama , tapi substansi-substansi yang menjawab pesan-pesanya bereaksi dengan cara-cara yang berlainan yang bergantung pada keadaanya.” Seluruh uraian ini menunjukkan kompleksitas fantastis system itu dan makna dari banyak interaksi. Kita telah jauh meninggalkan yang bebas, buta tapi mutlak yang di kemukakan dalam teori yang berusaha menjelaskan bahwa segala suatu terjadi secara kebetulan.

 

C. Gen: Perananya dalam Evolusi dan Proses-proses Lain

1. Peranan Gen dalam Evolusi: Mutasi

Dengan merujuk pada data yang dikemukakan diatas, dapatkah kita mengadakan pendekatan terhadap peranan gen  dalam evolusi? Secara sederhana, ada dua cara untuk mengatasi masalah tersebut dan dua cara untuk mengatasi masalah tersebut benar-benar berlainan. Cara pertama adalah cara yang digunakan oleh para ahli genetika. Cara ini di dasarkan pada pengamatan atas fakta-fakta masa kini, misalnya: penghitungan variasi-variasi genetic dalam populasi-populasi yang ada sekarang, dari situ lahir teori-teori penjelas. Cara kedua diguanakan oleh para ahli zoology dan paleonotologi. Disini termasuk penyelidikan atas materi masa lampau, hal ini tidakl dianggap penting oleh kelompok pertama. Dalam survey berikut ini, kita akan melihat bahwa pertentangan kedua metode ini mendatangkan pertentangan pula pada konsep-konsep evolusi yang dikemukakan oleh kedua kelompok tersebut.

Mengingat apa yang telah kami nyatakan tentang kompleksitas tas tak terhingga struktur kimia gen-gen, dan mengingat cara salinan-salinan itu di hasilkan selama pembagian sel, maka sangatlah mungkin untuk beranggapan bahwa perubahan paling kecil dalam struktur molekul DNA dapat mempengaruhi sel tersebut dan semua yang dihasilkan olehnya. Inilah yang sesungguhnya terjadi ketika modifikasi mempengaruhi sel wanita dan sel pria yang bertanggung jawab atas reproduksi (sel-sel benih): hal ini menyebabkan timbulnya perubahan pada kode genetik. Dalam keadaan-keadaan semacam itu, sebuah ciri khas baru muncul pada diri individu yang diturunkan ke keturunannya. Inilah yang dinamakan mutasi, dan fenomena ini dikenal sebagai mutagenesis. Hal ini mempengaruhi hewan dan tetumbuhan, bentuk-bentuk kehidupan yang paling primitif dan juga bentuk-bentuk kehidupan dengan organisasi yang lebih kompleks (yaitu bentuk kehidupan yang mempunyai nukleus). Dalam hal bentuk-bentuk yang primitif, mutasi mempengaruhi DNA yang terdapat dalam sitoplasma (contohnya bakteri), dalam hal bentuk-bentuk yang lebih kompleks, mutasi mempengaruhi gen-gen yang yang disimpan oleh DNA dalam nucleus. Mengapa mutasi dianggap terjadi secara kebetulan, karena hal itu sama sekali tak dapat diramalkan baik mengenai saat terjadinya maupun tempat mutasi tersebut mempengaruhi molekul DNA.

Pengaruh mutasi atas individu begitu besar sehingga bentuk kehidupan tidak dapat bertahan dalam menghadapi mutagenesis (dalam hal tersebut mutasi dikatakan mempengaruhi gen-gen yang mematikan) dilain pihak, fenomena ini bisa mendorong timbulnya modifikasi- modifikasi kecil yang bisa mempengaruhi generasi- generasi berikutnya.

Dengan cara ini, pada pita DNA sel-sel manusia, yang panjangnya lebih dari satu meter, perubahan-perubahan genetic yang sangat kecil muncul dan memberikan pada individu itu cirri-ciri khas yang membuat individu tersebut berbeda dengan individu lainnya. Perubahan-perubahan inilah yang menjadikannya kurang lebih serupa dengan orang tua atau kakek neneknya, dan perubahan ini bahkan menurunkan pada generasi-generasi sesudahnya ciri-ciri khas keluarga, seperti hidung khas para raja Bourbon dari Prancis. Terkadang, fenomena yang sangat serius bisa terjadi, seperti penyakit yang berkaitan dengan jenis kelamin, yang mengenai kromosom X wanita. Kasus dalam hal ini adalah hemophilia, hal ini terutama mengenai pria, meskipun dia diturunkan melalui wanita yang kebal penyakit tersebut. Para anak-cucu pria Ratu Victoria dari Inggris menderita penyakit ini. Meski terdapat mutasi patologis yang mendasar ini, hamper semua mutasi kecil cenderung terdesak.

Melihat keterangan diatas, masalah evolusi secara selintas mungkin tampak sangat sederhana. Fenomena mutagenesis kelihatannya dapat menjelaskan semua variasi keturunan selama beberapa generasi, yang menyebabkan terjadinya evolusi makhluk-makhluk hidup. Ada sejumlah ahli genetika yang mendukung teori ini. Tapi yang sulit diterima adalah bahwa untuk membenarkan teori ini, maka mutasi-mutasi tersebut harus terjadi sedemikian berurutan dan pada saat yang tepat sehingga terjadi penambahan atau pengurangan organ-organ, atau mendorong timbulnya suatu perubahan pada fungsi-fungsi tertentu. Tapi tampak jelas sekali bahwa mutasi-mutasi ini pada hakikatnya terjadi secara tidak teratur. Pada titik ini, para ahli genetika, yang mengetengahkan hipotesis yang didasarkan atas penghitungan-penghitungan populasi masa kini dan yang menyatakan telah mendapatkan jawaban dalam hal ini, memisahkan diri dari mereka yang menyelidiki peristiwa-peristiwa masa lampau. Pihak yang menyelidiki peristiwa masa lampau ini sangat mempercayai penemuan-penemuan pihak pertama dalam hal sifat-sifat gen, tapi mereka menyatakan telah melihat banyak kelemahan dalam teori-teori yang berusaha menjelaskan inskripsi pada pita DNA dari data baru yang akan diturunkan sejalan dengan  berlalunya waktu. Kelompok kedua tampaknya benar-benar lebih pasti dibandingkan dengan pihak pertama dalam hal nilai demonstrative fakta-fakta tertentu yang telah terbukti menyangkut gen.

Tapi para ahli genetika harus terlebih dahulu menggambarkan jumlah yang mungkin dari mutasi-mutasi spontan. Sejauh ini pandangan tersebut belum ada. Untuk satu gen selama masa jeda yang memisahkan dua generasi, jumlah perkiraannya adalah 1/10.000 (P.L’ Heritier). Terdapat juga sejumlah mutasi netral bila dipandang dari sudut pandang evolusi. Mutasi tersebut merupakan sumber cirri-ciri khas individu dan tidak menyimpang dari kerangka spesies. Dengan demikianlah individu tersebut mempertahankan sifat-sifat spesies. Kita berada jauh sekali dari bermiliyar-miliyar variasi bermanfaat yang disebutkan oleh para ahli genetika tertentu. Yang dinamakan variasi bermanfaat itu jauh lebih sedikit jumlahnya, suatu fakta yang melahirkan gagasan yang lebih problematik mengenai mutasi yang baik yang terjadi pada saat yang tepat. (P.P Grasse). Kita hendaknya tidak mengacaukan proses mutasi kebetulan, yang menyebabkan timbulnya ciri-ciri khas pribadi individu, dengan peran aktif yang dimainkan oleh mutasi-mutasi itu sebagai kekuatan utama dibalik proses evolusi.

Gagasa mengenai evolusi menandakan transformasi-transformasi progresif dalam skala yang sangat besar. Misalnya, evolusi serangga mempengaruhi seluruh organism serangga itu dengan sangat ketat. Transformasi organ-organ itu berlangsung secara perlahan-perlahan tapi mantap dengan melalui tahap-tahap yang berurutan misalnya, hewan menyusui memerlukan waktu 80 juta tahan untuk meninggalkan cirri-ciri reptilianya dan dalam suatu urutan yang tidak sesuai dengan munculnya mutasi-mutasi yang terjadi secara tidak teratur.

Selain fakta-fakta diatas, yang berasal dari penyelidikan paleontology, riset genetis juga member kita data organism-organisme paling primitive yang hidup sekarang ini. Organism-organisme tersebut adalah bakteri, suatu subyek yang mudah ditelaah sebab bakteri bereproduksi dalam jangka waktu dua puluh menit. Dengan demikian menjadi mungkinlah bagi kita untuk mengikuti gerak maju beribu-ribu generasi, yang diantaranya didapat mutasi-mutasi pada molekul DNA. Tapi apakah hasil praktis mutasi-mutasi ini? Variasi-variasi skala kecil. Spesies itu tetap sama, sebagaimana telah terjadi selama berates-ratus juta tahun! Sedangkan mengenai transisi dari bakteri atau ganggang biru ke organisme-organisme yang mempunyai struktur sel dengan sebuah nucleus, suatu peristiwa yang mungkin telah terjadi satu milyar tahun yang lalu, adalah masuk akal jika kita beranggapan bahwa kondisi-kondisi lingkungan saat itu sangat berbeda dengan kondisi-kondisi lingkungan sekarang. Dikarenakan hal ini, sulitlah untuk membayangkan bahwa mutasi-mutasi yang terjadi pada bakteri masa kini persis sama dengan mutasi-mutasi yang terjadi dimasa lampau.

Misteri yang sama melingkupi tetumbuhan dan hewan-hewan yang tidak mengalami perkembangan sama sekali selama berjuta-juta tahun, meskipun mungkin telah menjalani mutasi-mutasi secara kebetulan. Dalam konteks ini, para ahli zoology mengemukakan kasus kecoa biasa yang sepanjang yang dapat mereka kemukakan, hampir tidak mengalami perkembangan sama sekali sejak era awal. Hal yang sama juga terjadi pada spesies ‘panchronic’ dinamakan begitu karena spesies ini berhasil mempertahankan hidup selama berabad-abad tanpa mengalami perubahan sedikitpun, seperti opossum, limuli tertentu (serangga laut dengan insang, yang biasanya dinamakan raja kepiting) dan berbagai tetumbuhan yang tak satupun terpengaruh oleh mutasi.

Sanggahan-sanggahan telah diajukan menyangkut soal diatas, karena para pengamat tertentu menyatakan bahwa spesies panchronic tetap tak berubah karena spesies tersebut hidup didalam lingkungan terbatas disitu kondisinya tidak banyak mengalami perubahan (misalnya, hewan-hewan yang hidup di gua atau di dasar lautan). Sementara hal ini mungkin benar, menyangkut spesies tertentu yang hidup didalam lingkungan semacam itu, hal tersebut tidaklah mudah diterima oleh setiap orang yang telah melakukan banyak perjalanan dan yang telah melihat kecoa-kecoa yang ada diberbagai bagian dunia ini.

 

  1. 2. Gen-gen dan Regenerasi

Contoh –contoh regenerasi menunjukkan secara jelas kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh gen-gen untuk mendorong pertumbuhan jaringan baru setelah terjadinya amputasi-amputasi besar dan bahkan setelah terbaginya sebuah badan menjadi beberapa bagian, sebagaimana kita temukan pada spesies-spesies tertentu.

Tapi dalam pembahasan ini mengenai regenerasi, kami tidak akan merinci masalah kemampuan mahabesar organ-organ tertentu hewan-hewan menyusui (termasuk manusia) untuk berkembang setelah terjadinya amputasi. Hati hanyalah satu contoh sebuah organ yang dapat tumbuh lagi secara sempurna diantara banyak contoh lainnya, dan begitu juga usus. Dalam hal usus, lendir dihasilkan tanpa kesulitan untuk memastikan kesembuhan sebuah luka setelah kedua bagian itu disambungkan.

Yang menjadi pemikiran kami disini adalah pertumbuhan kembali yang melebihi jangkauan organ-organ itu. Dalam hal hewan-hewan tertentu, hal itu mempengaruhi bagian-bagian badan tertentu yang jika dipotong merangsang perkembangan baru bagian yang dihilangkan itu. Triton dapat dijadikan contoh disini: seperti katak-katak lainnya, ketika moncong, kepala, ekor, tangan, kaki atau bahkan matanya dihilangkan, bagian yang dihilangkan itu dapat sepenuhnya tumbuh lagi. Cacing tanah adalah contoh terkenal lainnya. Bagian depan cacing yang berupa kepala akan dapat tumbuh lagi asalkan tidak dipotong pada tempat yang terlalu jauh dari bagian tersebut, dan begitu pula bagian belakangnya akan tumbuh lagi asalkan cacing itu tidak dipotong pada tempat yang terlalu kedepan.

Contoh- contoh regenerasi total terdapat pada hewan-hewan tak bertulang belakang. Dalam kasus-kasus tertentu, hewan itu tumbuh kembali sepenuhnya dari satu bagian badan, bagian manapun. Pada hewan-hewan yang skala organisasinya lebih rendah, ada banyak contoh umum, seperti hydra air. Proses regenerasi menyusun kembali sejumlah hydra baru yang sama dengan jumlah bagian tempat hydra tersebut dipotong. Hewan ini juga memperbaharui jaringan-jaringannya secara spontan sepanjang perjalanan hidupnya. Tapi penyusunan kembali paling spektakuler terjadi pada tubuh-tubuh cacing planaria dan nemertia. Keduanya adalah cacing-cacing kempis yang mempunyai alat pencerna. Planaria, yang panjangnya anata 1-2 cm, dapat dipotong menjadi tiga bagian dengan dua potongan, misalnya : sepuluh hari kemudian, tiga ekor cacing akan muncul. Sebuah kuncup regenerative tumbuh pada bagian tempat dilakukan pemotongan dan pada kuncup itu, otot jaringan pencerna dan kelenjar ,urat dan sebagainya mulai muncul yang secara lambat laun menggantikan semua organ yang hilang pada setiap tiga bagian itu, termasuk otak dan mata.

Yang lebih hebat lagi adalah nemertia, nemertia merupakan varitas cacing lain yang ukuran panjangnya berkisar antara 20 cm- 1m. Seperti planaria, nemertia, ini juga melakukan regenerasi tapi mempunyai kemampuan tambahan untuk memotong diri sendiri menjadi bagian-bagian (autotomy), suatu kemampuan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan spesies lain. Autotomi merupakan suatu mekanisme pertahanan diri yang digunakan oleh seekor hewan yang sedang menghadapi serangan. Dalam kejadian-kejadian begitu, hewan tersebut memisahkan diri dari bagian tubuhnya yang telah tertangkap oleh penyerangnya (kadal meninggalkan ekornya, kepiting membuat sepitnya ) dan bagian itu akan tumbuh lagi nantinya.  Tapi nemertia melangkah lebih jauh lagi. Seperti ditulis P.P Grasse dalam karyanya précis de biologie animale (Buku Pegangan Mengenai Biologi Hewan), ketika menghadapi serangan hebat, baik yang bersifat kimiawi maupun mekanis, nemertia secara spontan memotong dirinya sendiri menjadi bagian-bagian yang nantinya akan membentuk individu tersendiri. Lebih jauh bila sama sekali tidak dapat menemukan makanan, maka nemertiamampu bertahan hidup melalui suatu proses involusi yang luar biasa. Sel –selnya saling menelan, dan organisme itu lambat laun mengkerut. Dawydoff  telah berhasil mendapatkan contoh-contoh Lineus Lacteus yang panjangnya 100 µ (sepersepuluh milimeter) dan terdiri atas 12 sel, P.P Grasse tidak menyatakan apakah jumlah sel yang sangat kecil dan masih tinggal itu mampu menyusun kembali tubuh seekor cacing yang sempurna, tapi penampilan hewan-hewan ini tetaplah mengagumkan.

Namun begitu, sementara anatomi cacing menunjukkan proses-proses regenerasi yang digerakkan oleh sisa-sisa sel-sel berlainan yang terkandung di dalam bagian depan dari potongan itu, adalah mustahil untuk membicarakan regenerasi sisa-sisa yang sama ini bila sisa-sisa yang sama tersebut terletak pada bagian belakang (misalnya diujung ekor). Mesti kita akui bahwa sepanjang tubuh hewan itu, dari satu ujung ke ujung yang lainnya, tersebarlah berbagi sel yang mempunyai fungsi regenerasi khusus. Sel –sel semacam itu dinamakan sel-sel neoblastik, dan sel-sel tersebut merupakan semacam sumber cadangan bagi sel-sel embrionik yang melalui suatu proses diferensiasi, menyusun kembali semua jaringan dan organ.

Betapa sangat mengagumkannya organisasi ini! Sulitlah untuk membayangkan banyaknya informasi yang harus dicatat pada molekul DNA yang terdapat di dalam gen-gen agar sampai pada hasil semacam itu tepat pada waktunya, dengan kata lain, pada saat keadaan-keadaan itu mendorong berjalannya mekanisme yang semestinya (seperti pemotongan cacing menjadi beberapa bagian yang berbeda-beda). Semua kejadian ini berlangsung dalam urutan yang sempurna, dan lihat sepuluh hari kemudian planaria itu telah menyusun kembali tubuh-tubuhnya menjadi normal lagi, Autotomy nemertia merupakan keajaiban lain organisasi ini, karena hewan –hewan ini dapat membagi diri-sendiri menjadi bagian-bagian di bawah pengaruh stimulus tertentu. Gen –gen yang mengatur semua tindakan yang terkoordinasi secara sempurna tersebut (hal ini tidak cukup diulang-ulang terus) di dalam sel dan yang menggerakkan proses penyusunan kembali, adalah gen-gen yang dalam kondisi normal tidak aktif. Fenomena semacam ini melahirkan masalah-masalah genetika yang sangat rumit, hal ini menimbulkan peranyaan mengenai eksistensi normal gen-gen inoperative atau gen-gen adaptif dengan kata lain gen-gen yang memungkinkan terjadinya adaptasi.

 

  1. 3. Gen-gen dan Perilaku Hewan

Perilaku hewan-hewan yang kita kenal dan penampilan spektakuler kemampuan-kemampuan tertentu yang sering ditunjukkan oleh hewan-hewan lainnya telah mendorong banyak orang untuk menganggap bahwa hewan-hewan ini memiliki kemampuan berpikir yang jauh melampui kemampuan-kemampuan sesungguhnya . Banyak hewan-hewan yang memberikan kesan bahwa hewan tersebut mampu berpikir dalam suatu situasi tertentu sampai pada suatu keputusan yang mendorongnya untuk bertindak disertai logika yang tampak menonjol. Tapi dalam kenyataannya, sejumlah besar aktivitas hewan tersebut merupakan warisan jangkauan perilaku otomatis itu beragam sesuai dengan tingkat kompleksitas struktur spesiesnya.

Suatu situasi luar tertentu dapat menimbulkan stimulus pada spesies yang lebih maju yang oleh hewan tersebut disimpan di dalam bank ingatan dan hal ini akan melahirkan respon jika situasi semacam itu akan muncul lagi. Sebagian orang beranggapan bahwa kemampuan ini sangat serupa dengan kemampuan-kemampuan manusia, namun kelak kita akan melihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat besar antara perilaku manusia dan perilaku hewan betatapun lihainya hewan tersebut. Timbullah kesulitan akibat kita cenderung menilai bahwa hewan memiliki kemampuan mental seperti kita. Makhluk –makhluk terendah diantara makhluk- makhluk tak bertulang belakang hanya mampu melakukan otomatisasi. Sejumlah tertentu informasi yang diperlukan untuk membuat hewan bereaksi tersimpan didalam molekul-molekul DNA, hal ini merupakan bagian dari kode genetic. Reaksi-reaksi kimiawi terus terjadi begitu lingkungannya berubah: berkat inilah hewan bisa berprilaku.

Tingkat kompleksitas yang lebih tinggi muncul ketika aktifitas itu terjadi secara tetap, diseligi periode-periode kosong. Pembangunan sarang oleh serangga dapat dijadikan contoh disini. Kita melihat adanya kompleksitas yang sama pada tindakan otomatis untuk menyengat: nyamuk betina rata-rata patuh pada impuls yang timbul dalam dirinya ketika muncul stimuli yang merangsang panas dan kelengasan pada kulit manusia, terutama ketika nyamuk itu mencium bau asam butirik yang ada dala jumlah yang sangat kecil pada permukaan kulit. Disini lagi-lagi muncul kasus perilaku bawaan: informasi yang tepat tercatat dalam kode genetic spesies hewan hanya mematuhi perintah-perintah seperti robot saja.

Sekalipun begitu, beberapa hewan tak bertulang belakang mampu melakukan gerak reflex yang terkondisikan. Kita harus selalu ingat kebalikan reflex yang tak terkondisikan dimana tindakan tidak disengaja merupakan hasil suatu stimulus disini kita membicarakan reflex terkondisikan yang memerlukan beberapa persiapan sebelum dilakukan. Pada tigkat awal, stimulus yang sebenarnya dikaitkan dengan stimulus netral yang menyertainya. Pada tingkat kedua, hewan memberikan tanggapan dengan cara yang sama pada stimulus netral itu saja. Reflex-refleks semacam ini dimiliki oleh kumbang dan kupu-kupu misalnya, dimana hewan-hewan itu dituntun oleh bentuk dan warna bunga-bunga yang mereka isap sarinya, dalam hal kumbang, bau juga memainkan peranan. Tapi hal ini hanya sepanjang menyangkut proses belajar serangga-serangga tersebut saja, sebab tidaklah mungkin menjinakkan atau melatih serangga.

Hanya hewan-hewan bertulang belakang sajalah yang mampu melakukan reflex-refleks seperti ini dan mencatat serta memanfaatkan informasi dari luar. Hewan-hewan menyusui dapat dilatih anjing adalah contoh khas dalam hal kemampuan untuk menyatu dengan masyarakat manusia. Tapi disini perilaku bawaan masih tampak menonjol, seperti pola kawin, persiapan untuk membiasakan diri pada tempat tinggalnya yang sering memerlukan teknik-teknik yang sangat komplek, pengasuhan anak, penentuan wilayah untuk tujuan pertahanan, pencarian makanan, hubungan seksual dan sebagainya.

Sejalan dengan naiknya tingkat organisasi, perilaku bawaan tidak hilang juga, meskipun hewan itu mampu mengubah responnya menurut situasi yang dihadapinya. Bahkan pada hewan-hewan menyusui yang lebih tinggi, seperti golongan primata, respon otomatis yang ditetapkan oleh kode genetic hanya menyusut : respon tersebut tidak menghilang sama sekali. P.P Grasse memberikan dua contoh penting disini. Simpanse yang belum pernah hidup dihutan sejak dilahirkan, bila dilepaskan maka simpanse tersebut tahu dengan pasti bagaimana cara membangun tempat bernaung dimalam hari di pohon-pohon. Mereka mengumpulkan bahan-bahan untuk membangun tempat tinggal yang sama dengan tempat tinggal buatan simpanse lainnya yang telah hidup didalam lingkungan alamiah spesiesnya. Begitu juga, gorila selalu ketakutan jika melihat ular dihutan tempat hidup mereka. Reaksi yang sama muncul pada gorilla-gorila muda yang kebetulan melihat seekor ular mati, meskipun mereka baru pertamakali kali itu melihat seekor ular. Hal ini semua jelas merupakan contoh-contoh yang tak diragukan lagi mengenai perilaku bawaan. Hewan terdorong untuk bereaksi dengan cara tertentu sebab didalam molekul DNA nya terkandung gen atau gen-gen yang mengerakkan respon-respon yang telah ditetapkan bila menghadapi stimulus tertentu.

Barangkali salah satu contoh paling spektakuler dari seekor hewan yang mampu mengingat atau menimbun informasi yang terkandung didalam kode genetic adalah sejenis burung asli Australia. Pola berpindah yang luar biasa dari burung istimewa ini dituturkan didalam sebuah karya J. Hamburger yang berjudul ‘La Puissance et la Fragilite’ (Kekuatan dan Kerapuhan).

Pada 27 mei 1955, seorang nelayan jepang menangkap seekor burung yang ditandai dengan sebuah cincin pada 14 maret tahun yang sama di pulau Babel, Australia. Dibagian dunia itu, burubg tersebut dikenal sebagai ‘burung mutton’ atau gunting air berekor pendek. Tangkapan itu merupakan awal serangkaian penemuan yang membuat bisa disusunnya kembali perjalanan besar yang dilakukan oleh burung yang selalu berpindah-pindah ini setiap tahunnya. Tempat keberangkatannya adalah pantai Australia, dari sana burung tersebut terbang ketimur menuju Pasifik, berbelok ke utara sepanjang pantai jepang sampai tiba di Laut Bering, disitu burung tersebut beristirahat sebentar. Setelah persinggahan ini burung tersebut berangkat lagi, kali ini menuju selatan, menyusuri pantai barat Amerika hingga tiba di California. Dari sana terbang kembali menyeberangi Pasifik menuju tempat keberangkatannya. Perjalanan tahunan yang memempuh jarak sekitar 15.000 mil yang membentuk angka 8 ini tidak pernah berubah, baik rute maupun waktunya. Perjalanan ini berlangsung selama enam bulan dan selalu diakhiri pada minggu ketiga bulan September dipulau yang sama dan disangkar yang sama yang ditinggalkannya enam bulan sebelumnya. Yang berikutnya ini lebih mengagumkan lagi. Ketika dating, burung- burung itu membersihkan sarang mereka, kawin dan mengerami satu telur  selama sepuluh hari terakhir dibulan Oktober. Dua bulan kemudian, anak burung itu menetas, tumbuh dengan cepat,  dan pada usia tiga bulan mereka melihat kedua orangtua mereka terbang menempuh perjalanan panjang. Dua minggu kemudian, sekitar pertengahan April, burung-burung muda itupun terbang pula. Tanpa adanya petunjuk jalan, mereka mengikuti rute yang persis sama seperti yang telah diperikan diatas. Implikasi yang ada disini jelas. Didalam materi yang mentransmisi cirri-ciri khas turunan yang terkandung di dalam telur, burung-burung ini mendapatkan semua arah yang diperlukan untuk menempuh perjalanan semacam itu. Sementara sebagian orang beragumen bahwa burung-burung ini dituntun oleh matahari dan bintang-bintang, atau oleh angin yang bertiup sejalan dengan rute penerbangan keliling mereka, factor semacam itu jelas tidak dapat menjelaskan ketepatan geografis dan kronologis perjalanan tersebut. Tak pelak lagi, secara langsung atau tidak, petunjuk-petunjuk untuh menempuh perjalanan 15.000 mil ini tercatat didalam molekul-molekul kimia pemberi perintah yang terdapat di dalam nuclei sel-sel burung ini.

Bagaimana dapat kita bayangkan banyaknya kode informasi yang harus disesuaikan dengan berbagai kondisi yang berlain-lainan, yang semuanya akan dipengaruhi oleh berbagai lingkungan tempat burung-burung itu harus lewat sendiri dan tanpa tuntunan dari Australia ke Laut Bering dan kembali lagi sekaligus harus menepati jadwal waktu secara benar?bagaimana dapat kita pahami jumlah fantastis perintah-perintah yang harus diberikan dalam waktu enam bulan, perintah-perintah yang tak pelak lagi harus diubah-ubah sesuai dengan keadaan, terutama jika iklim berganti?setiap kemungkinan mesti diperkirakan dalam batas-batas jumlah keseluruhan informasi yang disimpan oleh DNA. Orang bertanya-tanya bagaimana program itu mula-mula dituliskan, dan adakah seseorang yang tahu jawabnya.

Di zaman computer sekarang ini, masalah-masalah pemrograman selalu mendorong kita untuk memikirkan beberapa prestasi material manusia sendiri pada tahun-tahun terakhir ini. Kita dibuat terkagum-kagum oleh hasil-hasil teknologi tinggi yang telah di capai oleh pesawat ulang-alik Amerika yang setelah menyelesaikan penerbangan ujinya, kembali ke bumi pada saat yang telah diperhitungkan sebelumnya. Seperti yang telah berulang-ulang ditekankan oleh para pengamat ilmu, keberangkatan pesawat itu, perjalanannya mengelilingi bumi, kembalinya ke bumi dan banyak maneuver lainnya, dibantu oleh computer-komputer besar yang bekerja

  1. 4. Manipulasi-manipulasi Genetika

Gen bertanggung jawab atas setiap fungsi sel. Beberapa ilmuwan telah mempunyai gagasan untuk memberikan pada sel-sel itu sifat-sifat baru dengan mengubah gen. dalam kenyatan sesungguhnya mereka mulai mengadakan eksperimen atas organisme yang bahkan lebih sederhana dari sel, yaitu bakteri. Dengan mencangkok berbagai gen ke dalam hasil usus besar, mereka mendorong produksi substansi-substansi terapis dan nutrisi tertentu; dikarenakan reproduksi bakteri yang cepat sekali, maka mereka dapat mencapai kuantititas sebstansi ini yang sanagt besar. Eksperimen ini berhasil terutama pada beberapa hormon.

Tulang punggung dan panggul kera dan manusia menunjukan perbedaan-perbedaan dikarenaka postur manusia yang berdiri dengan kedua kakinya. Manusia memiliki panggul yang lebih lebar, dan tulang punggungnya menunjukkan lengkungan yang tidak terdapat pada kera; tulang punggung ini menunjukkan kecembungan ke arah belakang. Semua cirri-ciri ini merupakan akibat adanya kenyatan bahwa postur berdiri dan pola berjalan di atas kedua kaki itu telah tercatat dalam warisan genetika manusia. Tapi, seperti akan kita lihat, pola berjalan di atas kedua kaki bukan merupakan cirri bawaan perilaku manusia. Seorang anak harus belajar berjalan, meskipun struktur anatomisnya telah disesuaikan dengan fungsi spesifiknya.

5. Ciri-ciri Biokimia dan Genetika

Sepanjang menyangkut cirri khasnya yang penting, setiap makhluk hidup yang terus berkembang terdiri atas semacam jaringan-jaringan. Setiap buku pegangan Biologi memberikan cirri-ciri umum yang berupa sejumlah besar jaringan: jaringan penutup, jaringan tulang, otot, dll. Masing-masing jaringan ini mempunyai suatu organisasi sel dengan komponen-komponen kimiawi yang identik antara satu spesies dengan spesies yang lainnya. Protein-protein khas bagi suatu jaringan tertentu pada seekor hewan kemungkinan besar sama dengan yang terdapat pada jaringan serupa hewan yang lainnya meskipun tidak ada hubungan antara keduanya. Pada masa lampau, gen tertentu bertanggung jawab atas orientasi ungsi sel tertentu, dan gen pengarah ini tetap melekat pada warisan keturunan, dan disampaikan dari sat generasi ke generasi lainnya tanpa diserta perubahan. Setiap makhluk hidup yang bernafas memerlukan rongga paru-paru untuk memungkinkan masuknya oksigen kedalam darah dan untuk menghilangkan CO2. Manusia memerlukan hal itu sebagaimana hewan lainnya yang bernafa. Suatu penelitian atas semua fungsi organic akan mengungkapkan bahwa, agar hewan dapat bertahan hidup, struktur-strukturnya harus disesuaikan dengan fungsinya. Misalnya, makanan yang diperlukan untuk mempertahankan  kehidupan, seperti Hb uang terkandung dalam sel-sel darah merah, merupakan hasil fungsi-fungsi khusus sel-sel yang dikontrol oleh gen-gen tertentu. Cirri-ciri khas kimiawi yang persis sama pasti juga dimiliki oleh semua Hb. Cirri-ciri tersebut terdapat pada Hb manusia dan bayak hewan lainnya, sebab tidak ada alternative lainnya.

Usaha-usaha telah dilakukan untuk menghubungkan manusia dengan kera melalui penyelidikan atas warisan genetik mereka masing-masing. Jumlahnya tidak sama: 46 pada manusia dan 48 pada kera-kera besar. Karena angka-angk itu dekat satu sama lainnya telah dikemukakan tanpa disertai bukti sama sekali bahwa pada kera 2 kromosom digabungkan menjadi satu agar jumlahnya menyamai jumlah kromosom manusia dari 48 ke 46. Tapi yang jadi permasalahan adalah gen. di sini kita mendekati bahwa sebuah pendapat menyatakan bahwa daftar gen belum tersusn bagi kera dan mungkin belum lengkap bagi manusia, sementara pendapat lai mengaakan bahwa “barangkali kurang dari 2% dari semua gen itu beragam dari satu spesies ke spesies lainnya”(J. de Grouchy). Para pelaksana riset benar-benar tergugah minatnya oleh penyelidikan kromosom, bahkan sekarang meskipun ada penemuan-penemuan sah yang dilakukan oleh para ahli paleontology, namun mereka masih berusaha untuk menyatukan manusia dengan kera.

Yang terakhir tapi tak kalah pentingnya, kita sampai pada makna penting perbedaan dalam aktifitas seksual manusia dan kera, yang diakitkan dengan berbagai perintah yang dikeluarkan oleh hormone-hormon masing-masing spesies. Dengan mengesampingkan perbedaan-perbedaan anatomis tertentu yang meningkatkan variasi-variasi kecil, soal utama yang perlu dicatat adalah bahwa pada manusia aktifitas seksual itu berkesinambungan dan tidak terlalu bergantung pada siklus menstruasi wanita. Pada kera, situasinya berbeda, siklus menstruasi lebih panjang dan ditandai dengan periode kawin yang terutama terlihat jelas dari melebarnya daerah ano-vulvar, diikuti dengan memerahnya kulit penutupnya. Cirri-ciri fisiologis ini dengan sendirinya mendatangkan pengaruh secara lengsung pada perilaku kera. Tindakan mereka hendaknya dapat dilihat bahwa hal itu merupakan suatu fenomena yang sangat umum yang mengarahkan perilaku hewan.

6. Rekombinasi Gen

Pengertian dan arti definisi rekombinasi gen adalah penggabungan beberapa gen induk jantan dan betina ketika pembuahan ovum oleh sperma yang menyebabkan adanya susunan pasangan gen yang berbeda dari induknya. Akibatnya adalah lahirnya varian spesies baru. Rekombinasi gen – gen yang terjadi karena perkawinan silang merupakan suatu bahan mentah evolusi karena melalui telekombinasi ini dimungkinkan terbentuknya varietas baru,terbentuknya species baru

Terbentuknya spesies baru dapat disebabkan oleh:

  1. 1. Isolasi Geografi : 2 populasi/spesies tidak mampu melakukan interhibridasi karena dipisahkan oleh factor geografi /keadaan alam.
  2. 2. Isolasi Reproduksi : 2 populasi / spesies yang terdapat pada daerah yang sama tidak mampu melakukan interhibridasi. Dua spesies yang berbeda menghuni daerah yang sama disebut spesies simpatik. Populasinya disebut populasi simpatik.

Isolasi reproduksi dapat terjadi melalui :

a) Isolasi ekologi , apabila dua spesies simpatik yang terdapat disuatu daerah masing – masing menempati habitat yang berbeda.

b) Isolasi musim, terjadi bila dua spesies simpatik masing – masing memiliki pemasakan kelamin yang berbeda

c) Isolasi tingkah laku, terjadi bila dua spesies simpatik mempunyai bentuk morfologi alat reproduksi yang berbeda pada waktu kawin

d) Isolasi mekanik, terjadi apabila dua spesies simpatik terdapat sel gamet jantan yang tidak mempunyai viabilitas pada saluran kelamin betina

e)      Bastar mandul, apabila dua spesises simpatik menghasilkan keturunan mandul

Pada organisme aseksual, gen diwariskan bersama, atau ditautkan, karena ia tidak dapat bercampur dengan gen organisme lain selama reproduksi. Keturunan organisme seksual mengandung campuran acak kromosom leluhur yang dihasilkan melalui pemilahan bebas. Pada proses rekombinasi genetika terkait, organisme seksual juga dapat bertukarganti DNA antara dua kromosom yang berpadanan.[43] Rekombinasi dan pemilahan ulang tidak mengubahan frekuensi alel, namun mengubah alel mana yang diasosiasikan satu sama lainnya, menghasilkan keturunan dengan kombinasi alel yang baru.[44] Manakala proses ini meningkatkan variasi pada keturunan individu apapun, pencampuran genetika dapat diprediksi untuk tidak menghasilkan efek, meningkatkan, ataupun mengurangi variasi genetika pada populasi, bergantung pada bagaimana ragam alel pada populasi tersebut terdistribusi. Sebagai contoh, jika dua alel secara acak terdistribusi pada sebuah populasi, maka jenis kelamin tidak akan memberikan efek pada variasi. Namun, jika dua alel cenderung ditemukan sebagai satu pasang, maka pencampuran genetika akan menyeimbangkan distribusi tak-acak ini, dan dari waktu ke waktu membuat organisme pada populasi menjadi lebih mirip satu sama lainnya. Efek keseluruhan jenis kelamin pada variasi alami tidaklah jelas, namun riset baru-baru ini menunjukkan bahwa jenis kelamin biasanya meningkatkan variasi genetika dan dapat meningkatkan laju evolusi.

Rekombinasi mengijinkan alel sama yang berdekatan satu sama lainnya pada unting DNA diwariskan secara bebas. Namun laju rekombinasi adalah rendah, karena pada manusia dengan potongan satu juta pasangan basa DNA, terdapat satu di antara seratus peluang kejadian rekombinasi terjadi per generasi. Akibatnya, gen-gen yang berdekatan pada kromosom tidak selalu disusun ulang menjauhi satu sama lainnya, sehingga cenderung diwariskan bersama.[ Kecenderungan ini diukur dengan menemukan bagaimana sering dua alel gen yang berbeda ditemukan bersamaan, yang disebut sebagai ketakseimbangan pertautan (linkage disequilibrium). Satu set alel yang biasanya diwariskan bersama sebagai satu kelompok disebut sebagaihaplotipe.

Reproduksi seksual membantu menghilangkan mutasi yang merugikan dan mempertahankan mutasi yang menguntungkan. Sebagai akibatnya, ketika alel tidak dapat dipisahkan dengan rekombinasi (misalnya kromosom Y mamalia yang diwariskan dari ayah ke anak laki-laki), mutasi yang merugikan berakumulasi. Selain itu, rekombinasi dan pemilahan ulang dapat menghasilkan individu dengan kombinasi gen yang baru dan menguntungkan. Efek positif ini diseimbangkan oleh fakta bahwa proses ini dapat menyebabkan mutasi dan pemisahan kombinasi gen yang menguntungkan.

7. Gene Flow

Gene flow dapat terjadi apabila statu individu pergi meninggalkan populasi asal atau melakukan emigrasi ke populasi lain dan masuknya individu ke dalam populasi yang berbeda sehingganmengakibatkan perubahan alel pada individu (Klug & Cummings 1994:745).

 

 

 

 

 

 

 

Singa jantan meninggalkan kelompok di mana ia lahir, dan menuju ke kelompok yang baru untuk berkawin. Hal ini menyebabkan aliran gen antar kelompok singa.

 

 

 

 

Aliran gen merupakan pertukaran gen antar populasi, yang biasanya merupakan spesies yang sama. Contoh aliran gen dalam sebuah spesies meliputi migrasi dan perkembangbiakan organisme atau pertukaran serbuk sari. Transfer gen antar spesies meliputi pembentukan organisme hibrid dan transfer gen horizontal.

Migrasi ke dalam atau ke luar populasi dapat mengubah frekuensi alel, serta menambah variasi genetika ke dalam suatu populasi. Imigrasi dapat menambah bahan genetika baru ke lungkang gen yang telah ada pada suatu populasi. Sebaliknya, emigrasi dapat menghilangkan bahan genetika. Karena pemisahan reproduksi antara dua populasi yang berdivergen diperlukan agar terjadi spesiasi, aliran gen dapat memperlambat proses ini dengan menyebarkan genetika yang berbeda antar populasi. Aliran gen dihalangi oleh barisan gunung, samudera, dan padang pasir. Bahkan bangunan manusia seperti Tembok Raksasa Cina dapat menghalangi aliran gen tanaman.

Bergantung dari sejauh mana dua spesies telah berdivergen sejak MRCA (most recent common ancestor) mereka, adalah mungkin kedua spesies tersebut menghasilkan keturunan, seperti pada kuda dan keledai yang hasil perkawinan campurannya menghasilkan bagal. Hibrid tersebut biasanya mandul, oleh karena dua set kromosom yang berbeda tidak dapat berpasangan selama meiosis. Pada kasus ini, spesies yang berhubungan dekat dapat secara reguler saling kawin, namun hibrid yang dihasilkan akan terseleksi keluar, dan kedua spesies ini tetap berbeda. Namun, hibrid yang berkemampuan berkembang biak kadang-kadang terbentuk, dan spesies baru ini dapat memiliki sifat-sifat antara kedua spesies leluhur ataupun fenotipe yang secara keseluruhan baru. Pentingnya hibridisasi dalam pembentukan spesies baru hewan tidaklah jelas, walaupun beberapa kasus telah ditemukan pada banyak jenis hewan, Hyla versicolor merupakan contoh hewan yang telah dikaji dengan baik.

 

Hibridisasi merupakan cara spesiasi yang penting pada tanaman, karena poliploidi (memiliki lebih dari dua kopi pada setiap kromosom) dapat lebih ditoleransi pada tanaman dibandingkan hewan. Poliploidi sangat penting pada hibdrid karena ia mengijinkan reproduksi, dengan dua set kromosom yang berbeda, tiap-tiap kromosom dapat berpasangan dengan pasangan yang identik selama meiosis. Poliploid juga memiliki keanekaragaman genetika yeng lebih, yang mengijinkannya menghindari depresi penangkaran sanak (inbreeding depression) pada populasi yang kecil.

Transfer gen horizontal merupakan transfer bahan genetika dari satu organisme ke organisme lainnya yang bukan keturunannya. Hal ini paling umum terjadi pada bakteri. Pada bidang pengobatan, hal ini berkontribusi terhadap resistansi antibiotik. Ketika satu bakteri mendapatkan gen resistansi, ia akan dengan cepat mentransfernya ke spesies lainnya. Transfer gen horizontal dari bakteri ke eukariota seperti khamir Saccharomyces cerevisiae dan kumbang Callosobruchus chinensis juga dapat terjadi. Contoh transfer dalam skala besar adalah pada eukariota bdelloid rotifers, yang tampaknya telah menerima gen dari bakteri, fungi, dan tanaman. Virus juga dapat membawa DNA antar organisme, mengijinkan transfer gen antardomain. Transfer gen berskala besar juga telah terjadi antara leluhur sel eukariota dengan prokariota selama akuisisi kloroplas dan mitokondria.
8. Gene Drift

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hanyutan genetik, ingsut genetik, penyimpangan genetik, atau rambang genetik dalam genetika populasi, merupakan akumulasi kejadian acak yang menggeser tampilan lungkang gen (gene pool) secara perlahan dari keadaan setimbang, namun semakin membesar seiring berjalannya waktu. Sebenarnya, istilah “genetik” kurang tepat dan yang lebih baik adalah “alel“, karena yang sebenarnya terjadi adalah proses perubahan frekuensi alel suatu populasi karena yang berubah adalah frekuensi dari alel-alel yang ada di dalam populasi yang bersangkutan.

Hanyutan genetik berbeda dari seleksi alam. Yang terakhir ini merupakan proses tak acak yang memiliki kecenderungan membuat alel menjadi lebih atau kurang tersebar pada sebuah populasi dikarenakan efek alel pada kemampuan individu beradaptasi dan reproduksi.

Pada populasi kecil, efek galat contoh (sampling error) pada alel tertentu dalam keseluruhan populasi dapat menyebabkan frekuensinya meningkat atau menurun pada generasi selanjutnya. Ini merupakan perubahan evolusioner; sering kali gen tertentu menjadi tetap pada populasi, atau menjadi punah. Apabila waktu untuk proses ini mencukupi dapat diikuti oleh proses spesiasi seiring terakumulasinya hanyutan genetika.

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Sewall Wright pada tahun 1920-an. Terdapat pedebatan mengenai seberapa signifikan hanyutan genetika. Banyak ilmuwan yang menganggapnya sebagai salah satu mekanisme utama evolusi biologis. Beberapa penulis, seperti Richard Dawkins, menganggap hanyutan genetik penting (terutama untuk populasi yang kecil atau terisolasi), namun kurang penting dibandingkan seleksi alam.

Merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat dalam suatu populasi. Hanyutan genetika dihasilkan dari probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.

Simulasi hanyutan genetika 20 alel yang tidak bertaut pada jumlah populasi 10 (atas) dan 100 (bawah). Hanyutan mencapai fiksasi lebih cepat pada populasi yang lebih kecil.

Hanyutan genetika atau ingsut genetik merupakan perubahan frekuensi alel dari satu generasi ke generasi selanjutnya yang terjadi karena alel pada suatu keturunan merupakan sampel acak (random sample) dari orang tuanya; selain itu ia juga terjadi karena peranan probabilitas dalam penentuan apakah suatu individu akan bertahan hidup dan bereproduksi atau tidak. Dalam istilah matematika, alel berpotensi mengalami galat percontohan (sampling error). Karenanya, ketika gaya dorong selektif tidak ada ataupun secara relatif lemah, frekuensi-frekuensi alel cenderung “menghanyut” ke atas atau ke bawah secara acak (langkah acak). Hanyutan ini berhenti ketika sebuah alel pada akhirnya menjadi tetap, baik karena menghilang dari populasi, ataupun menggantikan keseluruhan alel lainnya. Hanyutan genetika oleh karena itu dapat mengeliminasi beberapa alel dari sebuah populasi hanya karena kebetulan saja. Bahkan pada ketidadaan gaya selektif, hanyutan genetika dapat menyebabkan dua populasi yang terpisah dengan stuktur genetik yang sama menghanyut menjadi dua populasi divergen dengan set alel yang berbeda.

Waktu untuk sebuah alel menjadi tetap oleh hanyutan genetika bergantung pada ukuran populasi, dengan fiksasi terjadi lebih cepat dalam populasi yang lebih kecil. Pengukuran populasi yang tepat adalah ukuran populasi efektif, yakni didefinisikan oleh Sewal Wright sebagai bilangan teoritis yang mewakili jumlah individu berkembangbiak yang akan menunjukkan derajat perkembangbiakan terpantau yang sama.

Walaupun seleksi alam bertanggung jawab terhadap adaptasi, kepentingan relatif seleksi alam dan hanyutan genetika dalam mendorong perubahan evolusi secara umum merupakan bidang riset pada biologi evolusi. Investigasi ini disarankan oleh teori netral evolusi molekul, yang mengajukan bahwa kebanyakan perubahan evolusi merupakan akibat dari fiksasi mutasi netral yang tidak memiliki efek seketika pada kebugaran suatu organisme. Sehingga, pada model ini, kebanyakan perubahan genetika pada sebuat populasi merupakan akibat dari tekanan mutasi konstan dan hanyutan genetika.

 

D. Seleksi Alam

1. Seleksi Jenis Kelamin

seleksi alam yang merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi – dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.

Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan ini akan terakumulasi, menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.

Seleksi alam adalah proses di mana mutasi genetika yang meningkatkan reproduksi menjadi (dan tetap) lebih umum dari generasi yang satu ke genarasi yang lain pada sebuah populasi. Ia sering disebut sebagai mekanisme yang “terbukti sendiri” karena:

  • Variasi terwariskan terdapat dalam populasi organisme.
  • Organisme menghasilkan keturunan lebih dari yang dapat bertahan hidup
  • Keturunan-keturunan ini bervariasi dalam kemampuannya bertahan hidup dan bereproduksi.

Kondisi-kondisi ini menghasilkan kompetisi antar organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Oleh sebab itu, organisme dengan sifat-sifat yang lebih menguntungkan akan lebih berkemungkinan mewariskan sifatnya, sedangkan yang tidak menguntungkan cenderung tidak akan diwariskan ke generasi selanjutnya.

Konsep pusat seleksi alam adalah kebugaran evolusi organisme. Kebugaran evolusi mengukur kontribusi genetika organisme pada generasi selanjutnya. Namun, ini tidaklah sama dengan jumlah total keturunan, melainkan kebugaran mengukur proporsi generasi tersebut untuk membawa gen sebuah organisme. Karena itu, jika sebuah alel meningkatkan kebugaran lebih daripada alel-alel lainnya, maka pada tiap generasi alel tersebut menjadi lebih umum dalam popualasi. Contoh-contoh sifat yang dapat meningkatkan kebugaran adalah peningkatan keberlangsungan dan fekunditas. Sebaliknya, kebugaran yang lebih rendah yang disebabkan oleh alel yang kurang menguntungkan atau merugikan mengakibatkan alel ini menjadi lebih langka. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa kebugaran sebuah alel bukanlah karakteristik yang tetap. Jika lingkungan berubah, sifat-sifat yang sebelumnya bersifat netral atau merugikan bisa menjadi menguntungkan dan yang sebelumnya menguntungkan bisa menjadi merugikan.

Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya bervariasi, misalnya tinggi badan, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah seleksi berarah(directional selection), yang merupakan geseran nilai rata-rata sifat dalam selang waktu tertentu, misalnya organisme cenderung menjadi lebih tinggi. Kedua, seleksi pemutus (disruptive selection), merupakan seleksi nilai ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai yang berbeda menjadi lebih umum (dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata). Hal ini terjadi apabila baik organisme yang pendek ataupun panjang menguntungkan, sedangkan organisme dengan tinggi sedang tidak. Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing selection), yaitu seleksi terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata. Hal ini dapat menyebabkan organisme secara pelahan memiliki tinggi badan yang sama.

Kasus khusus seleksi alam adalah seleksi seksual, yang merupakan seleksi untuk sifat-sifat yang meningkatkan keberhasilan perkawinan dengan meningkatkan daya tarik suatu organisme. Sifat-sifat yang berevolusi melalui seleksi seksual utamanya terdapat pada pejantan beberapa spesies hewan. Walaupun sifat ini dapat menurunkan keberlangsungan hidup individu jantan tersebut (misalnya pada tanduk rusa yang besar dan warna yang cerah dapat menarik predator). Ketidakuntungan keberlangsungan hidup ini diseimbangkan oleh keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi pada penjantan.

Bidang riset yang aktif pada saat ini adalah satuan seleksi, dengan seleksi alam diajukan bekerja pada tingkat gen, sel, organisme individu, kelompok organisme, dan bahkan spesies. Dari model-model ini, tiada yang eksklusif, dan seleksi dapat bekerja pada beberapa tingkatan secara serentak. Di bawah tingkat individu, gen yang disebut transposon berusaha menkopi dirinya di seluruh genom. Seleksi pada tingkat di atas individu, seperti seleksi kelompok, dapat mengijinkan evolusi ko-operasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Seleksi Alam Populasi Berwarna Kulit Gelap

 

 

 

Konsep seleksi alam adalah landasan utama Darwinisme. Pernyataan ini ditegaskan bahkan pada judul buku dimana Darwin mengajukan teorinya: The Origin of Species, by means of Natural Selection (Asal usul Spesies, melalui Seleksi Alam)

Seleksi alam didasarkan pada anggapan bahwa di alam selalu terdapat persaingan untuk kelangsungan hidup. Ia memilih makhluk-makhluk dengan sifat-sifat yang paling membuat mereka mampu mengatasi tekanan yang diberikan lingkungan. Pada akhir persaingan ini, yang terkuat, yang paling sesuai dengan keadaan alam, akan bertahan. Sebagai contoh, pada sekawanan rusa yang berada di bawah ancaman pemangsa, mereka yang mampu berlari lebih cepat secara alami akan bertahan hidup. Hasilnya, kawanan rusa tersebut pada akhirnya hanya akan terdiri dari rusa-rusa yang mampu berlari cepat.

Meskipun demikian, betapapun lamanya hal ini berlangsung, ini tidak akan merubah rusa tersebut menjadi jenis lain. Rusa lemah akan tersingkirkan, yang kuat bertahan, tetapi, karena tidak ada perubahan yang terjadi dalam data genetik mereka, perubahan spesies pun tidak akan terjadi. Meskipun proses seleksi ini terjadi terus-menerus, rusa tetap akan menjadi rusa.

Contoh tentang rusa tersebut berlaku untuk semua spesies. Dalam populasi manapun, seleksi alam hanya menyingkirkan yang lemah, atau individu yang tidak cocok yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan kondisi alam dalam habitat mereka. Mekanisme seperti ini tidak akan menghasilkan spesies baru, informasi genetik yang baru, atau organ baru. Artinya, seleksi alam tidak bisa menyebabkan apapun untuk berevolusi. Darwin pun menerima fakta ini, sesuai dengan pernyataannya “Seleksi alam tidak bisa berbuat apapun hingga perbedaan individu atau keragaman yang menguntungkan terjadi.” Itulah mengapa neo-Darwinisme harus menambahkan mekanisme mutasi sebagai faktor pengubah informasi genetik dalam konsep seleksi alam.

Persaingan untuk kelangsungan hidup?

Anggapan mendasar dari teori seleksi alam adalah bahwa di alam selalu terdapat persaingan sengit untuk kelangsungan hidup, dan setiap makhluk hidup hanya mempedulikan dirinya sendiri. Pada saat Darwin mengajukan teori ini, gagasan Thomas Malthus, seorang ahli ekonomi klasik Inggris, berpengaruh penting pada dirinya. Malthus menyatakan bahwa manusia tak terhindar dari persaingan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Ia mendasari pandangannya pada kenyataan bahwa populasi, yang berarti juga kebutuhan akan sumber makanan, bertambah menurut deret ukur, sementara sumber makanan itu sendiri bertambah menurut deret hitung. Alhasil, ukuran populasi mau tak mau akan dibatasi oleh faktor-faktor lingkungan, seperti kelaparan dan penyakit. Darwin menerapkan pandangan Malthus tentang persaingan sengit untuk kelangsungan hidup antar manusia kepada alam secara luas, dan menyatakan bahwa “seleksi alam” adalah sebuah dampak persaingan ini.

Namun, penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa tidak terdapat persaingan untuk hidup di alam seperti yang dirumuskan Darwin. Sebagai hasil dari penelitian menyeluruh terhadap kelompok-kelompok hewan pada tahun 1960-an hingga 1970-an, V. C. Wynne-Edward, seorang ahli ilmu hewan Inggris, menyimpulkan bahwa makhluk hidup menyeimbangkan populasi mereka melalui suatu cara menarik, yang mencegah persaingan untuk memperoleh makanan. Populasi diatur tidak melalui penyingkiran yang lemah melalui hal-hal seperti wabah penyakit atau kelaparan, tetapi oleh sebuah mekanisme pengatur naluriah. Dengan kata lain, hewan mengatur jumlah mereka tidak dengan persaingan sengit, seperti diusulkan Darwin, tetapi dengan membatasi perkembangbiakan.

Bahkan tumbuhan menunjukkan contoh pengaturan populasi, yang menyanggah pernyataan Darwin tentang seleksi melalui persaingan. Pengamatan seorang ahli ilmu tumbuhan, A. D. Bradshaw, menunjukkan bahwa selama berkembangbiak, tumbuhan menyesuaikan diri dengan “kepadatan” penanaman, dan membatasi perkembangbiakan mereka jika daerah itu telah penuh dengan tumbuhan. Di lain pihak, contoh pengorbanan yang teramati pada hewan seperti semut dan lebah menggambarkan sebuah model yang sama sekali bertentangan dengan persaingan untuk kelangsungan hidup menurut Darwinis.

Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian telah mengungkap penemuan mengenai “pengorbanan diri” bahkan pada bakteri. Makhluk hidup tanpa otak atau sistem syaraf ini, yang sama sekali tak berkemampuan untuk berfikir, membunuh diri mereka sendiri untuk menyelamatkan bakteri lain ketika mereka diserang virus.

Contoh-contoh ini pastilah menyanggah anggapan dasar dari seleksi alam: persaingan untuk kelangsungan hidup yang tidak bisa dihindari. Memang benar terdapat persaingan di alam; akan tetapi terdapat juga model yang jelas dari “pengorbanan diri” dan “kesetiakawanan”.

 

 

 

 

 

 

Darwin telah terpengaruh oleh Thomas Malthus ketika mengembangkan tesisnya mengenai pertarungan demi hidup Namun, segenap pengamatan dan percobaan membuktikan bahwa Malthus keliru.

 

 

 

 

 

 

Penelitian dan Percobaan

Terlepas dari kelemahan secara teori tersebut di atas, teori evolusi melalui seleksi alam kembali menemui kebuntuan mendasar ketika berhadapan dengan penemuan-penemuan ilmiah yang nyata. Nilai ilmiah sebuah teori harus dikaji berdasarkan berhasil atau tidaknya teori ini dalam percobaan dan pengamatan. Evolusi melalui seleksi alam gagal dalam keduanya.

Sejak masa Darwin, tidak pernah dikemukakan sepotong bukti pun untuk menunjukkan bahwa seleksi alam telah menyebabkan makhluk hidup berevolusi. Colin Patterson, seorang ahli purbakala senior pada Museum Sejarah Alam (Museum of Natural Histroy) Inggris di London yang juga seorang evolusionis terkemuka, menegaskan bahwa seleksi alam belum pernah teramati memiliki kemampuan untuk menyebabkan makhluk hidup berevolusi:

Tak seorangpun pernah menghasilkan satu spesies melalui mekanisme seleksi alam. Tak seorangpun pernah mendekatinya, dan kebanyakan dari perdebatan di dalam neo-Darwinisme adalah seputar pertanyaan ini.

Pierre-Paul Grasse, ahli ilmu hewan terkenal Perancis yang juga penguji Darwinisme, berkomentar di dalam “Evolusi dan Seleksi Alam”, satu bab pada bukunya The Evolution of Living Organisms (Evlolusi Makhluk Hidup).

“Evolusi sedang beraksi” menurut J. Huxley dan ahli biologi lainnya hanyalah pengamatan atas fakta-fakta demografi, keragaman genotipe lokal, dan sebaran geografis. Sering kali spesies yang diamati hampir tidak berubah selama ratusan abad! Keragaman akibat [perubahan] keadaan, dengan didahului perubahan genom, tidak berarti evolusi, dan kita memiliki bukti nyata atas hal ini pada banyak spesies panchronic [yaitu fosil hidup yang tidak berubah selama jutaan tahun].

Sebuah tinjauan lebih dekat pada beberapa “contoh yang teramati dari seleksi alam” yang disajikan oleh ahli biologi yang mendukung teori evolusi, akan mengungkapkan bahwa, pada kenyataannya, mereka tidak menyediakan bukti apapun bagi evolusi.

Kisah Sebenarnya tentang Melanisme Industri

Ketika sumber-sumber evolusionis dikaji, seseorang pasti akan melihat bahwa contoh ngengat di Inggris selama Revolusi Industri disebut-sebut sebagai contoh evolusi melalui seleksi alam. Hal ini diajukan sebagai contoh paling nyata dari evolusi yang teramati, dalam buku-buku acuan, majalah dan bahkan sumber-sumber akademis. Meskipun pada kenyataanya, contoh tersebut tidak berhubungan sama sekali dengan evolusi.

Pertama, mari kita mengingat kembali apa yang dikatakan: Menurut catatan ini, pada permulaan Revolusi Industri di Inggris, warna kulit pohon disekitar Manchester cukup terang. Oleh sebab itu, ngengat berwarna gelap yang berada di pohon itu akan lebih mudah dilihat oleh burung pemangsa mereka, dan karenanya mereka berkemungkinan kecil untuk bertahan hidup. Lima puluh tahun kemudian, di hutan-hutan dimana polusi industri telah membunuh lumut kerak, kulit pohon menjadi lebih gelap, dan sekarang ngengat berwarna terang menjadi paling banyak diburu, karena mereka paling mudah terlihat. Akibatnya, perbandingan antara ngengat berwarna terang dengan berwarna gelap menurun. Evolusionis mempercayai hal ini sebagai satu bukti besar bagi teori mereka. Mereka berlindung dan menghibur diri dengan bangga, menunjukkan bagaimana ngengat berwarna terang “berevolusi” menjadi ngengat berwarna gelap.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar atas menunjukkan pohon-pohon dengan ngengat di atasnya sebelum revolusi industri, dan gambar bawah menunjukkan keadaan sesudahnya. Karena pohon-pohon ini menjadi lebih gelap, burung-burung dapat lebih mudah menangkap ngengat berwarna terang sehingga jumlah ngengat ini berkurang. Akan tetapi, ini bukan contoh “evolusi”, sebab tiada spesies baru yang muncul; yang terjadi adalah berubahnya perbandingan dua jenis yang ada dari spesies yang memang sudah ada.

 

 

 

 

 

 

 

 

Namun demikian, walaupun kita percaya bahwa fakta ini benar, seharusnya sudah jelas bahwa ngengat-ngengat ini tidak bisa dijadikan bukti bagi teori evolusi, karena tidak ada bentuk baru yang muncul yang sebelumnya tidak ada. Ngengat berwarna gelap telah ada dalam populasi ngengat sebelum Revolusi Industri. Hanya perbandingan antar varietas ngengat yang ada saja yang berubah. Ngengat tidak memperoleh suatu sifat atau organ baru, yang akan menyebabkan “spesiasi” [terbentuknya spesies baru]. Agar satu spesies ngengat berubah menjadi satu spesies hidup lain, burung misalnya, harus ada penambahan baru atas gen-gennya. Artinya, sebuah program genetik yang benar-benar baru harus dimasukan termasuk informasi tentang ciri-ciri fisik dari burung.

Ini adalah jawaban yang diberikan untuk kisah “Melanisme Industri” kaum evolusionis. Namun, masih ada sisi yang lebih menarik dari kisah ini: Tidak hanya penjelasannya, tetapi kisah itu sendiri tidak sepenuhnya benar. Sebagai ahli biologi molekuler, Jonathan Wells menjelaskan dalam bukunya Icons of Evolution (Lambang-lambang Evolusi), cerita ngengat berbintik ini, yang dimasukkan pada setiap buku biologi evolusi dan karenanya, telah menjadi sebuah “lambang” dalam hal ini, tidak mencerminkan kebenaran. Wells mengkaji di dalam bukunya bagaimana percobaan Bernard Kettlewell, yang dikenal sebagai “bukti percobaan”, sebenarnya adalah skandal ilmiah. Beberapa unsur dasar dari skandal ini adalah:

  • Banyak percobaan yang dilakukan setelah Kettlewell mengungkap bahwa hanya ada satu jenis dari ngengat ini yang hinggap pada batang pohon, dan semua jenis lainnya lebih suka hinggap di bawah dahan kecil yang mendatar. Sejak 1980 menjadi teranglah bahwa ngengat umumnya tidak hinggap pada batang pohon. Selama 25 tahun kerja lapangan, banyak ilmuwan seperti Cyril Clarke dan Rory Howlett, Michael Majerus, Tony Liebert, dan Paul Brakefield menyimpulkan bahwa dalam percobaan Kettlewell, ngengat dipaksa untuk bertingkah laku tidak umum, karenanya, hasil percobaan tersebut tidak bisa diterima secara ilmiah.14
  • Para Ilmuwan yang menguji kesimpulan Kettlewell muncul dengan hasil yang bahkan lebih menarik: Walaupun jumlah ngengat berwarna terang diharapkan akan lebih banyak pada daerah yang kurang berpolusi di Inggris, ngengat berwarna gelap di sana jumlahnya empat kali lebih banyak dari yang terang. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara populasi ngengat dan batang kayu seperti yang dikatakan Kettlewell dan diulang-ulang oleh hampir semua sumber evolusionis.
  • Ketika pengujian diperdalam, besarnya skandal ini semakin nyata: “Ngengat pada batang pohon” yang difoto oleh Kettlewell, sebenarnya adalah ngengat mati. Kettle well menggunakan serangga mati yang direkatkan atau ditusukkan pada batang kayu dan kemudian memfotonya. Pada dasarnya, sulit sekali untuk mengambil gambar seperti itu karena ngengat tidak hinggap di batang pohon, melainkan di bawah dedaunan.

Fakta-fakta ini diungkapkan oleh masyarakat ilmiah baru di akhir 1990-an. Runtuhnya mitos Melanisme Industri, yang telah menjadi salah satu bahasan berharga dalam kuliah-kuliah “Mengenal Evolusi” di setiap Universitas selama beberapa dasawarsa, sangat mengecewakan para evolusionis. Salah satu dari mereka, Jerry Coyne, bertutur:

Reaksi saya mirip dengan kekecewaan yang menyertai temuan saya, pada umur 6 tahun, bahwa ternyata ayah sayalah dan bukan Santa yang membawa hadiah pada malam natal. Jadi, “contoh paling terkenal dari seleksi alam” telah dibuang ke tumpukan sampah sejarah sebagai sebuah skandal ilmiah—sebuah hal yang tak terhindarkan, karena, berkebalikan dengan apa yang dinyatakan evolusionis, seleksi alam bukanlah sebuah “mekanisme evolusi”.

Singkatnya, seleksi alam tidak mampu menambahkan organ baru pada makhluk hidup, atau menghilangkan salah satunya, ataupun merubah organisme dari satu spesies menjadi spesies lain. Bukti “terbesar” yang ada sejak Darwin hanya beranjak tidak lebih jauh dari “Melanisme Industri” ngengat di Inggris.

Mengapa Seleksi Alam Tidak Bisa Menjelaskan Kompleksitas

Seperti yang kami tunjukkan pada bagian awal, masalah terbesar bagi teori evolusi melalui seleksi alam, adalah bahwa ia tidak bisa memunculkan organ atau sifat baru pada makhluk hidup. Seleksi alam tidak bisa mengembangkan data genetik suatu spesies; karenanya, ia tidak bisa digunakan untuk menjelaskan kemunculan spesies baru. Pembela terbesar teori Punctuated Equilibrium (Keseimbangan Tersela), Stephen Jay Gould, menyatakan kebuntuan seleksi alam ini sebagai berikut:

Intisari Dawinisme terdapat dalam sebuah kalimat: seleksi alam adalah kekuatan kreatif dari perubahan secara evolusi. Tak seorang pun menyangkal bahwa seleksi alam akan memainkan peran negatif dengan menyisihkan yang lemah. Teori Darwin mensyaratkan seleksi alam juga menciptakan yang kuat.

Metoda menyesatkan lainnya yang diterapkan para evolusionis dalam masalah seleksi alam adalah usaha mereka untuk menghadirkan mekanisme ini sebagai sebuah perancang cerdas. Namun, seleksi alam tidak memiliki kecerdasan. Seleksi alam tidak memiliki kehendak yang dapat menentukan mana yang baik dan buruk bagi makhluk hidup. Akibatnya, seleksi alam tidak bisa menjelaskan system-sistem biologis dan organ-organ yang memiliki “kompleksitas tak tersederhanakan”. Sistem-sistem dan organ-organ ini tersusun atas banyak bagian yang bekerja sama, dan tidak akan berguna jika satu saja bagiannya hilang atau rusak. (Sebagai contoh, mata manusia tidak akan berfungsi kecuali jika ia memiliki semua bagiannya secara utuh).

Oleh karena itu, kehendak yang menyatukan semua bagian ini seharusnya mampu memperkirakan masa depan dan secara langsung mengarahkan kepada manfaat yang akan didapat pada tahapan terakhir. Karena seleksi alam tidak memiliki kesadaran atau kehendak, seleksi alam tidak bisa melakukan hal seperti itu. Fakta ini, yang menghancurkan dasar dari teori evolusi, juga mengganggu Darwin, yang menulis: “Jika bisa dibuktikan bahwa ada organ kompleks, yang tidak mungkin dapat terbentuk melalui banyak perubahan kecil bertahap, maka teori saya akan sepenuhnya runtuh.”

2. Persilangan Individu

Dalam kasus mengenai binatang atau tanaman dengan kelamin terpisah, sudah jelas bahwa dua individu harus selalu merapat atau bersetubuh untuk melahirkan keturunan. Tetapi pada kasus hermaprodit hal ini sama sekali tidak jelas, namun demikian ada alasan yang dapat dipercaya bagi semua makhluk hermaprodit maka dua individu, hanya kadang-kadangn saja atau secara kebiasaan melakukan secara bersamaan untuk mengembangbiakan sejenisnya.

  1. 3. Penyimpangan Sifat

Dengan mengkaji sifat tanaman atau binatang yang telah berhasil dalam perjuangannya di Negara mana pun dengan keasliannya dan telah beradaptasi di sana maka kita memperoleh gagasan yang maish mentah tentang cara bagaimana beberapa tanaman asli tersebut dimodifikasi agar memperoleh keuntungan yang lebih besar daripada rekan-rekannya dari Negara asalnya, dan setidaknya kita dapat menarik kesimpulan bahwa diversifikasi struktur sebanyak perbedaan genus yang baru akan menguntungkannya. Keuntungan diversifikasi struktur dari penghuni daerah yang sama, sesungguhnya sama dengan pembagian kerja fisiologis organ tubuh individu yan sama.

4. Adaptasi

Adaptasi merupakan struktur atau perilaku yang meningkatkan fungsi organ tertentu, menyebabkan organisme menjadi lebih baik dalam bertahan hidup dan bereproduksi. Ia diakibatkan oleh kombinasi perubahan acak dalam skala kecil pada sifat organisme secara terus menerus yang diikuti oleh seleksi alam varian yang paling cocok terhadap lingkungannya. Proses ini dapat menyebabkan penambahan ciri-ciri baru ataupun kehilangan ciri-ciri leluhur. Contohnya adalah adaptasi bakteri terhadap seleksi antibiotik melalui perubahan genetika yang menyebabkan resistansi antibiotik. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah target obat ataupun meningkatkan aktivitas transporter yang memompa obat keluar dari sel. Contoh lainnya adalah bakteri Escherichia coli yang berevolusi menjadi berkemampuan menggunakan asam sitrat sebagai nutrien pada sebuah eksperimen laboratorium jangka panjang, ataupun Flavobacterium yang berhasil menghasilkan enzim yang mengijinkan bakteri-bakteri ini tumbuh di limbah produksi nilon.

Namun, banyak sifat-sifat yang tampaknya merupakan adapatasi sederhana sebenarnya merupakan eksaptasi, yakni struktur yang awalnya beradaptasi untuk fungsi tertentu namun secara kebetulan memiliki fungsi-fungsi lainnya dalam proses evolusi. Contohnya adalah cicak Afrika Holaspis guentheri yang mengembangkan bentuk kepala yang sangat pipih untuk dapat bersembunyi di celah-celah retakan, seperti yang dapat dilihat pada kerabat dekat spesies ini. Namun, pada spesies ini, kepalanya menjadi sangat pipih, sehingga hal ini membantu spesies tersebut meluncur dari pohon ke pohon. Contoh lainnya adalah penggunaan enzim dari glikolisis dan metabolisme xenobiotik sebagai protein struktural yang dinamakan kristalin (crystallin) dalam lensa mata organisme.

 

 

Kerangka paus balin, label a dan b merupakan tulang kaki sirip yang merupakan adaptasi dari tulang kaki depan; sedangkan c mengindikasikan tulang kaki vertigial.

 

 

 

 

 

Ketika adaptasi terjadi melalui modifikasi perlahan pada stuktur yang telah ada, struktur dengan organisasi internal dapat memiliki fungsi yang sangat berbeda pada organisme terkait. Ini merupakan akibat dari stuktur leluhur yang diadaptasikan untuk berfungsi dengan cara yang berbeda. Tulang pada sayap kelelawar sebagai contohnya, secara struktural sama dengan tangan manusia dan sirip anjing laut oleh karena struktur leluhur yang sama yang mempunyai lima jari. Ciri-ciri anatomi idiosinkratik lainnya adalah tulang pada pergelangan panda yang terbentuk menjadi “ibu jari” palsu, mengindikasikan bahwa garis keturunan evolusi suatu organisme dapat membatasi adaptasi apa yang memungkinkan.

Selama adaptasi, beberapa struktur dapat kehilangan fungsi awalnya dan menjadi struktur vestigial. Struktur tersebut dapat memiliki fungsi yang kecil atau sama sekali tidak berfungsi pada spesies sekarang, namun memiliki fungsi yang jelas pada spesies leluhur atau spesies lainnya yang berkerabat dekat. Contohnya meliputi pseudogen, sisa mata yang tidak berfungsi pada ikan gua yang buta, sayap pada burung yang tidak dapat terbang, dan keberadaan tulang pinggul pada ikan paus dan ular. Contoh stuktur vestigial pada manusia meliputi geraham bungsu, tulang ekor, dan umbai cacing (apendiks vermiformis).

Bidang investigasi masa kini pada biologi perkembangan evolusi adalah perkembangan yang berdasarkan adaptasi dan eksaptasi. Riset ini mengalamatkan asal muasal dan evolusi perkembangan embrio, dan bagaimana modifikasi perkembangan dan proses perkembangan ini menghasilkan ciri-ciri yang baru. Kajian pada bidang ini menunjukkan bahwa evolusi dapat mengubah perkembangan dan menghasilkan struktur yang baru, seperti stuktur tulang embrio yang berkembang menjadi rahang pada beberapa hewan daripada menjadi telinga tengah pada mamalia. Adalah mungkin untuk struktur yang telah hilang selama proses evolusi muncul kembali karena perubahan pada perkembangan gen, seperti mutasi pada ayam yang menyebabkan pertumbuhan gigi yang mirip dengan gigi buaya. Adalah semakin jelas bahwa kebanyakan perubahan pada bentuk organisme diakibatkan oleh perubahan pada tingkat dan waktu ekspresi sebuah set kecil gen yang terpelihara.

Beberapa contoh dari adaptasi yang mencolok, dimana proses tersebut untuk menjelaskan proses-proses dari mana adaptasi terwujud.

Kemampuan tumbuh dari tanaman padang rumput

Tahun 1937, Kemp seorang sarjana dari Amerika Serikat mengadakan percobaan tentang kecepatan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan adaptasi keadaan setempat. Caranya dengan menaburi dengan biji-bijian ar rumput dan tanaman polong-polongan pda suatu padang rumput di Maryland. Kemudian dibagi menjadi 2 bagian, satu bagian selalu dimakan oleh ternak dan sebagian lagi dibiarkan tanpa di ganggu. Tiga tahun setelah diadakan percobaan itu, Kemp mengambil 3 jenis tanaman dari kedua bagian tersebut. Biji-biji dari dari ketiga macam tanaman tersebut kemudian ditanam pada tanah percoban dimana keadan lingkungan dibuat sesame mungkin untuk ketiga jenis tanaman. Di dapatkan bahwa tanaman yang diperoleh dari padang rumput yang selaludimakan oleh ternak adalah cebol dan tumbuh kesegala jurusan. Sedangkan tanaman dari padang rumput yang tidak diganggu menampakan pertumbuhan yang besar dan tegak lurus.

Dalam waktu tiga tahun, kedua populasi yang terdiri dari jenis-jenis tanaman diketahui berasal dari biji-bijian yang sama telah berbeda dalam cara tumbuhnya. Cara tumbuh ini telah diketahui ditentukan secara genetik. Ternyata ternak pada sebagian padang rumput telah memakan hampir semua tanaman tegak, sedangkan tanaman yang rendah telah lolos dari ternak tersebut. Pada daerah yang dimakan oleh ternak hanya tanaman yang rendah yang dapat terus berbiak dengan bijinya, dalam waktu yang singkat terjadi suatu seleksi kuat untuk tanaman cebol dan tumbuh tidak lurus yang mempunyai adaptabilitas yang tinggi. Sebaliknya pada bagian lain dari tanaman lpang itu, dimana tumbuh tanaman yang tidak diganggu ternak, pertumbuhan tegak lurus secara adaptatif adalah superior dan tanaman cebol tidak akan dapat bersaing secara efektif.

Adaptasi bunga untuk penyerbukan

Tumbuh-tumbuhan berbunga tergantung dari agen diluar untuk membawa tepungsari bunga jantan suatu pohon ke bunga betina pohon lainya. Bunga dari setiap spesies pohon mempunyai adptasi bentuk, struktur warna dan bau untuk agen penyerbuk tergantung. Hal ini memberikan gambaran yang jelas tentang adaptivitas suatu evolusi.

Lebah tertarik oleh warna terang dan oleh bau yang manis, aromatik atau mentol. Mereka hanya aktif pada siang hari dan mereka biasanya  singgah dahulu pada petal sebelum bergerak kedalam bagian bunga yang mengandug madu dan tepung sari. Bunga yang diserbuk oleh lebah mempunyai warna mencolok, suatu petal yang berwarnadan biasanya kuning atau biru, tetapi jarang sekali merah. Lebah tidak dapat melihat warna merh, tetapi dapat melihat warna kuning dan biru dengan baik. Bunga yang biasanya mempunyai bau manis, aromatic atau mentol biasanya membuka pada siang hari dan sering mempunyai bibir yang menonjol dimana lebah dapat hinggap sebelum msuk kedalam bunga. Ada sejenis burung kecil (Hummingbird) pemakan madu,sebaliknya dapat melihat warna merah dengan baik dan warna biru tidak begitu baik. Burung ini tidak hinggap melinkan mengapung diudara sambil menghisap madu, dengan penciuman yang tajam. Bunga-bunga yang terutama yang diserbukan oleh burung ini biasanya tidak berbau dan tidak mempunyai tempt untuk hinggap. Berlainan dengan lebah dan “ Humingbird” kupu-kupu malam sangat aktif pada waktu senja dan malam hari. Bunga-bunga yang diserbuk oleh kupu-kupu malam biasanya berwarna putih dan membuka pada waktu senja atau malam hari. Bunga ini biasanya mempunyai bau yang sangat kuat sehingga dapat menuntun kupu-kupu tadi ketempat itu,

Berbeda-beda dengan contoh-contoh diatas, lalat hanya tertarik pada bau yang tidak enak. Lalt adalah pemakan bangkai,kotoran, humus atau darah. Bunga-bunga yang penyerbukanya tergantung dari lalat biasanya berwarna suram dn berbau tidak enak.  Buga-bunga ini kadang-kadang berbetuk demikian sehingga dapat mengurung lalt sehingga lalat untuk sementara sehingga bila lalat tersebut keluar dari bunga itu, maka tubuhnya telah penuh dengan tepung sari. Tepung sari yang demikian kemudian dapat terbawa kebunga lainya. Mekanisme perangkap ini terdapat pad bunga-bunga yang diserbuk oleh kepik.

 

 

 

 

E. Gene Pool dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan

1. Pengetahuan Gene Pool

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Biston betularia hitam

 

 

Dari sudut pandang genetika, evolusi ialah perubahan pada frekuensi alel dalam populasi yang saling berbagi lungkang gen (gene pool) dari generasi yang satu ke generasi yang lain.[51] Sebuah populasi merupakan kelompok individu terlokalisasi yang merupakan spesies yang sama. Sebagai contoh, semua ngengat dengan spesies yang sama yang hidup di sebuah hutan yang terisolasi mewakili sebuah populasi. Sebuah gen tunggal pada populasi ini dapat mempunyai bentuk-bentuk alternatif yang bertanggung jawab terhadap variasi antar fenotipe organisme. Contohnya adalah gen yang bertanggung jawab terhadap warna ngengat mempunyai dua alel: hitam dan putih. Lungkang gen merupakan keseluruhan set alel pada sebuah populasi tunggal, sehingga tiap alel muncul pada lungkang gen beberapa kali. Fraksi gen dalam lungkang gen yang merupakan alel tertentu disebut sebagai frekuensi alel. Evolusi terjadi ketika terdapat perubahan pada frekuensi alel dalam sebuah populasi organisme yang saling berkembangbiak; sebagai contoh alel untuk warna hitam pada populasi ngengat menjadi lebih umum.

Untuk memahami mekanisme yang menyebabkan sebuah populasi berevolusi, adalah sangat berguna untuk memperhatikan kondisi-kondisi apa saja yang diperlukan oleh suatu populasi untuk tidak berevolusi. Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel (variasi pada sebuah gen) pada sebuah populasi yang cukup besar akan tetap konstan jika gaya dorong yang terdapat pada populasi tersebut hanyalah penataan ulang alel secara acak selama pembentukan sperma atau sel telur dan kombinasi acak alel sel kelamin ini selama pembuahan. Populasi seperti ini dikatakan sebagai dalam kesetimbangan Hardy-Weinberg dan tidak berevolusi.

 

2. Hukum Hardy-Weinberg

Pada tahun 1908, ahli Matematika Inggris G.H. Hardy dan seorang ahli Fisika Jerman W. Weinberg secara terpisah mengembangkan model matematika yang dapat menerangkan proses pewarisan tanpa mengubah struktur genetika di dalam populasi. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa jumlah frekuensi alel di dalam populasi akan tetap seperti frekuensi awal, dengan beberapa persyaratan yaitu: populasi sangat besar, kawin acak, tidak ada perubahan di dalam unggun gen akibat mutasi, tidak terjadi migrasi individu ke dalam dan ke luar populasi, dan tidak ada seleksi alam (semua genotip mempunyai kesempatan yang sama dalam keberhasilan reproduksi).

Hukum Hardy-Weinberg memberikan standar ideal untuk para ahli genetika untuk membandingkan populasi yang sebenarnya dan mendeteksi perubahan evolusi. Dua hal utama dalam hukum Hardy-Weinberg, yaitu (1) Jika tidak ada gangguan maka frekuensi alel yang berbeda dalam populasi akan cenderung tetap/tidak berubah sepanjang waktu. (2) Dengan tidak adanya faktor pengganggu, maka frekuensi genotipe juga tidak akan berubah setelah generasi I. Hukum ini dapat dilihat misalnya pada populasi siput (Gambar 1) yang dapat melakukan fertilisasi sendiri secara acak (langkah 1). Siput-siput ini memiliki sebagian gen-gen dominan untuk warna cangkang, misalnya biru, kuning, atau hijau. Dengan menganalisis perubahan frekuensi dari gen warna ini dengan persamaan Hardy-Weinberg maka kita akan dapat menentukan apakah populasi siput tersebut berkembang.

Sebagai contoh pada masa revolusi industri di Inggris, kupu-kupu, Biston betularia berwarna terang diperkirakan lebih dari 90%, sedangkan yang berwarna gelap kurang dari 10%. Dengan menggunakan kesetimbangan Hardy-Weinberg, proporsi ini akan terpelihara pada setiap generasi (dengan syarat populasi besar, terjadi kawin acak tanpa perubahan laju mutasi dan migrasi) di dalam lingkungan yang stabil.

Hardy-Weinberg mengemukakan rumus untuk menghitung frekuensi alel dan genotip dalam populasi. Jika di dalam populasi terdapat dua alel pada lokus tunggal, alel dominan D dan alel resesif d, jika frekuensi alel dominan dilambangkan dengan p, dan frekuensi alel resesif dilambangkan dengan q maka p + q = 1. Pada reproduksi seksual, frekuensi setiap macam gamet sama dengan frekuensi alel dalam populasi. Jika gamet berpasangan secara acak, maka peluang frekuensi homozigot DD = p2, peluang frekuensi homozigot dd = q2, dan peluang heterozigot Dd = 2pq, maka p2 + 2pq + q2 = 1.

Dalam populasi besar alami yang tiap individunya memiliki peluang yang sama untuk kawin antar individu dalam populasi tersebut (suatu kondisi yang disebut kawin acak) dan tidak ada faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi genotipe ataupun frekuensi alelnya, maka frekuensi genotipe dan frekuensi alel populasi tersebut akan tetap sepanjang generasi. Populasi dalam keadaan tersebut dinamakan dalam keseimbangan Hardy-Weinberg (dilambangkan sebagai populasi HWeq).

Dalam populasi HWeq, kawin acak berjalan sempurna, sehingga sesuai dengan teori peluang, maka frekuensi genotipe pada generasi berikutnya akan merupakan hasil penggandaan frekuensi alel yang membentuknya. Oleh karena itu bila diketahui frekuensi alel suatu populasi dengan model diploid adalah p dan q, maka frekuensi genotipe homozigot dominan (P), homozigot resesif (Q) dan heterozigot (H) pada generasi berikutnya adalah : P’ = p2, Q’ = q2, H’ = 2pq, di mana P’+Q’+H’ = 1. Bila tidak ada keterpautan (linkage), kondisi HWeq akan tercapai setelah satu kali kawin acak. Konstitusi genetik populasi setelah HWeq tercapai tidak akan berubah sepanjang generasi selama faktor-faktor pengubah frekuensi alel tidak bekerja, atau tidak ada migrasi, mutasi, dan seleksi. Perlu diperhatikan bahwa yang menentukan konstitusi genetik populasi HWeq adalah frekuensi alelnya, bukan frekuensi genotipe tetua.

 

 

 

 

 

Gambar Prinsip Hardy-Weinberg

 

Hukum hardy-Weinberg menyatakan bahwa keseimbangan frekeunsi genitif Aa, Aa, aa serta perbandingan gen A dan a dari genersi ke generasi akan selalu sama, apabila  :

–      populasi harus cukup besar suaya tidak mungkin memberi peluang untuk mengubah secara sendirian frekuensi gen

–      tidak terjadi mutasi

–      tidak terjadi migrasi, baik keluar maupun masuk

–      tidak terjadi seleksi alam

–      perkawinan terjadi secara acak atau random

–      reproduksi berlangsung sukses dan secara acak

Hukum Hardy-Weinberg, dapat dirumuskan sebagai berikut  :   p2 +  2  pq  +  q2 =   1

Apabila frekuensi alel adalah 0,9 untuk  p  dan 0.1 untuk  q , maka persamaannya adalah sebagai berikut  :

p2 +  2  pq  +  q2 =   1

(0,9)(0,9)      +  2 (0,9)(0,9)       +  (0,1)(0,1)           =  1

0,81              +      0,18                 +        0,01              =  1

Dari rumus Hardy –Weinberg menunjukan frekuensi dari tiga genotif, yaitu  :

p2 =  frekuensi dar  A/A            =  0,81

2 pq                 =  frekuensi dari A/a              =  0,18

q2 =  frekuensi dari  a/a              =  0,01

Untuk lebih memahami hukum  Hardy-Weinberg, perhatikan soal berikut. Dalam masyarakat, frekuensi orang yang menderita albino adalah   1  :  10.000.  Berapa prosentase orang normal  ?

p  =  normal

q  =  albino

Orang albino bergenotif       aa     =      q2 =

q2 =

=   0,01

p  +  q      =   1

p              =   1  –  0,01

=   0,99

Orang normal heterozigot begenotif  Aa memiliki  frekuensi  2 pq         =  2 x  0,99  x  0,01

=  0,0198

=  0,0198  x  100%

=  1,08%

 

Orang normal hompzigot bergenotif     AA                   =   p2

=  (0,99)2

=  0,9801

=  0,9801  x  100%

=  98,01%

  1. 4. Kondisi yang Diperlukan untuk Keseimbangan Genetik

Perlu diteliti apakah yang dimaksud dengan kondisi pada hokum Hardy-Weinberg, sehingga menyebabkan gen pool dari suatu populasi berada didalam kesetimbangan genetis. Kondisi tersebut digambarkan sebagai berikut:

  • Populasi harus cukup besar, sehingga suatu factor kebetulan saja tidak mungkin mengubah frekuensi genetis secara berarti
  • Mutasi tidak boleh terjadi, atau harus terjadi kesetimbagna secara mutasi.
  • Harus tidak terjadi emigrasi dan imigrasi.
  • Reproduksi harus sama sekali random.

Secara teoritis, suatu populasi harus begitu besar sehingga dapat dianggap bukan merupakan factor penyebab dari perubahan frekuensi genetis. Dalam kenyataan, tidaklah ada populasi yang besarnya tidak terbatas, tetapi beberapa populasi alami dapat cukup besar sehingga perubahan sedikit saja tidak cukup menjadi penyebab dari perubahan yang berarti pada frekuensi genetis gene pool mereka.

Suatu populasi produktif yang terdiri lebih dari 10.000 anggota yang dapat berbiak, mempunyai kemungkinan besar tidak dipengaruhi secara berarti oleh perubahan sembarang. Tetapi frekuensi genetis pada suatu populasi kecil yang terisolasi, misalnya kurang dari 100 anggota yang dapat, sangat mudah untuk terkena flutuasi sebarang, yang dapat menuju kepada lenyapnya suatu alel dari gene pool, meskipun alel itu merupakan alel superior. Di dalam populasi yang demikian, ternyata hanya terdapat sangat kecil alel yang mempunyai alel superior. Di dalam populasi yang demikian, ternyata hanya sangat kecil alel yang mempunyai frekuensi antara, rupanya semua alel itu mempunyai kecendrungan untuk hilang dengan segera atau tertahan sebagai satu-satunya alel yang ada. Dengan perkataan lain, populasi kecil mempunyai kecendrungan besar untuk menjadi homozigotik, sedangkan populasi besar cenderung untuk lebih bermacam-macam.

Jadi suatu kesempatan dapat menyebabkan perubahan evolusi di dalam populasi kecil, tetapi perubahan ini kadang-kadang disebut juga dengan genetic drift atau pergeseran genetis tidak dipengaruhi secara besar oleh adaptivitas relative dari berbagai gen. Hal ini disebut sebagai evolusi pertengahan. Syarat kedua bagi kesetimbangan mutasi mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi.

Mutasi selalu terjadi, tidak ada satu cara apapun untuk dapat mencegahnya. Hampir semua gen mungkin mengalami mutasi sekali pada 50.000 sampai 10.000 pembelahan, kecepatan mutasi bagi berbagai gen berbeda. Sangat jarang mutasi alel dengan sifat sama dapat sampai mencapai kesetimbangan. Jadi jumlah mutasi maju jarang sekali sama dengan mutasi balik di dalam suatu kesatuan waktu. Contoh: mutasi alel A ke allele a adalah mutasi maju, sedangkan mutasi dari a ke A adalah mutasi mundur.

Kecepatan dari kedua mutasi ini jarang sekali akan terjadi dalam keadaan yang sama-sama betul sama, salah satu mutasi yang akan terjadi lebih sering tekanan mutasi ini akan cenderung untuk menyebabkan pergeseran perlahan-lahan pada frekuensi genetis di dalam populasi. Alel yang lebih stabil akan cenderung untuk bertambah frekuensinya, sedangkan alel yang mudah bermutasi akan cenderung untuk berkurang frekuensinya, kecuali kalau ada factor lain yang mengubah tekanan mutasi ini. Meskipun tekanan mutasi selalu ada, tetapi mungkin sekali bahwa ini merupakan factor utama yang dapat menghasilkan perubahan pada frekunsi genetis di dalam suatu populasi. Mutasi berjalan begitu lambat sekali untuk menimbulkan suatu perubahan nyata (kecuali dalam hal poliploidi). Mutasi terjadi secara random dan seringkali cenderung untuk mengarah pada jurusan yang berbeda dari factor-faktor lain yang menyebabkan organism sesungguhnya harus berevolusi.

Kalau gene pool harus di dalam keadaan seimbang, sudah barang tentu imigrasi dari populasi lain tidak boleh terjadi kalau hal ini akan menyebabkan terjadinya pemasukan gen baru. Hilangnya gene pool secara emigrasi harus tidak boleh terjadi. Sebagian besar populasi alami mungkin paling sedikit mengalami migrasi genetis di dalam jumlah yang sangat kecil, dan factor ini  menambah terjadinya variasi yang cenderung untuk megacaukan keseimbangan Hardy-Weinberg. Sangat disangsikan akan adanya suatu populasi yang bebas dari migrasi genetis dan pada beberapa kejadian dimana migrasi genetis terjadi, hal ini terjadi begitu kecil sehingga dapat diabaikan sebagai factor yang menyebabkan pergeseran frekuensi genetis. Itulah sebabnya dapat kita simpulkan bahwa syarat ketiga untuk keseimbangan genetis kadang-kadang di alam.

Kondisi untuk keseimbangan genetis di dalam populasi adalah perkembang biakan atau reproduksi yang random. Reproduksi atau perkembang biakan tidak hanya bertanggung jawab atas kelangsungan reproduksi dari populasi. Seleksi pasangan, efisiensi dan frekuensi proses perkawinan, fertilisasi, jumlah zigot yang terjadi pada setiap perkawinan, prosentase zigot yang menuju ke arah pertumbuhan embrio dan kelahiran berhasil, kemampuan hidup keturunan sampai mencapai umur untuk berbiak. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung pada keturunannya dalam arti keselamatannya atau efisiensi dari reproduksi. Bila reproduksi merupakan sesuatu yang sama sekali random, maka semua factor yang mempengaruhi harus random, yakni tidak tergantung pada genotip.

Reproduksi tidak sembarang (non random) adalah hokum umum. Reproduksi di dalam arti luas adalah seleksi alam. Jadi seleksi selalu bekerja pada semua populasi. Sehingga kalau kita simpulkan, 4 kondisi yang diperlukan untuk keseimbangan genetis yang diusulkan oleh hokum Hardy-Weinberg adalah:

  • Ditemukan pada populasi besar
  • Tidak pernah dijumpai mutasi
  • Tanpa migrasi
  • Reproduksi random tidak pernah dijumpai.

  1. 5. Peranan Seleksi Alam

Perubahan-perubahan pada frekuensi dan gen tiap individu juga disebabkan oleh seleksi alam. Pada populasi hipotesis yang telah kita singgung di depan mempunyai frekuensi permulaan alel A dan a, yakni 0,9 dan 0,1; dan frekuensi genotip 0,91 dan 0,01. Frekuensi ini tidak dapat berubah secara otomatis dengan perkembangan waktu dan perubahan itu hanya akan terjadi bila ada sesuatu yang mengubah keseimbangan genetis. Kita lihat bahwa tekanan mutasi sampai suatu batas kecil, dan tekanan seleksi sampai batas besar, akan selalu menggangu keseimbangan genetis dari populasi. Misalnya, seleksi alam bekerja terhadap fenotip dominan pada contoh kita diatas, dan bahwa seleksi ini memberikan tekanan negative yang dapat mengubah A dari 0,9 menjadi 0,8 sebelum terjadi reproduksi. Tentunya terjadi penambahan frekuensi a dari 0,1 menjadi 0,2; sebab jumlah kedua frekuensi harus 1.

Hal tersebut dapat kita hitung dengan PunnetSquare, perbandingan genotip pada generasi kedua:

Telur Sperma
0,8A 0,2A
0,8A 0,64AA 0,16Aa
0,2a 0,16Aa 0,04aa

 

Kita dapati bahwa perbandingan genotip dari generasi kedua berbeda dengan yang kita dapatkan pada generasi orang tua. Perbandingan yang baru dari 0,81;0,18 dan 0,01 menjadi 0,64;0,32 dan 0,04. Seandainya seleksi alam mengurangi lagi frekuensi A, perbandingan genotip pada generasi ketiga akan berbeda dengan yang ada pada generasi sebelumnya, yakni frekuensi AA menjadi lebih rendah dan aa menjadi lebih tinggi. Kalau tekanan ini bekerja secara terus menerus dari generasi ke generasi, maka frekuensi AA akan turun menjadi sangat rendah dan aa menjadi lebih tinggi. Jadi seleksi alam akan menyebabkan suatu perubahan dari suatu populasi dimana 99% dari individu menunjukan fenotip dominan dan banyak sekali fenotip resesif. Perubahan secara evolusi dari fenotip ini akan berlangsung tanpa dibutuhkannya adanya mutsi, tetapi hanya sebagai hasil dari seleksi alam.

Sekarang kita tinjau pda situasi nyata bukan hanya pada populasi secara hipotesis. Setelah ditemukan daya antibiotik dari penisilin, kemudian diketahui pula bahwa suatu bakteri yang disebut Staphylococcus aureus dapat dengan cepat tumbuh resistensi terhadap antibiotic tertentu, akan dibutuhkan dosis yang lebih tinggi lagi untuk membunuh bakteri tersebut. Jadi nyatalah bahwa di bawah pengaruh seleksi penisilin yang kuat, maka populasi bakteri mengalami perubahan secara evolusi. Fenomena ini telah diselidiki secara mendalam di laboratorium secara eksperimental. Pada eksperimen tersebut menunjukan, kultur dan berjuta-juta bakteri mati, dan hanya beberapa yang dapat hidup terus. Kalau sisa bakteri yang hidup ini dikenai penisilin dari dosis yang sama, maka hampir semua bakteri akan hidup.

Gen untuk kekebalan mungkin telah ada pada populasi sebelum percobaan di atas dimulai, dan antibiotik hanyalah membunuh semua bakteri yang tidak mempunyai gen ini, yang ditinggalkan hanyalah bakteri yang mempunyai gen kekebalan. Dengan perkataan lain, penissilin mungkin hanya melakukan suatu tekanan seleksi yang kuat terhadap gen yang tidak kebal, sehingga menyebabkan adanya pergeseran besar pada frekuensi tersebut.

Dari beberapa percobaan diketahui bahwa keterangan pertama rupanya benar. Obat ini tidak menyebabkan adanya mutasi untuk kekebalan, hanya mengadakan seleksi terhadap bakteri yang tidak kebal. Beberapa gen yang menentukan jalan metabolism yang menyebabkan resistensi terhadap penissilin sudah ada di dalam kebanyakan populasi pada frekuensi rendah yang muncul mula-mula sekali sebagai hasil mutasi sebarang. Seandainya gen semacam itu belum ada pada populasi yang terkena penissilin, tidak akan ada sel dari populasi yang dapat hidup dan populasi tersebut akan tersapu bersih.

Hal tersebut di atas, tidak berarti bahwa mutasi baru tidak dapat memperbaiki kekebalan; malahan seleksi terus menerus oleh penissilin biasnaya menuju ke arah penambahan resistensi secra gradual. Hal ini sudah hampir dipastikan sebagai hasil dari mutasi. Tetapi mutasi tidak dihasilkan oleh kondisi sama yang menyeleksi gen mutan yang timbul.

Keuntungan mutasi pada suatu keadaan keliling yang mengandung penissilin dapat timbul sewaktu obat itu dimasukkan sebagai hal yang terjadi secara kebetulan. Sebab mutasi yang serupa dapat juga timbul meskipun penissilin tidak ada. Evolusi resistensi obat pada bakteri tidak dapat dipersamakan seluruhnya pada evolusi organisme biparental, sebab seleksi yang hebat dapat mengubah frekuensi genetis lebih cepat pada organisme haploid aseksual daripada organisme biparental.

Rekombinasi yang terjadi pada setiap generasi pada spesies biparental sering menimbulkan kembali genotip yang hilang pada generasi sebelumnya. Hal ini tidak akan terjadi pada organisme aseksual. Tetapi bagaimanapun juga, suatu tekanan seleksi yang sangat kecil dapat menimbulkan suatu pergeseran besar frekuensi gen suatu populasi biparental kalau jangka waktunya mencapai 50.000 tahun (meskipun waktu ini relative sangat pendek). Hal tersebut pernah diperhitungkan Haldane bahwa jika suatu alel dominan yang memperkuat suatu individu di bawa oleh 1 bagian dari 1.000, misalnya 1.000 individu dari AA yangd apat hidup dan berbiak untuk alel dominan dapat bertambah dari 0,00001 sampai 0,99 hanya selama 23.400 generasi. Dengan perkataan lain, tekanan seleksi yang hanya 0,01 dapat menyebabkan suatu alel yang sangat jarang menjadi sangat umum selama 23.400 generasi.

Perkataan “hanya” seolah-olah sangat dilebih-lebihkan. Tetapi kita perlu menyadari bahwa beberapa tanaman dan binatang mempunyai paling sedikit satu generasi setiap tahun, dan pada beberapa spesies waktu generasi lebih dari 10 tahun. Jadi 23.400 generasi seringkali berarti kurang dari 23.400 tahun dan jarang sekali lebih dari 23.400 tahun. Kedua waktu ini sangat pendek jika dibandingkan dengan jangka waktu biologis. Malahan tekanan suatu seleksi serendah 0,0001 (1 bagian di dalam 10.000)  akan merupakan faktor utama di dalam suatu populais yang terdiri dari lebih 5.000 individu dalam waktu yang telah kita sebutkan di atas.

 

F. Masalah dan Kontroversi

1. Organisasi Seluler dan Asal-usul Kode Genetika Suatu Teka-teki Ilmiah

Kita mengetahui bahwa organisasi sel berfungsi sesuai dengan kode gentik, tetapi asal-usul system perintah ini tetap merupakan suatu teka-teki.

Dalam hal sel manusia, pita DNA 1.000 kali lebih panjang. Sistemnya jauh lebih kompleks, bagaimanapun juga, disbanding yang dinyatakan oleh angka ini, sebab sementara bakteri itu terdiri atas satu unsure kehidupan, manusia terdiri atas sejumlah besar sel. Fungsi-fungsi sel-sel tersebut dikoordinasikan oleh system-sistem pengatur yang banyak sekali, yang mempengaruhi seluruh unsure pembentuk badan manusia. Jika disatukan, sel-sel manusia itu mengandung satu pita DNA, di situ gen-gen manusia tercatat, yang kira-kira sama panjangnya dengan jarak antara bumi dan matahari. Bagi setiap manusia, hal ini mewakili massa informasi yang besar. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya di, satu sel manusia mengandung bayak sekali data seluler yang terungkapkan oleh gen-gen yang terdapat di dalam sekitar satu meter pita DNA untuk setiap sel.

Kita karenanya dihadang oleh dua pertanyaan:

1)      Bagaimana bisa organisasi yang paling sederhana (atau yang hampir bisa dikatakan sebagai yang paling sederhana, sepanjang menyangkut bakteri) menyuguhkan massa informasi yang begitu besar dengan mengatur setiap fungsi, termasuk reproduksi? Hal ini mendorong timbulnya pertanyaan-pertanyaan mengenai asal-usul kode genetik dalam diri makhluk-makhluk yang paling elementer.

2)      Bagaimana bisa kode genetik, yang berkisar dari bakteri sampai manusia, menjadi begitu kaya akan informasi? Sebab dengan meningkatkan suatu organisme hidup yang baru, dan dengan demikian mengetengahkan suatu modifikasi dalam perbandingan dengan makhluk yang mendahuluinya, kode genetic harus memiliki informasi baru yang diperlukan guna melahirkan individu yang menunjukkan sedikit ketidaksamaan jika dibandingkan dengan pendahulunya. Jelas sangat sulit untuk membayangkan bahwa organisme hidup yang paling sederhana dapat memiliki seluruh gen yang selanjutnya disebarkan ke segenap spesies hewan. Evolusi dalam dunia hewan pasti telah terjadi bersamaan dengan terciptanya gen-gen baru. Gen-gen baru ini mengatur fungsi-fungsi yang menjadi semakin kompleks dalam skala hewan. Mereka mengatur organisasi anatomis dan fungsional seluruh makhluk hidup.

Penyusunan kode genetik bagi makhluk-makhluk yang paling primitive tetap merupakan suatu teka-teki ilmiah. Begitu juga semakin kayanya kode itu melalui pengetahuan gen-gen baru, suatu proses yang sangat penting bagi spesies, yang menyangkut jumlah gen yang lebih besar lagidalam skala hewan. Kegagalan ilmu untuk menjawab teka-teki di atas memindahkan tekanan telaah kita dari yang bersifat material ke yang bersifat metafisis.

Dalam hubungan ini, mereka yang percaya pada Tuhan lebih dari rela untuk mengemukakan adanya campur tangan dari kemampuan-Nya untuk mencipta. Ilmu sendiri telah menunjukkan bahwa teori mengenai pengaruh kreatif, yang bergerak dalam aturan yang ketat dalam evolusi, sangat bersesuaian dengan penemuan-penemuan material.

Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan diajukan oleh setiap orang yang bisa berpikir mengenai asal-usul organisasi sel yang luar biasa kompleksnya itu akan mendapatkan jawaban dalam penemuan-penemuan ilmiah yang sama. Biologi molekuler telah menunjukkan banyak sekali kemampuan untuk menghasilkan protei yang dimiliki oleh sel manusia. Melalui informasi genetik yang dikandungnya, nucleus mengontrol seluruh fungsi ini.

Sekali lagi, kita menghadapi teka-teki yang sama, yang melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang sama dan ini semua pada gilirannya menyuguhkan jawaban-jawaban yang sama.

2. Evolusi Makhluk-makhluk Hidup Suatu Masalah Khusus dalam Evolusi Umum di   Alam Raya.

Persamaan-persaman mungkin dapat ditarik secara jelas, antara data dari kitab-kitab suci dan pengetahuan modern. Kerangka luas evolusi umum di alam raya, yang sekarang bisa disimpulkan dari ajaran-ajaran agama jika ditelaah secara keseluruhan, dan dari data pengetahuan secular, menunjuk pada suatu kemajuan yang tepat. Kemajuan yang tetap ini secara lambat laun bergerak menuju kompleksitas struktur yang semakin meningkat, berkisar dari nebula primer sampai bimasakti, bintang-bintang dan planet-planet, dengan suatu evolusi yang berakhir dalam kematian; hal ini telah dibuktikan oleh ilmu pada benda-benda angkasa tertentu yang sangat jauh jaraknya, dan juga telah diramalkan di dalam kitab-kitab suci yang menyangkut berbagai benda lain yang menjadi bagian tata surya tempat kita hidup.

Evolusi makhluk hidup mengikti kerangka luas yang sama dari perkembangan menuju suatu jumlah varietas yang lebih besar sejalan dengan meningkatnya kompleksitas structural yang disebut oleh Romo Teilhard Chardin termasuk penghentian dalam evolusi itu, dan lenyapnya keturunan tertentu. Sejak manusia pertama muncul di muka bumi, telah timbul perubahan-perubahan evolusioner dalam morfologinya; evolusi ini disebutkan di dalam kitab-kitab suci dan tampak jelas dari sisa-sisa yang ditemukan di dalam tanah-tanah kuno. Sepanjang menyangkut dunia kehidupan, semakin kayanya informasi genetic telah menentukan berlangsungnya transformasi-trasnformasi ini. Dari bakteri sampai manusia informasi terkumpul sampai pada tingkat yang sangat tinggi di dalam sel, yang mengatur dalam urutan yang sangat ketat perubahan-perubahan yang terjadi sejalan dengan berllunya waktu.

 

3. Kesesuaian Antara Agama dan Ilmu

Gagasan-gagasan yang terbentuk sebelumnya mengenai agama-agama pada umumnya mengemukakan bahwa mereka yang menyatakan diri sebagai bagian dari suatu komunitas agama tidak akan mampu mengungkapkan diri mereka sendiri dengan cara yang sesuai dengan suatu keyakinan sederhana. Cukup wajar bila mereka tidak dapat melahirkan bukti ilmiah untuk mendukung pendapat-pendapat mereka. Oleh sebab itu orang-orang semacam itu selalu berangagpan bahwa, sepanjang menyangkut agama, tidak mungkin ada pernyatan-pernyatan yang terbuka bagi penilaian manusia yang didasarkan atas logika.

Dalam hubungan ini, kesesuaian dasar antara agama dan ilmu lahir dengan sendirinya. Meskipun selama berabad-abad berbagai kesulitan dihadapi oleh umat beragama baik Kristen maupun islam. Dalam keadaan semacam ini, sanggahan-sanggahan terhadap teori-teori pengikut Darwin menyangkut perkiraan bahwa asal-usul manusia dari keluarga monyet mungkin dapat ditangkis dengan argument-argumen yang lebih kuat.

Dalam perbandingan antara ajaran-ajaran agama dan data-data ilmiah ini, suatu kesesuaian sungguh-sungguh telah timbul, yang secara tegas menghapuskan pertentangan-pertentangan panas masa lampau. Hal ini menunjukan bahwa penyelidikan atas suatu subyek seperti yang telah ditelaah menjadi lebih jelas bila orang-orang mengesampingkan hipotesis-hipotesis ideologis dan, sebagai criteria mereka satu-satunya, menggantungkan diri pada fakta-fakta yang nyata, kesimpulan logis dan kekuatan akal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

–  Kesimpulan

  • Variasi, istilah yang digunakan dalam ilmu genetika, merujuk pada peristiwa genetis yang menyebabkan individu atau kelompok spesies tertentu memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, pada dasarnya semua orang di bumi membawa informasi genetis sama. Namun ada yang bermata sipit, berambut merah, berhidung mancung, atau ber-tubuh pendek, tergantung pada potensi variasi informasi genetisnya. Evolusionis menyebut variasi dalam suatu spesies sebagai bukti kebenaran teorinya. Namun, variasi bukanlah bukti evolusi, karena variasi hanya hasil aneka kombinasi informasi genetis yang sudah ada, dan tidak menambahkan karakteristik baru pada informasi genetis. Jadi ada beberapa pendapat mengenai masalah variasi ini
  • Mutasi gen, frekuensi gen dalam populasi, dan hukum Hardy Weinberg sangat berperan dalam proses evolusi karena semuanya menunjukan bukti akan adanya evolusi

– Saran

  • Kepada masyarakat terutama masyarakat awam agar lebih mempelajari lagi evolusi karena tidak semua materi dari evolusi melanggar perintah agama.
  • Kepada semua kaum akademik agar lebih meningkatkan pengenalan evolusi kepada masyarakat agar stigma buruk mengenai evolusi lama kelamaan akan terhapus.

DAFTAR PUSTAKA

Bucaille, M. 1998. Asal-usul Manusia Menurut Bibel, Al Quran dan Sains. Mizan: Jakarta

Bucaille, M. 2003. God After Than, Tuhan Sesudah Darwin. Mizan: Jakarta

Coichen, Russel. 1987. Primate Evolution and Human Origins. Aldine Transaction: New York

Coray, Michael. 2000. Evolution and The Problem Of Natural Evil. Rowman and Littlefiedd. Boston.

Darwin, Charless. 2002. The Origin Of Spesies Asal-usul Spesies. Ikon Teralitera. Yogyakarta

Fabian, A.C. 1998. Evolution: Society, Science, and The Universe. Cambridge University Pers. Cambridge.

Graebner, Theodore. 2008. Evolution. BiblioBazaar. Wahington DC.

Mayr, Ernst. 2002. What Evolutions. Basic Books: California

Ridley, Mark. 2004. Evolution. Wiley-Blackwell. Maldem, USA.

Waluyo, Lud. 2005. Evolusi Organik. UMM Press. Malang.

Wells, Jonathan. 2002. Icons of Evolution Science or Myth? Why Much of What We Teach About Evolution Is Wrong. Regnery Publishing. Washington DC.

Zimmer, Carl. 2002. Evolution: The Trumph of An Idea. Harpercollins. New York

 

 

 

11/15/2009 - Posted by | Evolusi Organik

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar